-
NewsINH, Gaza – Perlakukan militer Israel terhadap warga Gaza semakin bengis dan brutal. Mereka menyandara dan menangkap warga sipil Palestina di Jalur Gaza. Tak hanya itu mereka juga memperlakukan para tahanan layaknya binatang. Dikutip dari akun X Quds News Network, Senin (29/1/2024) sebuah gambaran baru muncul tentang warga Palestina yang diculik oleh militer Israel dari Khan Yunis di Gaza. Para tahanan muncul dengan pakaian putih sekali pakai, mata tertutup, bertelanjang kaki, dan dengan nomor tertulis di punggung mereka masing-masing. Sepintas, gambaran foto yang beredar di sosial media itu seperti para tahanan akan menunggu giliran untuk di eksekusi. Sementara itu, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan pilunya keadaan terkini di Gaza. Dalam cicitannya di media sosial X (dahulu bernama Twitter), ia mengabarkan kondisi Rumah Sakit Nasser. “Saat ini 350 pasien dan 5.000 pengungsi masih bertahan di rumah sakit. Rumah sakit tersebut kehabisan bahan bakar, makanan dan perbekalan,” tulisnya di platform X beberapa waktu lalu. Menurut Tedros, itu terjadi saat pertempuran di sekitar rumah sakit di Khan Younis meningkat. Selagi pertempuran di sekitar rumah sakit terus terjadi, akses untuk membawa masuk pasokan masih terhalang. “Kami menyerukan gencatan senjata segera, sehingga kami bisa mengisi lagi persediaan penyelamatan jiwa yang sangat dibutuhkan,” katanya. Eskalasi pembantaian dan genosida di Jalur Gaza telah berlangsung lebih dari tiga bulan. Setidaknya, 25 ribu lebih warga Gaza meninggal dunia selama penyerangan militer Israel yang berlangsung sejak 7 oktober s023 silam. Tak hanya membunuh anak-anak dan para wanita, agresi Israel ini juga merusak bangunan,baik gedung maupun infrastruktur serta rumah warga. Diperkirakan 1,9 juta warga Palestina mengungsi. Meski tak lagi tempat yang aman, warga Palestina menaruh optimis peperangan akan segera berakhir dan kemenangan ada pada pihaknya. (***)
-
NewsINH, Bogor – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian atau INH menyepakati kerjasama dibidang kemanusiaan dengan Muhammadiyah Sisaster Management Center (MDMC) Sumatera Barat. “Kami merasa terhormat dan terimakasih kepada pengurus MDMC Sumatera Barat yang telah berkenan hadir silahturahmi ke kantor INH,” kata Presiden Direktur INH Lukmanul Hakim saat menerima kunjungan pengurus MDMC Sumatera Barat di kantor INH, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Selasa (17/10/2023) kemarin. Menurutnya, dimata INH MDMC bukanlah lembaga baru. Pasalnya, sejak INH didirikan pada tahun 2018 silam sudah sering membangun kerjasama dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan khusunya ditingkat nasional. “Bagi INH ini suatu hal yang luar biasa, semoga sinergisitas kita dalam bidang kemanusiaan bisa terus terjalin dan membesarkan satu sama lain,” jelasnya. Dalam pertemuan itu, kedua lembaga juga membicarakan perkembangan konflik Palestina khusunya di wilayah Jalur Gaza yang akhir-akhir ini mengalami eskalasi yang sangat tinggi. Diharapkan, kondisi saat ini mampu mempersatukan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk bersama-sama membantu warga Palestina yang tengah dirundung kemalangan. “Semoga situasi saat ini bisa menjadikan kita semakin solid dan kompak dalam membantu saudara-saudara kita di Palestina yang tengah berjuang melawan penjajahan, khusunya dibidang kemanusiaan,” tambah Lukaman. Sementara itu, Ketua MDMC Sumbar Portito juga menyambut baik atas respon positif INH untuk bersama-sama dengan MDMC membangun dan berjuang bersama dalam bidang kemanusiaan. “Semoga ini menjadi langka kedepan dalam menyuarakan kemanusiaan, kami berterimakasih atas sambutan hangat dari pengurus INH yang sangat terbuka dalam menerima kunjungan kami,” kata Portito. Portito juga memberikan karpet hijau bagi INH jika ingin mengembangkan sayapnya di wilayah Sumatera Barat. Bahkan, MDMC bersedia memfasilitasi menghidupkan kembali relawan INH diwilayah Sumatera Barat. “Kami melihat INH merupakan lembaga yang konsisten dalam membantu Palestina, dan kami lihat masyarakat Sumbar juga sangat mencintai warga Palestina, saya rasa jika INH ingin mengembangkan sayap kerelawananya diwilayah Sumbar kami siap untuk membantu,” tutupnya. (***)
-
