NewsINH, Suriah – Korban Gempa di Suriah kini mulai mengalami putus asa meskipun bantuan secara perlahan-lahan mengalir ke Suriah barat laut lebih dari seminggu setelah gempa bumi menghancurkan wilayah itu. Namun penduduk mengatakan persediaan terlalu sedikit dan sudah terlambat, sehingga mereka marah dan merasa putus asa.
Dikutip dari berbagai sumber, di kota Jindires yang dikuasai pemberontak, tim penyelamat yang meminta alat berat masih belum menerima apa pun karena mereka terus memindahkan jenazah yang tersisa di reruntuhan. Penduduk kota mengatakan mereka harus menghadapi bencana itu sendiri.
“Kami adalah penjual sayur, toko kami berada di bawah rumah kami, dan sekarang kami kehilangan segalanya,” kata Alan Ahmed sambil menunjuk ke tumpukan puing tempat rumahnya pernah berdiri.
Sejak peristiwa gempa dahsyat terjadi pada, Senin (6/2/2023), ia dan keluarganya terpaksa harus tidur diluar rumah bahkan terpaksa harus menjalani kehidupan serba kekurangan, terlebih saat ini tengah terjadi musim dingin.
“Kami tidur di jalanan. Tidak ada seorang pun dari komunitas internasional yang membantu. Kami tidak punya pemanas, tidak ada selimut, tidak ada apa-apa,” kata Nizar Al Mared, penyintas lainnya.
Menurutnya, hanya sebuah tenda di atas kepala kita. Kapal kami hancur. Siapa yang akan membantu kami membangun kembali hidup kami?.
Sementara itu di Turki, meski bantuan dari dunia internasional terus mengalir kewilayah tersebut, namun ada pemandangan yang sangat memprihatinkan yakni sejumlah warga korban gempa di negara tersebut melakukan aksi penjarahan di toko-toko.
Peristiwa tersebut terjadi pasca gempa, muncul insiden penjarahan di Turki. Presiden Erdogan mengatakan pada pekan lalu bahwa pemerintahnya akan menindak mereka yang terlibat dalam penjarahan atau pelanggaran hukum.
Sebelumnya muncul laporan tentang penjarahan toko dan bangunan yang rusak di Turki. Sehingga meningkatkan kekhawatiran keamanan negara.
“Kami telah menyatakan keadaan darurat,” katanya saat berkunjung ke zona bencana, menurut Erdogan seperti di kutip dari Reuters.
Artinya, mulai sekarang, orang-orang yang terlibat penjarahan atau penculikan harus tahu bahwa tangan tegas negara ada di belakang mereka.
Sumber: CNBC/BerbagaiSumber