-
NewsINH, New York – Amerika Serikat (AS) kembali memveto resolusi di Dewan Keamanan PBB yang mendesak gencatan senjata di Gaza. Dari 15 anggota DK PBB, baik anggota tetap maupun sementara, hanya AS sendirian yang menolak resolusi yang sangat penting untuk menghentikan penderitaan warga Palestina tersebut. Resolusi terbaru diajukan oleh 10 anggota terpilih DK PBB. Resolusi itu menuntut “gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen” antara Israel dan Hamas. Anggota pendukungnya adalah Aljazair, Ekuador, Guyana, Jepang, Malta, Mozambik, Korea Selatan, Sierra Leone, Slovenia dan Swiss. Naskah tersebut masih bisa diblokir oleh AS, Menurut Security Council Report, sebuah media yang memantau kerja dewan PBB. Dewan telah melakukan pemungutan suara terhadap 11 resolusi terkait perang di Gaza sejak Oktober tahun lalu. Hanya empat dari resolusi tersebut yang diadopsi. Ini adalah keempat kalinya sejak Oktober 2023 AS menggunakan hak vetonya untuk memblokir resolusi gencatan senjata Gaza di Dewan Keamanan. Kali ini, AS berdalih tidak ada kecaman terhadap Hamas atas tindakan 7 Oktober 2023 dan juga satu paragraf yang disebut OP1. AS mengatakan pihaknya ingin dalam rancangan gencatan senjata ini terhubung dan mensyaratkan pembebasan semua tawanan. Rancangan tersebut menyerukan pembebasan semua tawanan dan juga menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat, namun tidak serta merta mengaitkan atau membuat mereka bersyarat, dan hal ini merupakan hal yang ditentang oleh Amerika Serikat. Bagaimanapun, resolusi yang diveto itu menunjukkan AS kian terasing dalam mendukung Israel. Rancangan resolusi ini merupakan hasil perundingan selama berminggu-minggu, dan dimulai oleh 10 anggota Dewan Keamanan terpilih. “Ada rasa frustasi yang jelas di pihak Dewan Keamanan karena tidak adanya tindakan terhadap Gaza, dan itulah sebabnya 10 anggota terpilih mengajukan rancangan ini. Hal ini telah dikerjakan selama hampir tiga minggu, namun pada akhirnya diveto oleh AS,” tulis koresponden Aljazirah Gabriel Elizondo. Aljazirah juga melaporkan, dari Gaza, putusan AS memveto resolusi itu terlihat “tidak berperasaan dan kejam”. Namun, tidak ada yang terkejut di seluruh Gaza dengan veto ini. Selama ini, agresi mematikan Israel memang sebagian besar didukung oleh AS dan narasi yang terus-menerus meniru militer Israel dan pemerintah Israel, namun tidak melakukan tindakan signifikan di lapangan. “Dan itulah sebabnya kita melihat serangan terus berlanjut di mana-mana di Jalur Gaza, menyebabkan lebih banyak korban sipil – juga menyebabkan kehancuran besar dan lebih banyak pengungsian paksa dari bagian utara Jalur Gaza,” tulis Aljazirah. Serangan Israel di Gaza telah menewaskan 13 orang dan melukai 85 lainnya selama 24 jam terakhir, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut. Ini menjadikan total korban tewas perang di Gaza menjadi 43.985 orang. Sebanyak 104.092 orang lainnya di Gaza terluka dalam perang tersebut, kata kementerian tersebut, dan mencatat bahwa banyak korban masih terjebak di daerah yang tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat. Departemen Luar Negeri AS mencoba membela hak veto AS terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata di Gaza. “Resolusi tersebut memang menyerukan pembebasan sandera. Apa yang tidak mereka lakukan adalah menghubungkan pembebasan sandera dengan gencatan senjata segera dan tanpa syarat,” kata juru bicara Matthew Miller dalam jumpa pers. Sementara di DK PBB, yang semuanya mendukung resolusi tersebut, mengkritik keras AS karena menghalangi tindakan yang diajukan oleh 10 anggota terpilih dewan tersebut. Duta Besar Prancis, Nicolas de Riviere, mengatakan resolusi tersebut “sangat tegas” mengharuskan pembebasan para tawanan. Setelah memblokir resolusi sebelumnya mengenai Gaza, Washington pada bulan Maret abstain dari pemungutan suara yang memungkinkan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera diloloskan. Chris Hedges, seorang komentator politik dan penulis, mengatakan AS memveto resolusi terbaru Dewan Keamanan mengenai Gaza karena AS tidak melihat potensi