NewsINH, Gaza – Ditengah kondisi peperangan antara pasukan pejuang kemerdekaan Palestina dengan militer Israel, seorang pria Palestina di Jalur Gaza dengan mengendarai kereta keledainya membagikan air untuk memastikan warga Gaza tidak kehausan di tengah pengepungan Israel. Pria bernama Jameel al-Karoubi dan keledainya biasa berjualan sayur-sayuran, kini mereka berjalan keliling lingkungan mengantarkan air kepada mereka yang haus. “Ini rutinitas harian baru kami selama sembilan hari terakhir, sejak pertempuran meletus pada Sabtu, (7/10/2023),” kata Jameel dengan nada lirih . Setiap hari, dia bangun sebelum matahari terbit. Kemudian, setelah mengurus apa pun yang dibutuhkan keluarganya, dia dan Almond, keledainya, pergi ke jalan-jalan Gaza yang berlubang untuk mendistribusikan air minum bersih kepada masyarakat di lingkungannya melalui bagian belakang gerobaknya. “Saya membuat kesepakatan dengan teman saya Almond, bahwa jika dia tetap bangun pagi setiap hari dan membantu saya mengisi tangki air dan mendistribusikannya ke lingkungan sekitar, saya akan memberinya sekantong makanan tambahan setiap hari,” kata Jameel kepada Al. Jazeera. Sebelum perang dimulai, pria berusia 34 tahun ini biasa menjual sayuran dengan menggunakan gerobaknya. Kini, sejak pemboman dimulai, dia dan Almond melakukan apa yang mereka bisa untuk membuat perbedaan bagi sebanyak mungkin orang. Beberapa tahun lalu, Jameel, yang namanya berarti “cantik” dalam bahasa Arab, mewarisi sebuah sumur setelah kematian ayahnya. Kini, sebelum ia memenuhi kebutuhan air keluarganya, ia mengisi dua tangki besar dan berjalan keliling lingkungan, memanggil tetangganya untuk mengeluarkan tangki galon dan kantong air untuk diisi ulang. Jameel tinggal bersama ibu, istri, dan keempat anaknya, dan mengatakan sumur tersebut menampung cukup air agar tetangganya tidak kehausan setelah pasukan Israel memutus pasokan air dan listrik ke daerah kantong tersebut lebih dari seminggu yang lalu. Bagi Jameel, membuat keputusan itu mudah, ia yakin masyarakat harus bersatu dan menerapkan keyakinan tersebut. Dia tidak mau menerima uang sepeser pun untuk membeli air, meskipun keluarga kelas pekerjanya pasti bisa menggunakannya. “Saya tidak menjualnya, saya membagikannya secara gratis,” ujarnya. “Jika saya tidak membantu rakyat saya, siapa yang akan membantu mereka? Israel? Aku meragukan itu.” Berbicara kepada Al Jazeera, salah satu tetangga Jameel mengatakan air sangat penting, sehingga mereka bisa hidup tanpa internet atau bahkan listrik, tapi tidak tanpa air. “Saya hanya tidak tahu apa yang akan kami lakukan jika Jameel tidak ada,” kata mereka. “Kami mencoba pergi ke lembaga bantuan untuk mendapatkan air, namun tempat tersebut sangat ramai dan air di sana terasa tidak bersih.” Jameel mengatakan dia ingin pergi ke luar lingkungannya untuk membantu lebih banyak orang, namun puing-puing yang ditinggalkan oleh serangan rudal Israel membuat gerobaknya tidak bisa melewati jalan-jalan yang terkena serangan rudal. Meskipun keluarga Jameel merasa cemas dan takut jika bepergian dengan kereta dapat membahayakan dirinya, mereka tidak ingin menghentikan Jameel untuk melakukan upaya bantuan yang dilakukan sendiri. Putra bungsu Jameel, Osama, berkata: “Ayah saya merasa dia mempunyai kewajiban untuk membantu orang, siapa pun, bahkan orang asing. “Dan dia paling bahagia dan bangga ketika orang bisa tidur di malam hari tanpa merasa haus.” Dia melanjutkan: “Tentu saja sangat berbahaya, rudal-rudal berjatuhan tanpa pandang bulu di seluruh Gaza. Tapi kita tidak bisa menghentikannya. Orang-orang mencintai kami dan hanya itu yang kami inginkan sebagai balasannya.” Terkadang, Jameel dan Almond membagikan sayuran seperti lemon, kentang, dan apa pun yang dia temukan di kebunnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Saya tidak keberatan membagikan sayur-sayuran gratis jika saya punya lebih,” katanya. “Itu membuat saya, dan orang-orang, lebih bahagia.” Usaha dan keberaniannya tidak luput dari perhatian, karena tetangga Jameel sering menawarkan makanan kepada Almond dan bersikeras agar dia menerimanya, sehingga Almond dapat terus membantu Jameel melakukan apa yang mereka lakukan setiap hari. Jameel tidak mengikuti politik dan tidak tahu kapan perang akan berakhir. Dia hanya tahu kalau tetangganya sedang kehausan. “Selama orang-orang saya membutuhkan,” katanya, “Saya akan berada di sana, berusaha memberikan bantuan sebanyak yang saya bisa.” Sumber: Aljazeera
-
