NewsINH, Somalia – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah anak-anak yakni UNICEF mengatakan ratusan anak-anak di Somalia meninggal akibat kekurangan nutrisi. Tak hanya itu negara di kawasan tanduk Afrika ini terancam mengalami krisis pangan dan bencana kelapan.
Dilansir dari Reuters, Rabu (7/9/2022) salah seorang pejabat di wilayah Somalia menggambarkan orang-orang kelaparan berjalan jauh dengan anak-anak di pundak mereka untuk melarikan diri dari kekeringan dan kekerasan yang ditimbulkan oleh militan Al Shabaab dan beberapa anak meninggal di tengah jalan.
Wilayah Tanduk Afrika menghadapi musim hujan yang gagal untuk kelima kalinya secara berturut-turut. Kelaparan tahun 2011 di Somalia merenggut lebih dari seperempat juta jiwa, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.
“Sekitar 730 anak telah dilaporkan meninggal akibat kekurangan makanan dan gizi di seluruh negeri antara Januari dan Juli tahun ini tetapi jumlahnya bisa lebih banyak karena banyak kematian yang tidak dilaporkan,” kata perwakilan UNICEF Somalia Wafaa Saeed dalam jumpa pers di Jenewa.
Anak-anak dengan kekurangan gizi akut yang parah serta penyakit seperti campak, kolera atau malaria dan menawarkan gambaran situasi di seluruh negeri.
Ahmed Shire, menteri informasi negara bagian Glamudug, utara ibu kota Mogadishu, mengatakan 210 orang telah meninggal karena kekurangan gizi dalam beberapa bulan terakhir.
“Al Shabaab membakar lima kota sepenuhnya, membakar bahkan sumur menjadi abu,” katanya kepada Reuters.
“Orang-orang ini berjuang dengan kekeringan yang menewaskan setengah dari hewan mereka. Al Shabaab menjarah hewan yang tersisa.” katanya.
Shire mengatakan sekitar 1.000 keluarga, dengan masing-masing memiliki tujuh anak, telah meninggalkan daerah itu dengan berjalan kaki dan tidak dapat diselamatkan karena ancaman serangan kelompok bersenjata.
Al Shabaab, sebuah kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda, telah menyerang sasaran militer dan sipil selama lebih dari satu dekade.
UNICEF mengatakan wabah penyakit meningkat di antara anak-anak, dengan sekitar 13.000 kasus dugaan campak dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir di mana 78 persennya adalah anak balita.
Faduma Abdiqadir Warsame, yang mengelola sembilan kamp pengungsi di pinggiran Mogadishu, mengatakan timnya telah menguburkan 115 anak-anak dan orang tua dalam tiga bulan terakhir.
“Ribuan keluarga yang tersisa hanyalah kerangka. Jika tidak segera dibantu, mereka akan mengikuti,” katanya, seraya menambahkan bahwa kebanyakan orang terlalu miskin untuk membayar pemakaman yang layak.
Bantuan keuangan untuk Somalia telah meningkat baru-baru ini dan permohonan PBB senilai $1,46 miliar sekarang telah didanai 67 persen. Tetapi para pejabat bantuan memperingatkan bahwa masih dibutuhkan lebih banyak lagi.
“Kita akan menyaksikan kematian anak-anak dalam skala yang tak terbayangkan jika kita tidak bertindak cepat,” kata Audrey Crawford, direktur negara Somalia di Dewan Pengungsi Denmark.
Sumber: Reuters