NewsINH, Tepi Barat – Pasukan pendudukan Israel menyerbu kamp pengungsi Jalazone di Tepi Barat, Palestina yang diduduki. Secara brutal pasukan zionis Israel membrondong dengan 30 peluru ke tiga pemuda Palestina yang sedang berada di dalam kendaraan mereka.
Dilansir dari kantor berita Wafa, Selasa (4/10/2022). Dua dari warga Palestina tewas, sementara tiga orang lainya mengalami luka-luka. Dua orang yang tewas itu bernama Basel Basbous, 19, dan Khaled Anbar, 22, keduanya warga Jalazone. Pria yang terluka bernama Rafat Habash, 19, dari Beir Zeit. Ketiganya dilaporkan sebagai pekerja konstruksi yang sedang melakukan pekerjaan disekitar lokasi kejadian.
Pasukan pendudukan Israel, kata Wafa, mengambil mayat orang-orang Palestina yang terbunuh dan menahan Habash yang mengalami luka-luka.
“Dengan terbunuhnya Basbous dan Anbar, jumlah orang Palestina yang terbunuh oleh tembakan Israel sejak awal 2022 telah meningkat menjadi 160, termasuk 109 di Tepi Barat dan 51 di Jalur Gaza,” tulis kantor berita Palestina, Wafa, dalam laporannya.
Akhir bulan lalu, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, menyoroti terus berlanjutnya aksi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap anak-anak Palestina. Menurut dia, pelanggaran Israel terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, tetap berlangsung.
“Saya sangat terkejut bahwa anak-anak (Palestina) terus terbunuh dan terluka dalam jumlah besar. Anak-anak tidak boleh menjadi sasaran kekerasan atau berada dalam bahaya,” kata Wennesland saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, 28 September lalu, dikutip laman UN Geneva.
Dia mengingatkan, sesuai resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB, segala bentuk tindak kekerasan terhadap warga sipil harus dihindari. Wennesland menyebut, Israel hanya diperkenankan menggunakan “kekuatan mematikan” ketika situasinya tak bisa lagi dielakkan untuk melindungi kehidupan.
Selain kekerasan terhadap anak-anak Palestina, Wennesland turut menyoroti masih berlanjutnya proyek pembangunan permukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki. Dia menegaskan bahwa hal itu tak sejalan dengan ketentuan resolusi 2334 yang diadopsi pada Desember 2016.
Wennesland berpendapat, negosiasi Israel-Palestina tidak bisa lagi ditunda tanpa batas. “Tidak adanya proses perdamaian yang bermakna untuk mengakhiri pendudukan Israel dan menyelesaikan konflik memicu kerusakan berbahata di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, khususnya di Tepi Barat, dan mendorong persepsi bahwa konflik tidak bisa diselesaikan,” ucapnya.
Ia berkomitmen tetap terlibat secara aktif dengan para pemimpin Israel dan Palestina serta mitra-mitra internasional, khususnya di kawasan Timur Tengah. “Mengakhiri pendudukan (Israel) dan mewujudkan solusi dua negara (Israel-Palestina) harus mendorong upaya kolektif kita,” ujar Wennesland.
Sumber: Wafa