-
NewsINH, Gaza – Meski sempat adanya wacana perpanjangan masa gencatan senjata pertempuran di Jalur Gaza antara pasukan kemerdekaan Palestina (Hamas) dengan militer Israel. Nyatanya pasukan zionis Israel semakin brutal dan bengis bakhan dalam 1 kali 24 jam atau seharian Israel telah menewaskan 700 warga Palestina di Jalur Gaza dalam serangan yang dilancarkan baik darat, laut maupun udara. Kembali tak ada lagi tempat yang aman di di Jalur Gaza, lantaran hampir semua wilayah diserang serdadu tak berperi kemanusian dengan menewaskan ratusan warga sipil yang mayoritas anak-anak dan perempuan. Dikutip dari Republika, Senin (4/12/2023). Direktorat Jenderal Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan kepada Aljazirah pada Ahad (3/12/2023) bahwa lebih dari 700 warga Palestina telah terbunuh di Gaza selama 24 jam terakhir. Dia menambahkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang juga telah mengungsi di Jalur Gaza. Sedangkan kantor berita Palestina Wafa melaporkan, ratusan warga sipil Palestina yang tidak bersalah telah dibunuh secara kejam dan banyak lainnya terluka dalam serangkaian serangan Israel sejak kemarin malam. Serangan-serangan itu menargetkan Jalur Gaza melalui darat, laut, dan udara, menurut laporan lokal dan medis. Pemboman Israel yang tiada henti telah mengakibatkan kehancuran banyak rumah, gedung, apartemen tempat tinggal, dan properti publik dan pribadi. Di Kota Gaza, sumber-sumber lokal melaporkan bahwa beberapa warga sipil tewas dan lainnya terluka ketika serangan udara Israel menargetkan sebuah bangunan tempat tinggal di lingkungan Al-Daraj. Juga di Kota Gaza, pesawat tempur Israel menargetkan enam rumah milik keluarga Dahshan dan Al-Akka di lingkungan Al-Zaytoun, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Banyak warga sipil dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan. Militer Israel selanjutnya mengebom sebuah rumah di daerah Nadim di lingkungan Al-Zeitoun, sebelah timur Kota Gaza. Serangan udara juga dilaporkan terjadi di sekitar Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara. Sementara itu, pesawat-pesawat tempur Israel melakukan beberapa serangan udara di Deir al-Balah di Gaza tengah secara bersamaan dengan penembakan yang menargetkan kawasan pemukiman dari unit tank Israel. Sementara itu, militer pendudukan Israel membombardir kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara dengan rudal, meninggalkan jejak kehancuran dan hilangnya nyawa tak berdosa, dan banyak yang dikhawatirkan tewas di bawah reruntuhan rumah yang hancur. Serangan udara dan tembakan artileri Israel juga menargetkan kota Khan Younis di Gaza selatan, menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil. Selain itu, beberapa rumah di kota Al-Qarara dan wilayah timur dan pesisir menjadi sasaran pemboman Israel. Selanjutnya, rumah keluarga Abu Eita dan Abu Zeitoun di Gaza utara terkena serangan udara Israel. Akibat gangguan telekomunikasi yang parah, tidak ada data pasti mengenai jumlah korban jiwa, karena banyak serangan udara Israel dan dampak tragisnya di wilayah yang terkena dampak paling parah tidak dilaporkan. Sejauh ini, setidaknya 16.000 orang syahid dan lebih dari 40.000 orang terluka. Sebanyak 7.000 orang dikhawatirkan gugur di bawah puing-puing rumah yang hancur. Kampanye genosida Israel yang tiada henti telah menjerumuskan Gaza ke dalam krisis kemanusiaan, dan tim penyelamat menghadapi tantangan dalam mengakses daerah yang terkena dampak karena intensitas serangan tersebut. James Elder, juru bicara global UNICEF, menggambarkan pemandangan di dalam rumah sakit Nassar di Khan Younis, selatan Gaza. “Ke mana pun Anda pergi, selalu ada anak-anak yang mengalami