NewsINH, Gaza – Perang dan genosida Israel di Jalur Gaza, Palestina mengakibatkan penderitaan semakin panjang bagi jutaan warga Palestina. Pasalnya, dari 2,3 juta populasi penduduk Palestina di Jalur Gaza, 1,5 juta orang saat ini menjadi pengungsi.
Mereka mencari tempat perlindungan yang aman dari serangan rudal Israel, seperti sekolah-sekolah milik PBB maupun rumah sakit dan tenda-tenda darurat yang didirikan dengan sangat sederhana.
“Saat ini ada 1,5 juta orang menjadi pengungsi internal di Gaza dari total populasi 2,3 juta jiwa,” kata badan PBB urusan pengungsian di Palestina seperti dikutip dari Aljazeera, Senin (6/11/2023).
Pemogokan dan pengungsian terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat yang diduduki pada hari Minggu.
Blinken menegaskan kembali posisi Washington yang menyerukan “jeda kemanusiaan” di Gaza untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan warga negara asing untuk pergi sambil “masih memungkinkan Israel mencapai tujuannya” untuk mengalahkan pasukan pejuang kemerdekaan Palestina yakni Hamas.
Baik Mesir maupun Yordania mengecam sikap tersebut secara terbuka pada konferensi pers pada hari Sabtu, dan malah menyerukan gencatan senjata segera yang sejalan dengan sikap para pemimpin lain di wilayah tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak gagasan untuk menghentikan serangan tersebut, mengabaikan seruan dan protes di seluruh dunia.
“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya sandera kami, kami mengatakan hal ini kepada musuh dan teman kami. Kami akan terus melanjutkan sampai kami mengalahkan mereka,” kata Netanyahu kepada awak udara dan darat di Pangkalan Angkatan Udara Ramon di Israel selatan pada hari Minggu.
Israel mengatakan pihaknya menargetkan pejuang dan aset Hamas, menuduh kelompok tersebut menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Kritikus mengatakan serangan Israel tidak proporsional, mengingat banyaknya warga sipil yang tewas.
Sumber: Aljazeera