NewsINH, Gaza – Serangan Israel di Jalur Gaza belum menunjukan adanya tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, serangan mematikan ini kembali terjadi di kawasan Jalur Gaza bagian selatan tepatnya di Khan Younis. Dikutip dari kantor berita palestina Wafa, Kamis (11/5/2023). Sedikitnya tiga warga Palestina dilaporkan meninggal dunia sementara puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, setelah pesawat tempur Israel menargetkan sebuah apartemen sipil di kota Khan Younis, selatan Jalur Gaza. “Pesawat tak berawak Israel menembakkan roket ke sebuah apartemen perumahan, menewaskan tiga orang dan melukai tujuh lainnya, salah satunya dilaporkan kritis,” kata Koresponden media tersebut. Dia mengatakan bahwa bangunan itu hancur total, dan beberapa properti lainya yang berada disekitar bangunan tersebut juga ikut mengalami kerusakan. Selain itu, melakukan oengeboman di sebuah apartemen pesawat tempur Israel juga menargetkan sebuah rumah tak berpenghuni di sebelah timur Khan Younis, sebuah situs dan tanah kosong. Namun, tidak ada korban yang dilaporkan. Jumlah rumah yang menjadi sasaran dan dihancurkan sebagian dan seluruhnya oleh pesawat tempur Israel sejak awal agresi Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 14 rumah, 10 di antaranya hancur sebagian dan seluruhnya pada hari pertama. “Tiga kendaraan milik Palestina juga dihancurkan,” katanya. Jumlah warga Palestina yang tewas dalam agresi Israel di Gaza meningkat menjadi 24 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, sementara 64 lainnya luka-luka. Sumber: Wafa #DonasiPalestina
-
NewsINH, Ramallah – Meski telah memasuki bulan suci Ramadan, namun aksi penyerangan militer zionis Israel terhadap warga Palestina di wilayah Tepi Barat tak juga redah. Salah seorang pejuang Palestina dilaporkan meninggal dunia, Ia merupakan korban pembunuhan militer Israel diawal ramadan tahun ini. Padahal berbagai pihak dan dunia internasional telah meminta militer Israel untuk menahan diri sebagai bagian deeskalasi menjelang Ramadan. Bukannya menaati permintaan tersebut tapi justru militer Israel menembak mati seorang pejuang Palestina pada hari pertama Ramadan ini. Pembunuhan itu dilakukan terhadap seorang warga Palestina dalam serangan di Tepi Barat yang diduduki pada Kamis (23/3/2023) kemarin, kata pejabat Palestina. Insiden ini terjadi di tengah upaya untuk mengekang gelombang kekerasan agar tidak meluas. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, Amir Abu Khadijeh yang berusia 25 tahun ditembak di kepala di Kota Tulkarem. Ia dituduh bergabung dalam sebuah kelompok baru yang dibentuk untuk menghadapi pendudukan Israel dengan nama “Brigade Tulkarem”. Abu Khadijeh mengatakan, tentara Israel menduduh ia adalah salah satu pendirinya dan menggambarkan upaya pembunuhan korban itu sebagai “penjagalan”. Padahal, hari Kamis kemarin adalah menandai hari pertama bulan suci Ramadan 2023 di wilayah Palestina. Pada tahun-tahun sebelumnya, Ramadan memang sering terjadi, kadang-kadang bentrokan antara polisi Israel dan Palestina. Bentrokan kadang terjadi terutama di sekitar kompleks Masjid al-Aqsha Yerusalem, situs tersuci ketiga Islam, yang dipuja sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi. Sedangkan, Ramadan tahun ini bertepatan dengan Paskah Yudaisme dan Paskah Kristen. Sementara itu, sebuah pernyataan dari polisi perbatasan Israel mengatakan, unit penyamaran terlibat dalam penggerebekan Kamis pagi untuk menangkap seorang pria Palestina yang diduga terlibat dalam beberapa serangan penembakan. Pasukan mengepung rumah tempat dia berada dan menembaki pria itu setelah dia mengarahkan senjata ke arah mereka, kata polisi perbatasan. Pada Ahad (19/3/2023), pejabat Israel dan Palestina sempat membuat komitmen untuk mengurangi kekerasan pada pertemuan yang dihadiri oleh delegasi AS, Mesir, dan Yordania di resor Sharm el-Sheikh. Namun, di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel telah mengalami gelombang konfrontasi dalam beberapa bulan terakhir, dengan serangan militer Israel yang hampir terjadi setiap hari. Sementara, meningkat pula kekerasan oleh pemukim Yahudi di tengah rentetan serangan oleh warga Palestina. Selama setahun terakhir, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 250 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk pejuang dan warga sipil. Lebih dari 40 warga Israel dan tiga warga Ukraina tewas dalam serangan Palestina pada periode yang sama. Sementara sepanjang tahun ini, sekitar 89 warga Palestina dibunuh di Tepi Barat. Separuh dari jumlah itu adalah warga sipil. Sementara di pihak Israel sekitar 15 orang tewas dan sebagian besar merupakan warga sipil. Palestina tetap pada tujuan untuk mendirikan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, wilayah yang direbut Israel dalam Perang 1967. Sumber: Republika #DonasiPalestina