luka bakar tingkat tiga, luka pecahan peluru, cedera otak, dan patah tulang. Para ibu menangisi anak-anak yang sepertinya tinggal beberapa jam lagi menuju kematian. Saat ini sepertinya seperti zona kematian.” Selain risiko terbunuh dalam serangan udara Israel, penyakit adalah ancaman terbesar kedua bagi anak-anak, tambahnya. “Kita berisiko melihat banyak anak… meninggal karena kekurangan air, perlindungan dan sanitasi,” kata Elder. Wilayah selatan Gaza menghadapi gempuran keras serangan Israel pada Sabtu (2/1/12/2023). Khan Younis menjadi daerah yang paling terdampak. Menurut keterangan beberapa saksi dan petugas medis, pada Sabtu lalu jet tempur Israel menyerang daerah dekat Rumah Sakit (RS) Khan Younis Al-Nasser sebanyak enam kali. RS tersebut dipenuhi ribuan pengungsi dan ratusan orang terluka. Banyak di antara mereka merupakan pasien yang dievakuasi dari rumah sakit di Gaza utara. “Malam yang mengerikan. Ini adalah salah satu malam terburuk yang kami habiskan di Khan Younis dalam enam pekan terakhir sejak kami tiba di sini. Kami terlalu takut mereka (pasukan Israel) akan memasuki Khan Younis,” kata warga Gaza, Samira, yang memiliki empat anak. Menurut keterangan sejumlah warga, serangan udara Israel ke Khan Younis turut menargetkan area terbuka dan bangunan tempat tinggal. Tiga masjid di daerah tersebut tak luput dari bidikan dan ikut hancur terhantam serangan Israel. Militer Israel telah menjatuhkan selebaran dari udara ke wilayah timur Khan Younis. Selebaran tersebut memerintahkan penduduk di empat kota untuk mengungsi. Tak seperti sebelumnya, penduduk tidak diminta untuk mengungsi ke wilayah lain di Khan Younis, tapi lebih jauh ke selatan, yakni Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Sementara itu di Deir Al-Balah, agresi Israel pada Sabtu kemarin membunuh sembilan orang, termasuk anak-anak. Seorang warga Gaza bernama Yamen mengaku cemas karena serangan Israel telah mulai merambah wilayah selatan. “Ini adalah taktik yang sama yang mereka gunakan sebelum memasuki Gaza dan wilayah utara,” ujarnya. “Kemana setelah Deir Al-Balah, setelah Khan Younis? Saya tidak tahu kemana saya akan membawa istri dan enam anak saya,” kata Yamen menambahkan. Pada Sabtu lalu, militer Israel mengatakan bahwa dalam 24 jam terakhir serangan gabungan pasukan darat, udara, dan laut telah menghantam 400 sasaran Hamas. Serangan tersebut diklaim membunuh sejumlah anggota Hamas. Namun tak disebutkan perkiraan jumlahnya. Sejak memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, serangan Israel telah membunuh lebih dari 15 ribu orang. Sebanyak 10 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka melampaui 33 ribu orang.(***) Sumber: Republika
-
NewsINH, Gaza – Perang panjang di Jalur Gaza, Palestina menambah daftar penderitaan yang luar biasa bagi bangsa Palestina. Pasalnya, sejak militer Israel melakukan invasi ke Jalur Gaza, sebanyak 4.000 anak-anak Palestina meninggal dunia. Jumlah yang sangat besar itu menunjukan Pembantaian yang sebenarnya. Kementrian kesehatan Palestina di Jalur Gaza, merilis jumlah korban meninggal saat ini telah mencapai 9.770 orang separo diantaranya merupakan anak-anak yang tak berdosa dan tak mengentahui soal konflik tersebut “Setidaknya 4.008 anak telah meninggal dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza dan jumlah korban tewas setelah hampir sebulan pemboman Israel mencapai 9.770,” menurut kementerian kesehatan Palestina. Pada Minggu (5/11/2023) sore waktu Gaza, serangan udara Israel menghantam beberapa rumah di dekat sebuah sekolah di kamp pengungsi Bureji di Gaza tengah, menewaskan sedikitnya 13 orang, menurut pejabat di Rumah Sakit Al-Aqsa. Kamp tersebut dihuni oleh