NewsINH, Jakarta – Korban serangan militer Israel ke Jalur Gaza terus bertambah, tak hanya korban luka-luka. Jumlah korban meninggal dunia dipihak Palestina juga terus bertambah. Bahkan saking banyaknya jenazah korban serangan Israel ini salah satu rumah sakit di kawasan tersebut kwalahan dalam melayani kesehatan.
Tercatat hingga Selasa (10/10/2023) Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan, jumlah korban meninggal dunia saat ini meningkat menjadi 687 orang dan lebih dari 2 ribu penduduk Gaza mengalami luka-luka, baik ringan, sedang maupun berat.
Presidium MER-C Henry Hidayatullah dalam konferensi pers di Kantor MER-C, Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2023), menyatakan bahwa RS Indonesia di Jalur Gaza, yang sempat terkena serangan rudal militer Israel masih beroperasi untuk memberikan pelayanan medis.
“Gambaran umumnya dalam kondisi normal, dalam situasi yang terburuk ada seperti itu. Ada kondisi-kondisi kebutuhannya tinggi, apalagi dalam kondisi seperti ini dan resources yang ada dengan korban yang banyak, plus kita bisa lihat di media sosial kami. Mayat-mayat sudah meluap sampai keluar dari kamar jenazah ruang rumah sakit Indonesia di Gaza, tidak bisa menampung mayat-mayat sehingga ada di letakkannya di luar,” kata Henry Hidayatullah.
Ia mengatakan korban di Gaza cukup tinggi, sehingga pihaknya membutuhkan tambahan sumber daya dokter di sana. Ia juga menyebut RS Indonesia memerlukan peralatan medis untuk menangani korban serangan bom di Gaza.
“Korban lukanya sangat tinggi sehingga mau tidak mau pasti butuh tambahan resources, baik dari SDM maupun alat kesehatan dan obat-obatan. Terkait data obat-obatan kami sudah terima, tapi secara gambaran umumnya adalah data-data kebutuhan emergency case seperti perban, infus, dan benang jahit ya itu gambaran umumnya karena kasus-kasus trauma,” ungkapnya.
Henry mengatakan Rumah Sakit Indonesia sempat terdampak serangan udara yang dikirimkan Israel. Ia mengatakan bagian selang pipa distributor oksigen terkena serangan bom.
“Kondisi rumah sakit terkena di selang pipa distributor daripada oksigen konsentrat. Jadi ada pusat oksigen konsentrat, ada pipa distribusinya itu terkena serangan bom. Namun demikian, dalam proses perbaikan ya, dan sampai sejauh ini operasional rumah sakit relatif masih bisa berproses dengan cukup baik,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim dan juga Presidium MER-C Faried Thalib mengatakan basement RS juga digunakan untuk penyimpanan alat kesehatan. Ia mengingatkan bagaimana rumah sakit dan tempat pendidikan yang tak boleh tersentuh konflik perang.
“Rumah sakit ini memang didesain sejak awal untuk bisa tetap beroperasi walaupun tidak ada suplai. Makanya fungsi basement itu untuk menyimpan deposit supporting rumah sakit,” kata dia.
Dengan dilengkapi dua genset besar bertujuan untuk situasi darurat. Namun kalau gensetnya dibom ya selesai. Tapi itu kan ada aturan dunia ya rumah sakit dan tempat pendidikan tidak boleh disentuh walau dalam keadaan perang. Memang itu desain rumah sakit ini bisa bekerja 3-4 bulan ke depan.
Ia berharap Rumah Sakit Indonesia di Gaza tetap bisa beroperasi. Meski demikian, ia menyebut pihaknya tetap membutuhkan bantuan lantaran di hari biasa RS ini saja sudah kerap digunakan penduduk Palestina. Dalam kondisi normal aja rumah sakit kita ini sudah kewalahan menangani penduduk Gaza. Karena kondisinya terkurung, maksudnya terblokade sekian belas tahun.
“Jadi kita doakan mudah-mudahan rakyat Indonesia yang mengamanahkan melalui MER-C maupun yang lainnya bisa betul-betul optimal memberikan bantuan,” pungkasnya.