-
NewsINH, Gaza – Kantor Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) merilis sebuah video yang menunjukkan situasi sulit yang dihadapi oleh para pengungsi penduduk Palestina yang terusir dari rumahnya akibat agresi Israel di Jalur Gaza. “Tidak sedikit orang yang belum makan selama beberapa hari, anak-anak tidak memiliki pakaian musim dingin, dan tidak ada perawatan medis. Sebagian besar produk tidak tersedia di pasaran dan ketika tersedia, harganya sangat mahal,” kata Olga Cherevko dari tim OCHA seperti dikutip dari Gazamedia, Kamis (18/1/2023). Menurutnya, tempat perlindungan seperti pengungsian adalah kebutuhan besar dan tentu saja makanan, dan yang paling utama adalah perdamaian. Selain itu ancaman penyakit juga membayangi para pengungsi di Gaza. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa terdapat peningkatan pada jumlah kasus penyakit hepatitis A di pusat Gaza dan Rafah, hal ini akibat air yang terkontaminasi dan kondisi sanitasi yang buruk di kamp pengungsian. Baca Juga : INH Kirim Ribuan Paket Bantuan Kemanusiaan ke Kamp Pengusian di Gaza Hingga saat ini, perang di Gaza masih memanas, dimana tank-tank Israel kembali menyerbu ke bagian-bagian Jalur Gaza sebelah utara yang mereka tinggalkan pekan lalu, kata warga Gaza, Selasa, 16 Januari 2024, menyulut kembali beberapa pertempuran yang paling intens sejak tahun baru ketika Israel mengumumkan mereka sedang menurunkan sekala operasi di sana. Ledakan-ledakan besar dapat terlihat di wilayah-wilayah sebelah utara Gaza dari seberang perbatasan dengan Israel sebuah pemandangan yang jarang selama dua minggu terakhir sejak Israel mengumumkan penarikan pasukan dari utara sebagai bagian dari transisi kepada operasi-operasi militer yang lebih kecil dan terarah. Deru tembakan hebat terdengar melintasi perbatasan sepanjang malam. Di pagi hari, jejak spiral meliuk-liuk di langit saat pertahanan Iron Dome Israel menembak jatuh roket yang ditembakkan oleh militan melintasi pagar, bukti bahwa mereka tetap mampu meluncurkannya meskipun terjadi perang selama lebih dari 100 hari. Israel mengatakan pasukannya telah membunuh puluhan pejuang Hamas semalaman dalam bentrokan di Beit Lahiya di tepi utara Jalur Gaza. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan pengeboman Israel selama 24 jam terakhir telah menewaskan 158 orang di daerah kantong tersebut, sehingga meningkatkan jumlah korban jiwa dalam perang tersebut, yang kini memasuki bulan keempat, menjadi 24.285 orang, dan ribuan orang lainnya dikhawatirkan hilang di reruntuhan. Israel melancarkan perang untuk memberantas Hamas setelah militan menyerbu pagar perbatasan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang. Perang telah memaksa hampir seluruh warga Gaza meninggalkan rumah mereka, bahkan beberapa kali, dan menyebabkan krisis kemanusiaan, dengan makanan, bahan bakar, dan pasokan medis yang semakin menipis. Sumber: Gazamedia/Reuters
-
NewsINH, Den Haag – Afrika Selatan (Afsel) menjadi negara pertama yang menuntut atas kejahatan perang yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Dalam sidang gugatanya di Mahkamah Internasional (ICJ) di kota Den Haag, Belanda, Afsel mengungkapkan persoalan akses air bersih bagi jutaan rakyat Palestina di Gaza. Badan kemanusiaan PBB menyatakan bahwa Israel masih menolak akses untuk pengiriman bantuan kemanusiaan termasuk pengoperasian pompa air dan pengolahan limbah di Utara Gaza, serta pengiriman obat-obatan bagi korban perang. Pekan lalu, pengacara Afrika Selatan menyebutkan beberapa kali tentang akses air untuk mendukung kasus mereka di Mahkamah Internasional (ICJ) bahwa tindakan Israel di Gaza merupakan Genosida. Pengacara Afrika Selatan mengutip contoh pejabat senior Israel yang berbicara tentang memutus pasokan air ke Gaza, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang pada 9 Oktober mengatakan bahwa blokade total Israel atas Gaza termasuk larangan masuknya air. Afrika Selatan juga mengutip Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) milik tentara Israel yang mengatakan, jika Israel telah memberlakukan blokade total atas Gaza, tanpa listrik, tanpa air, dan terus menyebabkan kerusakan. Negara kelahiran Nelson Mandela telah meminta Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mencegah terputusnya akses