sekitar 46.000 orang dan juga diserang pada Kamis lalu. Rekaman yang diverifikasi oleh Al Jazeera pada hari Minggu menunjukkan orang-orang mencari di bawah reruntuhan rumah untuk mengevakuasi para korban. Ini adalah kamp pengungsi ketiga yang terkena serangan udara Israel dalam 24 jam terakhir. Lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan di kamp pengungsi al-Maghazi dan Jabalia di Gaza ‘Pembantaian yang sesungguhnya’ Arafat Abu Mashaia, seorang warga kamp al-Maghazi, mengatakan serangan udara Israel meratakan beberapa rumah bertingkat tempat orang-orang yang terpaksa keluar dari wilayah Gaza lainnya berlindung. “Itu benar-benar pembantaian,” katanya pada Minggu pagi sambil berdiri di reruntuhan rumah yang hancur. “Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapa pun yang mengatakan ada [pejuang] perlawanan di sini.” jelasnya. Kamp tersebut, merupakan kawasan perumahan yang dibangun, terletak di zona evakuasi di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina untuk mencari perlindungan karena mereka memfokuskan serangan militernya ke utara. Saeed al-Nejma (53), mengatakan dia sedang tidur bersama keluarganya ketika ledakan terjadi di lingkungan tersebut. “Sepanjang malam, saya dan teman-teman lainnya berusaha mengambil korban tewas dari reruntuhan. Kami punya anak, dipotong-potong, dicabik-cabik dagingnya,” katanya. Pesawat-pesawat Israel kembali menjatuhkan selebaran, mendesak masyarakat untuk menuju ke selatan Gaza selama empat jam pada hari Minggu. Kerumunan orang terlihat berjalan kaki menyusuri jalan raya utama utara-selatan dengan hanya membawa apa yang bisa mereka bawa dengan mengendarai kendaraan sederhana seperti kereta keledai. Seorang pria mengatakan dia harus berjalan sejauh 500 meter (1.640 kaki) dengan tangan terangkat saat melewati pasukan Israel. Yang lain menggambarkan melihat mayat di dalam mobil yang rusak di sepanjang jalan. “Anak-anak pertama kali melihat tank. Ya ampun, kasihanilah kami,” kata seorang warga Palestina yang menolak menyebutkan namanya. Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Khan Younis, mengatakan tampaknya ada “serangan sistematis” terhadap kamp pengungsi Gaza oleh pasukan Israel. “Serangan udara yang berulang-ulang terhadap kamp-kamp pengungsi di Gaza tengah dan selatan adalah alasan mengapa masyarakat tidak menganggap serius pengumuman Israel yang menjamin koridor aman untuk melakukan perjalanan ke selatan,” katanya. Sumber: Aljazeera
-
NewsINH, Gaza – Ditengah kondisi peperangan antara pasukan pejuang kemerdekaan Palestina dengan militer Israel, seorang pria Palestina di Jalur Gaza dengan mengendarai kereta keledainya membagikan air untuk memastikan warga Gaza tidak kehausan di tengah pengepungan Israel. Pria bernama Jameel al-Karoubi dan keledainya biasa berjualan sayur-sayuran, kini mereka berjalan keliling lingkungan mengantarkan air kepada mereka yang haus. “Ini rutinitas harian baru kami selama sembilan hari terakhir, sejak pertempuran meletus pada Sabtu, (7/10/2023),” kata Jameel dengan nada lirih . Setiap hari, dia bangun sebelum matahari terbit. Kemudian, setelah mengurus apa pun yang dibutuhkan keluarganya, dia dan Almond, keledainya, pergi ke jalan-jalan Gaza yang berlubang untuk mendistribusikan air minum bersih kepada masyarakat di lingkungannya melalui bagian belakang gerobaknya. “Saya membuat kesepakatan dengan teman saya Almond, bahwa jika dia tetap bangun pagi setiap hari dan membantu saya mengisi tangki air dan mendistribusikannya ke lingkungan sekitar, saya akan memberinya sekantong makanan tambahan setiap hari,” kata Jameel kepada Al. Jazeera. Sebelum perang dimulai, pria berusia 34 tahun ini biasa menjual sayuran dengan