NewsINH, Al Quds – Menjadi muslim di Palestina tak seperti dinegara lain yang bisa hidup damai dan tennang. Pasalnya, di Palestina khusunya di Tepi Barat umat muslim tak leluasa melakukan ibadah khusunya di Masjid Al Aqsa yang merupakan masjid suci ketiga bagi umat muslim.
Dilansir dari Middleeastmonitor, Kamis (30/3/2023). Otoritas pendudukan Israel terus membatasi akses bagi warga Palestina yang akan memasuki kawasan Masjid Al-Aqsa untuk beribadah malakukan amalan-amalan selama bulan Ramadhan, tak hanya pembatasan akses, serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina terus berlanjut.
Nizam Abu Rumouz ditangkap di Masjid Al-Aqsa kemarin ketika Israel menyerbu tempat suci umat Islam. Dia diinterogasi dan dibebaskan dengan larangan masuk ke Al-Aqsa selama enam bulan. Abu Ramouz mengatakan larangan sebelumnya dari masjid telah berakhir pada hari penangkapannya.
Dia telah dilarang dari situs tersebut sebanyak 16 kali, setiap pelarangan untuk jangka waktu mulai dari satu sampai enam bulan. Setiap perintah larangan yang dikeluarkan oleh Israel diberlakukan baik beberapa hari sebelum berakhirnya yang pertama atau pada hari mereka akan berakhir
Raeda Saida juga ditangkap kemarin dan penahanannya diperpanjang hingga Kamis. Otoritas pendudukan telah berulang kali melarangnya memasuki masjid Al Aqsa.
Abdullah Daana, Salih Fakhouri dan Mohammed Abu Farha juga telah dilarang memasuki Al-Aqsa selama satu minggu. Larangan dapat diperpanjang atau diperbarui.
Ada seruan yang lebih besar untuk serangan ke Al-Aqsa oleh kelompok sayap kanan Israel menjelang hari raya Paskah Yahudi yang akan diadakan pada akhir April mendatang.
Kehidupan umat muslim dan warga Palestina pada umumnya terus tertekan. Pasalnya, kekerasan demi kekerasan terus dirasakan bahkan pada bulan Ramadan sekalipun mereka kerap kali mendapatkan perlakukan yang tidak manusiawi.