terhadap makanan dan air yang memadai, serta pasokan dan bantuan medis. Permintaan ini dianggap sebagai salah satu tindakan sementara yang diusulkan. Serangan Israel di Jalur Gaza telah berlangsung lebih dari tiga bulan, lebih dari 24 ribu warga sipil Palestina di Jalur Gaza meninggal, sebagian besar merupakan perempuan dana anak-anak. Serangan secara sporadis yang dilakukan oleh militer zionis Israel ini juga telah merusak bangunan, infrastruktur, dan rumah-rumah warga. Saat ini, jutaan warga Gaza memilih mengungsi baik di kamp pengungsian maupun tempat-tempat yang dianggap aman seperti gedung-gedung milik PBB. Daruruat kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memprihatinkan seiring masih berlakunya larangan dan pembatasan bantuan kemanusiaan yang akan masuk kedalam wilayah Jalur Gaza. Sumber: Gazamedia
-
NewsINH, Jakarta – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) menyalurkan infak kemanusiaan untuk Palestina Rp1 miliar melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI. Penyaluran infak kemanusiaan untuk Palestina diserahkan langsung oleh Founder INH, Muhammad Husein dan diterima Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad MA., didampingi Pimpinan BAZNAS di Gedung BAZNAS RI, Jakarta, Senin (20/11/2023). Turut hadir pula dari INH antara lain, Presiden Direktur INH, Luqmanul Hakim, Manager Fundraising, Andriono, Koordinator Nasional Relawan INH, Suprianto. “Terima kasih mas Husein dan INH yang telah menyalurkan bantuan melalui BAZNAS. Mas Husein tau betul bagaimana kondisi saudara-saudara di Gaza, bagaimana WNI yang belum ketemu, dan bagaimana RS Indonesia di Gaza sudah dikepung Israel. Apa yang kita lakukan kecuali berdoa dan terus membantu,” kata Kiai Noor Achmad. Kiai Noor mengatakan, pengalaman Muhammad Husein di Gaza Palestina penting dijadikan barometer menyalurkan bantuan ke wilayah terkepung itu. Menurutnya, Muhammad Husein memiliki pengalaman yang tidak dimiliki oleh orang lain. “Tadi kita diperlihatkan oleh mas Husein sebuah video sebelum meninggalkan Gaza, dan itu diperlihatkan luluh lantak. Gaza utara sudah tak tersisa, yang bisa dihuni sekarang ini hanya Gaza selatan, itu kalau selamat. Kalau tidak ada aneksasi Israel ke Gaza selatan,” kata Kiai Noor. Kiai Noor mengapresiasi persatuan yang ditunjukkan umat Islam. Katanya, umat Islam di seluruh dunia memperlihatkan persatuan untuk membantu perjuangan bangsa Palestina dari berbagai sektor, tak terkecuali di Indonesia. “Hari ini dan hari-hari kemarin, umat Islam di seluruh dunia memperlihatkan persatuan. Tidak ada lain kecuali Palestina harus merdeka. Tidak ada lain kecuali Gaza harus dibantu. Saudara-saudara kita di Gaza harus diselamatkan,” kata Kiai Noor. Kiai Noor berencana menjadikan lembaga INH sebagai partner BAZNAS untuk membantu rakyat Gaza Palestina, terutama terkait dengan persoalan rekonstruksi atau recovery. “Jadi nanti mana yang dibutuhkan, apakah ada yang perlu dibangun masjid atau rumah sakit kembali, nah itu mas Husein yang tau persis apa kebutuhan masyarakat di sana,” tuturnya. Sementara itu, Founder INH, Muhammad Husein menyampaikan terima kasih kepada BAZNAS dan para donatur masyarakat Indonesia yang telah peduli terhadap Palestina. “Terima kasih kepada para donatur masyarakat Indonesia yang telah menyalurkan infak untuk Palestina. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada BAZNAS yang turut membantu menyalurkan infak dari donatur di Indonesia untuk masyarakat Gaza Palestina,” kata Husein. Menurut Husein, menyalurkan bantuan ke Gaza Palestina sangatlah sulit tanpa ada kolaborasi dan sinergisitas dari berbagai sektor. Karenanya, kata dia, INH menyambut baik upaya kerja sama yang akan dibangun dengan BAZNAS. “Bantuan yang bisa masuk ke Gaza adalah bantuan yang bekerja sama dengan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Kami tidak punya akses langsung, tapi BAZNAS kerja sama dengan ICRC. Jadi kami rasa ini sinergi yang sangat penting sekali,” katanya. Husein menjelaskan, saat ini yang dibutuhkan rakyat Gaza Palestina adalah bahan bakar untuk mengoperasikan generator dan ambulans di rumah sakit. Katanya, kebutuhan tersebut sangat mendesak. “Lalu, kebutuhan medis dan obat-obatan karena banyak sekali korban yang tidak dirawat dengan baik, dan tenda-tenda untuk warga, serta logistik dan minuman. Ini merupakan kebutuhan sangat mendasar dan vital,” tandasnya. (***)