menggunakan gerobaknya. Kini, sejak pemboman dimulai, dia dan Almond melakukan apa yang mereka bisa untuk membuat perbedaan bagi sebanyak mungkin orang. Beberapa tahun lalu, Jameel, yang namanya berarti “cantik” dalam bahasa Arab, mewarisi sebuah sumur setelah kematian ayahnya. Kini, sebelum ia memenuhi kebutuhan air keluarganya, ia mengisi dua tangki besar dan berjalan keliling lingkungan, memanggil tetangganya untuk mengeluarkan tangki galon dan kantong air untuk diisi ulang. Jameel tinggal bersama ibu, istri, dan keempat anaknya, dan mengatakan sumur tersebut menampung cukup air agar tetangganya tidak kehausan setelah pasukan Israel memutus pasokan air dan listrik ke daerah kantong tersebut lebih dari seminggu yang lalu. Bagi Jameel, membuat keputusan itu mudah, ia yakin masyarakat harus bersatu dan menerapkan keyakinan tersebut. Dia tidak mau menerima uang sepeser pun untuk membeli air, meskipun keluarga kelas pekerjanya pasti bisa menggunakannya. “Saya tidak menjualnya, saya membagikannya secara gratis,” ujarnya. “Jika saya tidak membantu rakyat saya, siapa yang akan membantu mereka? Israel? Aku meragukan itu.” Berbicara kepada Al Jazeera, salah satu tetangga Jameel mengatakan air sangat penting, sehingga mereka bisa hidup tanpa internet atau bahkan listrik, tapi tidak tanpa air. “Saya hanya tidak tahu apa yang akan kami lakukan jika Jameel tidak ada,” kata mereka. “Kami mencoba pergi ke lembaga bantuan untuk mendapatkan air, namun tempat tersebut sangat ramai dan air di sana terasa tidak bersih.” Jameel mengatakan dia ingin pergi ke luar lingkungannya untuk membantu lebih banyak orang, namun puing-puing yang ditinggalkan oleh serangan rudal Israel membuat gerobaknya tidak bisa melewati jalan-jalan yang terkena serangan rudal. Meskipun keluarga Jameel merasa cemas dan takut jika bepergian dengan kereta dapat membahayakan dirinya, mereka tidak ingin menghentikan Jameel untuk melakukan upaya bantuan yang dilakukan sendiri. Putra bungsu Jameel, Osama, berkata: “Ayah saya merasa dia mempunyai kewajiban untuk membantu orang, siapa pun, bahkan orang asing. “Dan dia paling bahagia dan bangga ketika orang bisa tidur di malam hari tanpa merasa haus.” Dia melanjutkan: “Tentu saja sangat berbahaya, rudal-rudal berjatuhan tanpa pandang bulu di seluruh Gaza. Tapi kita tidak bisa menghentikannya. Orang-orang mencintai kami dan hanya itu yang kami inginkan sebagai balasannya.” Terkadang, Jameel dan Almond membagikan sayuran seperti lemon, kentang, dan apa pun yang dia temukan di kebunnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Saya tidak keberatan membagikan sayur-sayuran gratis jika saya punya lebih,” katanya. “Itu membuat saya, dan orang-orang, lebih bahagia.” Usaha dan keberaniannya tidak luput dari perhatian, karena tetangga Jameel sering menawarkan makanan kepada Almond dan bersikeras agar dia menerimanya, sehingga Almond dapat terus membantu Jameel melakukan apa yang mereka lakukan setiap hari. Jameel tidak mengikuti politik dan tidak tahu kapan perang akan berakhir. Dia hanya tahu kalau tetangganya sedang kehausan. “Selama orang-orang saya membutuhkan,” katanya, “Saya akan berada di sana, berusaha memberikan bantuan sebanyak yang saya bisa.” Sumber: Aljazeera
-