gencatan senjata sebagai sesuatu yang permanen, melainkan sebuah gencatan senjata yang memungkinkan para tawanan meninggalkan Gaza. “Semua sandera bisa saja dibebaskan pada 8 Oktober [2023],” kata Hedges kepada Aljazirah. “Para sandera tersebut diambil untuk membebaskan sekitar 10.000 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel, banyak di antaranya tanpa proses hukum.” “Anda bisa membuat argumen yang cukup kuat” bahwa Israel membunuh sebagian besar tawanan yang kehilangan nyawa mereka di Gaza, kata Hedges. “Itu adalah keputusan Israel,” katanya. Sementara kelompok Hamas menuduh AS “bertanggung jawab langsung” atas “perang genosida” Israel di Gaza setelah mereka memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata. “Sekali lagi, Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka adalah mitra langsung dalam agresi terhadap rakyat kami, bahwa mereka adalah kriminal, membunuh anak-anak dan perempuan serta menghancurkan kehidupan sipil di Gaza, dan bahwa mereka bertanggung jawab langsung atas perang genosida dan pembersihan etnis, sama seperti pendudukan [Israel],” kata Hamas dalam sebuah pernyataan. Wakil duta besar misi Palestina untuk PBB, Majed Bamya, mengatakan serangan mematikan Israel yang sedang berlangsung di Gaza tidak ada hubungannya dengan tawanan Israel yang ditahan di sana. Gencatan senjata akan menyelamatkan “semua nyawa” di wilayah kantong yang terkepung, katanya kepada Dewan Keamanan PBB setelah pemungutan suara terbaru mengenai resolusi gencatan senjata di Gaza. Bamya mengecam situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, di mana kelaparan sedang terjadi dan sudah menjadi “kenyataan di Gaza utara”, katanya. “Dunia seharusnya tidak terbiasa dengan kematian warga Palestina, melihat anak-anak Palestina kelaparan,” kata Bamya.
-
NewsINH, Gaza – Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama mitra-mitranya mendesak segera dilakukan jeda kemanusiaan di Gaza guna memastikan lebih dari 640.000 anak dapat menerima vaksinasi polio. Permintaan ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk menghentikan sementara konflik guna mencegah penyebaran penyakit di antara populasi rentan di wilayah tersebut. Menurut keterangan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), badan-badan ini siap untuk memberikan vaksin. Namun situasi keamanan yang memburuk memerlukan gencatan senjata sementara atas dasar kemanusiaan. Badan-badan tersebut memperingatkan bahwa penundaan kampanye vaksinasi secara signifikan akan meningkatkan risiko wabah polio di kalangan anak-anak. Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNRWA, dan mitra lainnya, telah mengirimkan 1,2 juta dosis vaksin polio tipe 2 ke Gaza. Mereka berencana memvaksinasi lebih dari 640.000 anak di wilayah tersebut. Pengiriman vaksin penting ini didukung Qatar Charity yang menyumbangkan $3 juta untuk mendukung upaya UNRWA di Gaza. Sam Rose, Deputi Direktur Lapangan Senior UNRWA, menyoroti kondisi sulit di Gaza, di mana keluarga yang mengungsi dan relokasi yang sering terjadi akibat perintah evakuasi Israel telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyebaran virus polio. Ia menegaskan bahwa kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan perawatan kesehatan memperburuk situasi, menjadikan penyebaran cepat virus sebagai ancaman nyata. Situasi di Gaza semakin diperparah dengan laporan tentang kasus polio pertama yang terdeteksi di wilayah tersebut dalam 25 tahun terakhir pada 16 Agustus. Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan kekhawatiran bahwa ini bisa menunjukkan adanya banyak kasus yang tidak terdeteksi. Penemuan kasus polio ini disertai dengan masalah yang terus berlanjut seperti sanitasi yang buruk dan akses air yang terbatas. Pejabat PBB menyatakan keprihatinan mendalam tentang krisis kesehatan yang terjadi di Gaza, terutama sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Sejak saat itu, sekitar 50.000 bayi telah lahir di Gaza, banyak di antaranya belum menerima vaksinasi apapun akibat krisis yang berlanjut. PBB dan mitra-mitranya kini menyerukan kepada komunitas internasional untuk menekan Israel agar mengizinkan vaksin polio masuk ke Gaza dengan aman, menekankan bahwa tanpa tindakan segera, kesehatan ratusan ribu anak terancam. Sumber: Gazamedia
