NewsINH, Gaza – Dampak agresi militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina jutaan rakyat Palestina mengalami kesulitan yang luar biasa. Bahkan wabah kelaparan kini merajalela akibat minimnya bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah jalur Gaza tersebut.
Ketua UNRWA Philippe Lazzarini menggambarkan “ledakan ketertiban sipil” di mana warga Gaza yang belum makan selama berhari-hari menjarah pusat distribusi bantuan dan menghentikan truk di jalan ketika mereka mencoba mengamankan pasokan untuk keluarga mereka.
“Bantuan yang ada tidak cukup,” kata Lazzarini. “Kelaparan merajalela di Gaza. … Kebanyakan orang hanya tidur di atas beton.”
Utusan Rusia Vasily Nebenzia menggambarkan kondisi di Gaza sebagai “bencana besar” dan mengatakan negara-negara yang menentang gencatan senjata harus “menghadapi kenyataan dan memberikan martabat bagi rakyat Palestina”.
Nebenzia menolak tuduhan bahwa mereka munafik jika mengutuk Israel ketika Moskow terus menekankan perangnya terhadap Ukraina.
Bantuan kemanusiaan dan pengiriman bahan bakar yang terbatas telah menyeberang ke Gaza melalui penyeberangan Rafah, namun para pejabat bantuan mengatakan hal itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan paling dasar warga.
Hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa memadati wilayah selatan setelah serangan Israel dan perintah evakuasi di wilayah utara, terdapat kekhawatiran yang semakin besar di kalangan warga Palestina bahwa mereka akan terpaksa keluar dari wilayah tersebut sama sekali dan mengulangi pengusiran massal tahun 1948 yang dikenal sebagai Nakba atau “bencana” pada awal peritiwa berdirinya negara Israel.
Kelompok bantuan Doctors Without Borders mengatakan pada hari Senin bahwa orang-orang di Gaza selatan jatuh sakit ketika mereka berkumpul di tempat penampungan yang padat atau tidur di tenda-tenda di area terbuka.
Nicholas Papachrysostomou, koordinator darurat kelompok tersebut di Gaza, mengatakan “setiap pasien” di sebuah klinik di Rafah mengalami infeksi saluran pernapasan setelah terpapar dingin dan hujan dalam waktu lama.
“Di beberapa tempat penampungan, 600 orang berbagi satu toilet. Kita sudah melihat banyak kasus diare. Seringkali anak-anaklah yang paling terkena dampaknya,” katanya.
Semntara itu, saat utusan PBB melakukan perjalanan menuju perbatasan Rafah, ratusan truk diparkir di sepanjang jalan menuju penyeberangan, menunggu pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Nusseibeh mengatakan Abu Dhabi sedang berkoordinasi dengan pihak berwenang terkait sehingga air minum dapat dipompa ke Gaza dari pabrik desalinasi yang didanai Emirat di Mesir.
Meskipun Israel sangat membatasi aliran air ke Gaza, masih belum jelas apakah infrastruktur Gaza mampu menerima air hasil desalinasi setelah kerusakan yang disebabkan oleh pemboman besar-besaran Israel selama berminggu-minggu.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan 100 truk yang membawa pasokan kemanusiaan memasuki Gaza dari Mesir pada hari Minggu, jumlah yang sama seperti hari sebelumnya
Laporan tersebut mencatat bahwa jumlah tersebut “jauh di bawah” rata-rata harian sebanyak 500 truk berisi bahan bakar, yang masuk setiap hari kerja sebelum tanggal 7 Oktober.
Seorang pegawai UNICEF, yang berbicara kepada wartawan tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan sebuah pusat logistik di dekat Al-Arish menyimpan barang-barang yang dilarang Israel untuk dikirim ke Gaza, termasuk panel surya dan mesin ultrasound. Karyawan tersebut mengatakan bahwa benda tersebut dilarang karena bersifat listrik dan mengandung logam.
Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara sedang merundingkan rancangan resolusi yang dirancang UEA yang menuntut pihak-pihak yang bertikai “mengizinkan penggunaan semua rute darat, laut dan udara ke dan di seluruh” Gaza untuk pengiriman bantuan.
Hal ini juga akan membentuk mekanisme pemantauan bantuan yang dikelola PBB di Jalur Gaza. Tidak jelas kapan rancangan resolusi tersebut dapat dilakukan pemungutan suara.
Guterres pekan lalu secara resmi memperingatkan Dewan Keamanan mengenai ancaman global terhadap perdamaian dan keamanan yang ditimbulkan oleh konflik tersebut.
Dia mengatakan setengah dari warga Palestina di utara Gaza dan setidaknya sepertiga dari mereka yang mengungsi di selatan “hanya kelaparan” dan kemudian mengkritik dewan tersebut karena “gagal” membantu mewujudkan gencatan senjata kemanusiaan.
Majelis Umum PBB akan bertemu mengenai Gaza pada hari Selasa atas permintaan negara-negara Arab dan Muslim. Badan beranggotakan 193 negara itu kemungkinan akan melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera, kata para diplomat.
Sumber: Aljazeera