NewsINH, Palestina – Otoritas Israel terus melakukan upaya penekanan dan penindasan terhadap warga Palestina. Tak hanya pada bidang ekonomi, politik maupun sosial. Dalam bidang pendidikan negeri zionis tersebut juga terus mengupayakan generasi penerus bangsa Palestina terus mengalami keterbatasan. Terbukti, dilansir dari sejumlah media, nasib pendidikan anak-anak Palestina kian tak menentu di bawah penjajahan Israel. Mulai dari sekolah-sekolah yang terancam tutup, serangan-serangan militer yang berlanjut hingga penyitaan buku-buku pelajaran. Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia mengajak dunia untuk melindungi pendidikan anak-anak Palestina dari penjajahan Israel. Kedutaan mengatakan setiap penderitaan anak Palestina akibat kebijakan-kebijakan penjajahan Israel tidak boleh hanya dilihat sebagai statistik. “Negara Palestina mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan yang menentukan untuk melindungi hak pada pendidikan, menyediakan dukungan yang diperlukan untuk Sistem Pendidikan Palestin dan mengecam kebijakan-kebijakan Israel yang tak memiliki dasar hukum,” kata pernyataan Kedutaan Besar Palestina pada Kementerian Luar Negeri Indonesia dan semua misi diplomatiknya. Pernyataan ini juga ditunjukan pada Misi PBB dan lembaga khususnya, Delegasi Uni Eropa, Sekretariat ASEAN, Misi Permanen ASEAN, dan parlemen Indonesia. Dalam pernyataan ini Kedutaan Besar Palestina mengajak masyarakat internasional untuk bertindak sesuai hukum internasional dan resolusi PBB terkait untuk melindungi anak-anak Palestina dan akses mereka pada pendidikan. “Negara Palestina mendesak dukungan masyarakat internasional untuk segera bertindak, sesuai dengan hukum internasional, termasuk resolusi terkait untuk mengatasi situasi ini dan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi pendidikan, terutama menjelang Hari Perlindungan Pendidikan Internasional,” kata kedutaan. Dalam lembar fakta yang tercantum dalam pernyataan tersebut, Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia mencatat sejak 2023, pasukan pendudukan Israel telah membunuh 32 anak Palestina. Sebagian besar dengan menembakan peluru tajam ke tubuh bagian atas mereka. Pada tahun ini pasukan Israel juga melukai lebih dari 1.000 anak-anak Palestina. Penahanan sewenang-wenang, penahanan rumah, menahan mereka di pos pemeriksaan, dan pembongkaran sekolah-sekolah juga banyak dilakukan. Sepanjang 2023, Israel telah menahan lebih dari 882 anak Palestina, termasuk 43 anak di Kota Yerusalem selama bulan Maret. Hingga saat ini masih terdapat 160 anak yang ditahan pihak berwenang Israel termasuk 21 di penahanan administratif Israel. Lebih dari 1,3 juta anak Palestina yang kembali ke sekolah harus melewati jalur yang berbahaya. Ancamannya berasal dari pasukan Israel maupun penduduk Yahudi. Selama paruh pertama 2023 lebih dari 433 peristiwa intervensi pasukan Israel pada sistem pendidikan Palestina, berdampak pada sekitar 50 ribu anak-anak, dengan rata-rata 2 insiden setiap hari. Pada paruh pertama tahun 2022 untuk di Tepi Barat saja, PBB mencatat 115 pelanggaran yang melibatkan pendidikan termasuk menembakan gas air mata, granat kejut atau menembakan peluru karet. Intimidasi pasukan dan penduduk Israel di daerah pendudukan terjadi di sekolah-sekolah. Mempersulit siswa-siswi Palestina tiba di kelas. Hampir 8 ribu anak terdampak. Menurut UNICEF beberapa bulan terakhir pihak berwenang pendudukan Israel membongkar tiga sekolah di Tepi Barat termasuk Sekolah Dasar Ein Samiya yang dibongkar pada 17 Agustus 2023, beberapa hari sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dua sekolah juga dihancurkan antara tahun 2010 dan 2022. Pendudukan Israel menggelar 36 pembongkaran yang mengincar 20 sekolah dan 9 taman kanak-kanak. Beberapa diantaranya mengalami pembongkaran lebih dari sekali. Kedutaan mengatakan perlu dicatat angka ini tidak termasuk pembongkaran sekolah di Gaza. Pada Senin (4/9/2023) awal pekan kemarin, pasukan Israel menyita buku-buku pelajaran Palestina dari para siswa di gerbang Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur. Kantor berita Wafa