-
NewsINH, Gaza – Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina menambah daftar penderitaan panjang bagi 2,2 juta warga Palestina. Pasalnya, satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza akan segera ditutup karena pasokan bahan bakar menipis di tengah agresi Israel yang sedang berlangsung selama hampir satu pekan. Sejak eskalasi dimulai pada hari Selasa, Israel telah menutup penyeberangannya menuju wilayah jalur Gaza yang terkepung, termasuk penyeberangan Erez untuk individu dan penyeberangan komersial Karam Abu Salam. Otoritas Israel telah menutup semua penyeberangan ke Gaza sejak Selasa kemarin, tak hanya itu mereka juga memutus akses truk pengangkut bahan bakar yang memasok kebutuhan pabrik dan industri diwilayah tersebut. Langka pembatasan tersebut merupakan intensifikasi pengepungan yang telah berlangsung sejak 2007 silam. Blokade tersebut berdampak serius pada taraf hidup penduduk Gaza yang semakin jatuh kedalam jurang kemiskinan. Atas tindakan tak berperikemanusiaan otoritas Israel kelompok hak asasi mengecamnya sebagai bentuk hukuman kolektif ilegal. Akibat minimnya pasukan bahan bakar pembangkit listrik di jalur Gaza menghadapi pemadaman yang membuat mereka hanya memiliki listrik 10 jam sehari, penduduk Gaza akan menghadapi pemadaman lebih lanjut jika pabrik berhenti beroperasi. Komite Presiden untuk Mengkoordinasikan Masuknya Bahan Bakar dan Barang ke Gaza mengatakan, penutupan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza akan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari lebih dari dua juta orang dan layanan vital di Jalur Gaza. Sumber: Wafa #DonasiPalestina
-
NewsINH, Yerusalem – Kabar duka cita kembali datang dari seorang aktivis atau pejuang Palestina. Khader Adnan, aktivis yang juga sebagai seorang anggota kelompok militan Palestina Jihad Islam akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa (2/5/2023) kemarin setalah melakukan aksi mogok makan selama 87 hari didalam penjara Israel. Sebelumnya, Khader Adnan ditangkap pihak keamanan otoritas Israel dan dijeblokskan kedalam penjara setelah ia dituduh atas aksi tindakan teror, demikian dikatakan oleh pihak berwenang penjara Israel. Israel mengklaim Adnan menolak untuk menjalani tes medis dan menerima perawatan medis. Ia kemudian ditemukan tidak sadarkan diri di kamarnya pada Selasa (2/5/2023) pagi. Otoritas penjara Israel mengatakan Adnan dievakuasi ke rumah sakit setelah upaya untuk menyadarkannya gagal dan ia akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Sementara pihak pengacara Adnan menuduh Israel melakukan kelalaian medis, hingga akhirnya berujung pada kematian. “Setelah 36 hari Adnan ditahan, kami menuntut agar ia dipindahkan ke rumah sakit umum agar ia bisa mendapatkan perawatan yang layak. Sayangnya, permintaan tersebut tidak ditanggapi dengan baik oleh pihak berwenang penjara Israel,” kata pengacara Jamil Al-Khatib seperti dikutip dari reuters. Tak lama setelah kematian Adnan diumumkan, sirene berbunyi di komunitas-komunitas perbatasan Gaza, membuat warga berlarian mencari tempat perlindungan. Militer Israel mengatakan tiga roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke arah wilayah Israel, namun jatuh di daerah terbuka. “Perjuangan kami terus berlanjut dan musuh akan menyadari sekali lagi bahwa kejahatannya tidak akan berlalu tanpa tanggapan. Perlawanan akan terus berlanjut dengan segala kekuatan dan tekad,” kata Jihad Islam Palestina dalam sebuah pernyataan. Adnan, 45 tahun, yang berasal dari kota Jenin yang diduduki Israel, adalah seorang tokoh Jihad Islam yang terkenal di Tepi Barat, yang direbut Israel pada perang tahun 1967. Seperti kelompok Islamis Hamas, Jihad Islam menentang kesepakatan damai antara Palestina dan Israel dan menganjurkan penghancuran Israel. Menurut Asosiasi Tahanan Palestina, Adnan telah ditahan oleh Israel sebanyak 12 kali, menghabiskan sekitar delapan tahun di penjara, sebagian besar di bawah penahanan administratif. Israel menuduh Adnan mendukung teror, berafiliasi dengan kelompok teror, dan menghasut. Dia melakukan setidaknya lima kali mogok makan selama masa penahanannya sejak tahun 2004. Sumber:Reuters/Republika #DonasiPalestina