-
NewsINH, Bogor – Setidaknya dalam enam bulan agresi Israel ke Jalur Gaza baik melalui udara, darat dan pengetatan blokade, sudah lebih dari 32 ribu jiwa warga sipil Gaza, Palestina syahid, mayoritas adalah wanita dan anak-anak serta puluhan ribu lainnya luka-luka. Pembantaian satu dan pembantaian lainnya terus terjadi hingga hari ini di Gaza, banyak diantaranya saat mereka hendak mencari makan untuk keluarganya yang kelaparan. Seperti “pembantain terigu” yang tidak hanya hanya terjadi sekali, namun berkali-kali terjadi kepada warga yang hendak mengambil bantuan dan ditarget oleh Israel. International Networking for Humanitarian (INH) terus secara aktif dalam enam bulan ini menyalurkan bantuan kemanusiaan dari masyarakat Indonesia melalui tim INH di Jalur Gaza yang juga adalah korban dari agresi kali ini. Bantuan yang sudah disalurkan didokumentasikan dan dilaporkan secara rutin serta dipublish di berbagai media sosial maupun berita nasional. Kali ini, INH menghadirkan para saksi genosida Israel di Jalur Gaza yang membagikan cerita langsung untuk para saudaranya di Indonesia melalui kegiatan “Ngabuburit bareng Muhammad Husein Gaza dan Para Saksi Garis Depan Gaza” yang termasuk diantaranya adalah Jurnalis Muhammad Al Masri, Akademisi Muhammad Qaddoura, Aktivis Muslimah Jinan Muslim, tiga anak saksi genosida Bushra, Ahmed, Selwan, serta musisi Indonesia Bebi Romeo dan publik figur Meisya Siregar. Kegiatan ini berlangsung di Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur pada hari Jumat 29 Maret 2024. Kegiatan ngabuburit bermanfaat ini juga menghadirkan 48 photo-photo eksklusif hasil jepretan Muhammad Al Masri yang aktif dikenal sebagai fotografer di Jalur Gaza. Selama agresi, Al Masri adalah salah satu jurnalis yang terus secara aktif mempublish dokumentasi kekejaman Zionis di Jalur Gaza melalui lensa kameranya. Para saksi ini adalah mereka yang sejak lahirnya menyaksikan penjajahan, agresi, blokade yang semakin parah hingga hari ini. Bahkan di agresi kali ini, mereka kehilangan teman, kerabatnya yang syahid akibat serangan udara maupun darat. “Saya sangat senang sekali bisa hadir di tengah-tengah saudara muslim kami di Indonesia, saya salut dengan sikap Indonesia yang selalu membantu dan peduli terhadap warga Palestina khusunya di Gaza,” kata Mohammed Al Masri, Jurnalis yang telah malang melintang dan mendokumentasikan peristiwa secara langsung kekejaman militer zionis Israel di Gaza. Menurutnya, sudah lebih dari seratus orang rekannya sesama jurnalis di Gaza telah mati dan menjadi korban serangan Israel mereka dari berbagai kantor berita baik lokal yang ada di Palestina maupun jurnalis internasional. Tak hanya meninggal terkena serangan, banyak juga rekanya yang akhirnya menderita luka-luka dan mengalami cacar secara permanen. “Jurnalis juga menjadi sasaran pembantaian Israel, karena mereka juga tidak menginginkan keberadaan kami, mereka secara sengaja membunuh jurnalis agar tidak tersebar secara luas photo dan video ke masyarakat Internasional,” tegasnya. Sementara itu, Presiden Direktur INH, Luqmanul Hakim menyatakan, kegiatan ngabuburit sekaligus buka bersama ini merupakan agenda edukasi tentang ke Palestinaan. Pasalnya, saat ini ghirah atau semangat yang menggelora terhadap isue-isue tentang Palestina sudah mulai berkurang. Oleh karena itu dengan kegiatan seperti ini memori atau ingatan kita tentang tanggung jawab terhadap penderitaan yang di alami rakyat Palestina mulai tersentuh kembali, terlebih di momentum ramadan seperti saat ini. “Kami berharap kepedulian soal Palestina tidak luntur, semangat itu terus menyala dan akan tetap ada oleh sebab itu kegiatan seperti ini sangat penting guna menguatkan posisi kita terhadap keberpihakan untuk bangsa Palestina,” pungkasnya. (***)
-
