Gerbang Rafah Jalur Distribusi Bantuan Kemanusiaan di Gaza Rencana Dibuka Hari Ini

NewsINH, Gaza – Lebih dari sepekan pertempuran antara pejuang  kemerdekaan Palestina dan Militer Israel masih berlangsung. Kondisi kota-kota di Jalur Gaza semakin terjepit terlebih saat otoritas Israel menghentikan semua pasokan listrik, bahan bakar minyak, hingga jaringan internet diwilayah tersebut.

Rencananya,  guna memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza yang semakin sulit gerbang perbatasan yang ada di Rafah, Senin (16/10/2023) akan dibuka sebagai jalur distribusi bantuan kemanusiaan dan pergerakan warga sipil baik penduduk lokal maupun penduduk asing yang tinggal dikawasan tersebut.

Seperti dikutip dari saluran NBC Amerika mengatakan bahwa penyeberangan Rafah akan dibuka hari ini pukul 09:00 pagi waktu setempat, untuk memungkinkan orang asing meninggalkan Jalur Gaza, dan agar bantuan kemanusiaan dapat masuk pada waktu yang sama.

Sebelumnya, pihak militer Israel memberikan ultimatum kepada pihak PBB untuk mengosongkan jutaan penduduk Gaza yang berada disisi utara untuk menuju selatan. Disinyalir tindakan aini sebagai upaya dan langkah militer Israel yang akan melakukan serangan darat diwilayah Gaza bagian utara.

“Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerukan evakuasi seluruh warga sipil Gaza dari rumah mereka ke arah selatan, demi keselamatan dan perlindungan mereka sendiri,” demikian pernyataan militer Israel, dikutip AFP.

Militer Israel menyerukan agar warga Palestina pindah ke daerah selatan Wadi, seperti yang ditunjukkan pada peta.

Sementara itu, United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) merilis saat ini warga Palestina butuh bantuan sebesar Rp 4,6 Triliun, jumlah tersebut hanya digunakan untuk keperluan logistik seperti bahan makanan.

“Ada sekitar 1,3 juta warga Palestina yang butuh bantuan mendesak,” jelasnya.

Estimasi dana bantuan yang dibutuhkan adalah US$294 juta atau sekitar Rp4,6 triliun (asumsi kurs Rp15.714 per US$). Sekitar 45%-nya diperlukan untuk penyediaan pangan.

“Perang ini menghancurkan rantai pasokan makanan di Gaza. Banyak keluarga kekurangan pangan akut. Ini bukan krisis lagi, tapi katastrofe, malapetaka besar,” kata OCHA dalam laporan Hostilities in Gaza and Israel edisi 12 Oktober 2023.

“Sektor pertanian Palestina mengalami kerusakan parah. Petani dan penggembala butuh bantuan mendesak untuk membangun kembali kehidupan mereka, untuk memulai lagi kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, serta memulihkan martabat mereka,” lanjutnya.

Setelah sektor pangan, OCHA memprioritaskan sekitar 11% kebutuhan dana untuk koordinasi distribusi logistik, 11% untuk tempat tinggal pengungsi, dan sisanya untuk sektor lain seperti terlihat pada grafik.

“Perlu ada penguatan koordinasi sipil-militer untuk memfasilitasi transportasi serta pengiriman pasokan bantuan menembus perbatasan Jalur Gaza dengan aman,” kata OCHA.

“Banyak juga pos pengungsian yang infrastrukturnya tidak memadai. Sebagian besar pos sudah mencapai daya tampung maksimum, sedangkan pengungsi akan semakin banyak berdatangan,” lanjutnya. (***)

 

Bagikan :
Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!