NewsINH, Yaounde – Sebanyak 25 ribu warga Kongo, Afrika Tengah memilih mengungsi ke sejumlah wilayah yang relatif lebih aman. Mereka rela meninggalkan rumahnya lantaran konflik bersenjata kian memanas, dimana pemberontak M23 menyerang posisi keamanan Kongo di dekat kota perbatasan Bunagana
Dalam tiga hari terakhir konflik yang sedang berlangsung di Republik Demokratik Kongo bagian timur semakin meningkat.
Warga mulai meninggalkan rumah mereka ketika pemberontak dari kelompok M23 menyerang markas keamanan Kongo di dekat kota perbatasan Bunagana pada Minggu kemarin.
Tentara Kongo menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa pemberontak telah menguasai Bunagana. Bentrokan di sekitar kota terus berlanjut.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (31/5/2022) silam, mengatakan bahwa sedikitnya 55 orang tewas dalam dua serangan di desa-desa di Kongo timur. Insiden tersebut kemungkinan merupakan kekerasan malam terburuk di daerah itu setidaknya dalam empat tahun.
Tentara dan kelompok hak sipil setempat menuduh Pasukan Demokratik Bersatu (Allied Democratic Forces/ADF), sebuah kelompok bersenjata di daerah itu, telah menyerang Desa Tchabi dan sebuah kamp pengungsi di dekat Boga, desa lain. Keduanya dekat dengan perbatasan Uganda.
Kantor urusan kemanusiaan PBB dalam sebuah pernyataan mengatakan rumah-rumah dibakar dan warga sipil diculik.
Albert Basegu, kepala kelompok hak-hak sipil di Boga, mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa dia menyadari adanya serangan itu setelah mendengar suara tangisan di rumah tetangga.
“Ketika saya sampai di sana, saya menemukan bahwa para penyerang telah membunuh seorang pendeta Anglikan. Putrinya juga terluka parah,” kata Basegu.
Menurut PBB, ADF diyakini telah menewaskan lebih dari 850 orang pada 2020, dalam serentetan serangan balasan terhadap warga sipil setelah tentara memulai operasi melawan kelompok itu pada tahun sebelumnya.
Pada Maret, Amerika Serikat menyatakan ADF sebagai organisasi teroris asing. Kelompok itu pada masa lalu telah menyatakan kesetiaannya kepada ISIS.
Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi mengumumkan pengepungan provinsi Kivu Utara dan provinsi Ituri pada 1 Mei lalu guna meredakan peningkatan serangan oleh kelompok-kelompok militan.
Sumber: Anadolo/VOA