melaporkan, buku-buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Palestina disita, karena tercetak bendera Palestina di buku tersebut. Saksi mata mengatakan kepada Anadolu Agency, siswa dari dua sekolah yang terletak di dalam halaman Al-Aqsa dihentikan oleh pasukan Israel. Wakaf Islam Yerusalem, atau Departemen Wakaf mengatakan, beberapa buku pelajaran disita dan para siswa dibolehkan pergi ke sekolah. Para pendidik Palestina sebelumnya mengatakan, pihak berwenang Israel bertujuan untuk menghilangkan kurikulum mereka demi mendukung buku pelajaran versi Israel. Langkah ini sebagai upaya untuk mengikis identitas Palestina dan memutarbalikkan sejarah. Dilaporkan Middle East Eye, Selasa (5/9/2023), konten akademis yang ingin disensor oleh Israel mencakup logo Otoritas Palestina, bendera Palestina, pelajaran yang membahas perjuangan Palestina melawan pendudukan, hak untuk kembali dan tahanan, pemukiman, imigrasi pemukim ke Palestina, pos pemeriksaan militer, intifada, pengungsian desa, dan menganggap Zionisme sebagai gerakan politik rasis. Pekan lalu, polisi menyita buku pelajaran yang dikirimkan ke sebuah sekolah swasta di Kota Tua Yerusalem Timur. Pasukan Israel juga menangkap pegawai sekolah Palestina yang mengemudikan kendaraan pengiriman tersebut. Bulan lalu, Israel mengumumkan telah mengalokasikan investasi senilai 843 juta dolar AS investasi di wilayah pendudukan Yerusalem Timur untuk berbagai bidang, termasuk pendidikan untuk tahun 2024 dan 2028. Hal ini dipandang oleh beberapa orang sebagai upaya lebih lanjut untuk memperluas kendali Israel atas kota tersebut. Investasi tersebut akan mencakup peningkatan jumlah siswa yang menerima ijazah sekolah menengah atas berdasarkan kurikulum Israel. Sebanyak 18 persen sekolah di Yerusalem Timur telah memilih untuk mengajarkan kurikulum Israel, sehingga meningkatkan peluang mereka untuk belajar di universitas-universitas Israel. Namun sebagian besar pelajar Palestina di Yerusalem terus mempelajari kurikulum Palestina. Sebagian besar pelajar Palestina melanjutkan studi di institusi pendidikan tinggi di wilayah pendudukan Tepi Barat atau di tempat lain di dunia Arab dan sekitarnya. Kelompok hak asasi manusia telah lama menyatakan, warga Palestina mempunyai hak untuk memilih kurikulum mereka sendiri berdasarkan konvensi internasional. Pasal 50 Konvensi Jenewa Keempat dan Pasal 26 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjamin hak masyarakat yang berada di bawah pendudukan untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan keyakinan mereka, dan untuk melindungi budaya serta warisan mereka dari perubahan atau distorsi. Sumber: Republika/Berbagai Sumber
-
NewsINH, Nablus – Mohammad Abdul Hakim Nada pemuda Palestina berusia 23 tahun meninggal dunia setelah mengalami luka tembak. Awalnya, pemuda itu kritis namun setelah dibawa kerumah sakit nyawa Hakim tak dapat ditolong. Sumber Kementrian Kesehatan Palestina, seperti dilansir dari kantor berita Wafa, Kamis (27/7/2023) Abdul Hakim menyatakan meninggal setelah terjadinta bentrokan antara warga sipil Paletina dengan pasukan bersenjata Israel. Sementara itu, koresponden Wafa mengatakan bahwa seorang Palestina ditembak di dada selama konfrontasi yang pecah setelah pasukan Israel masuk ke kamp pengungsi al-Ain di Nablus dan mengepung sebuah rumah di sana. Mohammad Abudul Hakim Nada, 23, dibawa ke rumah sakit, kondisinya dilaporkan kritis, dan kemudian dinyatakan meninggal dunia. Pasukan Israel menggerebek kamp pengungsi tersebut di tengah baku tembak yang kerap kali berlangsung mengakibatkan konfrontasi dengan pemuda Palestina. Kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap warga Palestina menjadi pemandangan sehari-hari. Sumber: Wafa