NewsINH, Al Quds – Kelicikan bangsa Israel terhadap warga Palestina hingga kini terus berlangsung, tak hanya melakukan teror dengan kekerasan yang berujung kematian tentara zionis juga melakukan aksi yang merugikan kehidupan warga Palestina seperti menutup sumber mata air yang dijadikan irigasi pertanian milik warga Palestina. Dilansir dari Middleeastmonitor, Senin (31/7/2023). Aksi keji tentara Israel terhadap penduduk Palestina di Hebron, Tepi Barat, bukan hanya dengan senjata dan bom. Mereka juga menebar teror dengan menutup sumber mata air milik petani Palestina dengan adukan semen. Warga Palestina tak berdaya dengan tindakan keji tentara Israel tersebut. Aksi penutupan sumber mata air tersebut dilakukan dengan pengawalan tentara Israel dengan senjata lengkap. Dengan menutup sumber mata air tersebut, maka warga Palestina tidak lagi bisa bertani. Nantinya, mereka akan diusir dengan paksa oleh Israel, dan lahan pertanian milik warga Palestina itu nantinya akan digunakan untuk pemukiman ilegal Israel. “Pasukan Israel berusaha menutup sumber mata air dengan adukan semen agar mematikan irigasi pertanian,” demikian laporan Middle East Monitor. Strategi tersebut membuat warga Palestina semakin merana dan tak berdaya. Tapi, mereka masih memiliki semangat juang yang tinggi. Bassam Dudin, petani Palestina, mengatakan biasa menggunakan air dari sumber mata air itu untuk irigasi tanah pertanian. “Air itu juga digunakan untuk pasokan bagi 25 keluarga,” kata Dudin. Dudin mengaku terkejut ketika pasukan Israel datang ke tanah pertanian mereka dengan membawa bulldozer dan truk pengangkut adukan semen. “Mereka merusak sumber mata air tanpa ada pemberitahuan lebih lanjut,” tuturnya. Sebelumnya pada Mei 2023 silam, pemukim ilegal Israel merebut sumur air milik Palestina, menumbangkan pohon zaitun dan merusak tanaman di Masafer Yatta, selatan kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki. Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa “sekelompok pemukim ekstremis, dengan perlindungan pasukan pendudukan Israel, merebut sumur air di Maghayer Al-Abeed daerah Masafer Yatta, dan mencegah warga mengaksesnya dan memberi minum domba mereka.” Sumber tersebut, yang berbicara kepada kantor berita Wafa, juga mengatakan: “Para pemukim mencabut 120 bibit zaitun dan merusak sekitar 50 dunum (12 hektar) tanaman pertanian, yang dimiliki oleh beberapa petani Palestina.” Di daerah Fateh Sidrou, dekat komunitas Al-Zuwaidin, sebelah utara Masafer Yatta, para pemukim juga menghancurkan 50 dunum gandum dan tanaman jelai milik petani lokal Farid Al-Hamamda. Pasukan pendudukan Israel juga menggerebek Sekolah Dasar Sha’ab Al-Batem, mencopot bendera Palestina dari sekolah dan menyitanya. Sumber: Memo/Sindonews
-
NewsINH, Palestina – Meski hidup dalam serba kekurangan dan bayang-bayang Israel tak membuat surut warga Palestina untuk ikut membantu saudara-saudara yang terkena musibah. Baru-baru ini warga Palestina meluncurkan kampanye donasi untuk korban gempa di Turki dan Suriah Dilansir dari Middleeastmonitor, Senin (20/2/2023) Warga Palestina mengadakan kampanye donasi baru pada hari Sabtu untuk para korban dua gempa mematikan yang menewaskan ribuan orang di Turki dan Suriah. “Kampanye ini adalah pesan kemanusiaan untuk orang-orang kami di Suriah dan Turki,” kata Abdo Idris, kepala Kamar Dagang Hebron, kepada Anadolu. Ia mengatakan, pihak penyelenggara kampanye sudah mulai berkomunikasi dengan pengusaha untuk mengumpulkan donasi bagi korban gempa. Pekan lalu, Kementerian Wakaf Palestina meluncurkan kampanye donasi yang berhasil mengumpulkan hampir $1,37 juta untuk para korban gempa di Turkiye dan Suriah. Palestina juga mengirim dua misi penyelamatan untuk bergabung dalam upaya pencarian korban selamat. Setidaknya 40.642 orang tewas dan lebih dari 108.000 lainnya terluka dalam dua gempa kuat yang mengguncang Turkiye selatan pada 6 Februari, menurut angka resmi terbaru. Gempa berkekuatan 7,7 dan 7,6, berpusat di provinsi Kahramanmaras, mempengaruhi lebih dari 13 juta orang di 11 provinsi, termasuk Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kilis, Malatya, Osmaniye, Sanliurfa dan Elazig. Di Suriah, sedikitnya 5.840 orang tewas dalam bencana gempa tersebut. Sumber: MEME/AA #Donasi Palestina