NewsINH, Gaza – Perang panjang di Jalur Gaza, Palestina menambah daftar penderitaan yang luar biasa bagi bangsa Palestina. Pasalnya, sejak militer Israel melakukan invasi ke Jalur Gaza, sebanyak 4.000 anak-anak Palestina meninggal dunia. Jumlah yang sangat besar itu menunjukan Pembantaian yang sebenarnya.
Kementrian kesehatan Palestina di Jalur Gaza, merilis jumlah korban meninggal saat ini telah mencapai 9.770 orang separo diantaranya merupakan anak-anak yang tak berdosa dan tak mengentahui soal konflik tersebut
“Setidaknya 4.008 anak telah meninggal dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza dan jumlah korban tewas setelah hampir sebulan pemboman Israel mencapai 9.770,” menurut kementerian kesehatan Palestina.
Pada Minggu (5/11/2023) sore waktu Gaza, serangan udara Israel menghantam beberapa rumah di dekat sebuah sekolah di kamp pengungsi Bureji di Gaza tengah, menewaskan sedikitnya 13 orang, menurut pejabat di Rumah Sakit Al-Aqsa.
Kamp tersebut dihuni oleh sekitar 46.000 orang dan juga diserang pada Kamis lalu. Rekaman yang diverifikasi oleh Al Jazeera pada hari Minggu menunjukkan orang-orang mencari di bawah reruntuhan rumah untuk mengevakuasi para korban.
Ini adalah kamp pengungsi ketiga yang terkena serangan udara Israel dalam 24 jam terakhir. Lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan di kamp pengungsi al-Maghazi dan Jabalia di Gaza
‘Pembantaian yang sesungguhnya’
Arafat Abu Mashaia, seorang warga kamp al-Maghazi, mengatakan serangan udara Israel meratakan beberapa rumah bertingkat tempat orang-orang yang terpaksa keluar dari wilayah Gaza lainnya berlindung.
“Itu benar-benar pembantaian,” katanya pada Minggu pagi sambil berdiri di reruntuhan rumah yang hancur.
“Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapa pun yang mengatakan ada [pejuang] perlawanan di sini.” jelasnya.
Kamp tersebut, merupakan kawasan perumahan yang dibangun, terletak di zona evakuasi di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina untuk mencari perlindungan karena mereka memfokuskan serangan militernya ke utara.
Saeed al-Nejma (53), mengatakan dia sedang tidur bersama keluarganya ketika ledakan terjadi di lingkungan tersebut. “Sepanjang malam, saya dan teman-teman lainnya berusaha mengambil korban tewas dari reruntuhan. Kami punya anak, dipotong-potong, dicabik-cabik dagingnya,” katanya.
Pesawat-pesawat Israel kembali menjatuhkan selebaran, mendesak masyarakat untuk menuju ke selatan Gaza selama empat jam pada hari Minggu. Kerumunan orang terlihat berjalan kaki menyusuri jalan raya utama utara-selatan dengan hanya membawa apa yang bisa mereka bawa dengan mengendarai kendaraan sederhana seperti kereta keledai.
Seorang pria mengatakan dia harus berjalan sejauh 500 meter (1.640 kaki) dengan tangan terangkat saat melewati pasukan Israel. Yang lain menggambarkan melihat mayat di dalam mobil yang rusak di sepanjang jalan.
“Anak-anak pertama kali melihat tank. Ya ampun, kasihanilah kami,” kata seorang warga Palestina yang menolak menyebutkan namanya.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Khan Younis, mengatakan tampaknya ada “serangan sistematis” terhadap kamp pengungsi Gaza oleh pasukan Israel.
“Serangan udara yang berulang-ulang terhadap kamp-kamp pengungsi di Gaza tengah dan selatan adalah alasan mengapa masyarakat tidak menganggap serius pengumuman Israel yang menjamin koridor aman untuk melakukan perjalanan ke selatan,” katanya.
Sumber: Aljazeera