NewsINH, Gaza – Bercerita tentang kisah penderitaan warga Palestina khusunya di Jalur Gaza tak pernah habis. Ditengah gempuran militer zionis Israel ribuan warga Palestina yang hidup di kamp pengungsiam semakin tertekan ditengah cuaca buruk yang kini tengah melanda wilayah tersebut.
Saat ini, cuaca di Palestina tengah memasuki musim dingin sesakali diwilayah ytersebut juga kerap dilanda hujan lebat. Nasib para pengungsi di negeri para nabi tersebut semakin mengkhawatirkan terutama bagi mereka yang memiliki anak kecil dan balita.
Dikutip dari republika, Jumat (15/12/2023). Seorang pengungsi Palestina, Yasmin Mhani, mengatakan dia terbangun di malam hari dan menemukan anaknya yang berusia tujuh bulan basah kuyup. Keluarganya yang beranggotakan lima orang itu berbagi satu selimut setelah rumah mereka dihancurkan oleh serangan udara Israel.
“Rumah kami hancur, anak kami menjadi syahid dan saya tetap menghadapi semuanya. Ini adalah tempat kelima yang harus kami tuju, mengungsi dari satu tempat ke tempat lain, hanya dengan mengenakan kaus oblong, dan tidur tanpa alas tikar,” katanya sambil menggantungkan pakaian basah di luar tendanya seperti dikutip dari Aljazeera.
Sementara Aziza al-Shabrawi, salah satu pengungsi lainnya, mencoba dengan siap-siap mengeluarkan air hujan dari tenda keluarganya. Ia terus mengeluarkan air sambil menunjuk pada kedua anaknya yang hidup dalam kondisi genting.
“Putra saya sakit karena kedinginan dan putri saya bertelanjang kaki. Kita seperti pengemis,” kata pria berusia 38 tahun itu. “Tidak ada yang peduli, tidak ada yang membantu.”
Cuaca membawa lebih banyak cobaan bagi keluarga-keluarga yang mengungsi ke selatan Jalur Gaza. Angin dingin merobek tenda-tenda tipis mereka, sementara hujan membasahi pakaian dan selimut mereka.
‘’Hujan deras dan angin dingin di Gaza pada hari Rabu,(13/12/2023) kemarin telah memperburuk penderitaan keluarga-keluarga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sekarang mereka meringkuk di tenda-tenda yang rapuh dan kebanjiran,’’ sebut laporan Aljazeera.
Di tenda kemah di Rafah, yang terletak di daerah berpasir yang dipenuhi sampah, orang-orang terlihat berusaha memulihkan diri dari malam yang mengerikan. Mereka membikin benteng pasir dengan cetakan ember untuk menutupi genangan air di dalam atau di sekitar tenda mereka.
Beberapa keluarga mempunyai tenda yang layak, namun ada pula yang hanya menggunakan plastik tipis tembus pandang. Plastik yang sesungguhnya hanya diperuntukan untuk membungkus barang.
Pakaian-pakain basah bergelantung di tenda-tenda. Banyak tenda yang tidak memiliki alas, sehingga orang-orang bermalam dengan meringkuk di atas pasir basah.
Sumber: Aljazeera/Republika