News INH, Ramallah – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki memuji hubungan Palestina dan Turki yang semakin solid dan kuat. Menurutnya, hubungan Palestina-Turki telah solid dan kuat untuk waktu yang lama, dan kami bekerja untuk memperkuat mereka dalam segala hal. Hal ini dikatakan al-Maliki seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (24/5/2022)
Al-Maliki dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, yang akan mengunjungi kota Ramallah di Tepi Barat pada Selasa ini.
“Kami bangga dengan hubungan kami dengan Turki, dan ada hubungan baik antara Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang bergerak di semua tingkatan,” kata al-Maliki.
Menlu Palestina itu mengatakan Ramallah dan Ankara bekerja sama “untuk mengangkat ketidakadilan dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, termasuk (membantu mereka mencapai) hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.
“Kami yakin bahwa upaya yang dilakukan oleh negara Turki akan melayani kepentingan rakyat Palestina,” kata al-Maliki, mencatat bahwa putaran kedua komite menteri Palestina-Turki juga akan berlangsung selama kunjungan Cavusoglu “untuk mengkonsolidasikan bilateral hubungan kedua negara.” katanya.
Pelanggaran Israel
Sementara itu, al-Maliki menuduh Israel “mengeksploitasi kurangnya tuntutan untuk meminta pertanggungjawaban” oleh masyarakat internasional, yang membuat Israel melakukan lebih banyak pelanggaran terhadap Palestina.
“Israel harus bertanggung jawab atas kejahatannya,” tegas dia, sambil mengecam “kelemahan dan kelambanan komunitas internasional” terhadap pelanggaran Israel.
“Komunitas internasional berkontribusi dalam menciptakan perjuangan Palestina, dan itu harus berkontribusi untuk mengakhiri penderitaan ini,” imbuh dia.
Al-Maliki mengutip rencana Israel untuk membangun ribuan unit permukiman di wilayah Palestina Masafer Yatta di Tepi Barat selatan sebagai contoh pelanggaran terbaru Israel terhadap warga Palestina.
Dia mengatakan orang-orang Palestina di sana “menghidupkan kembali Nakba ketika Israel berusaha mengusir mereka dari rumah mereka.”
Nakba, atau Bencana, mengacu pada pengusiran paksa tahun 1948 terhadap hampir 800.000 warga Palestina dari rumah mereka di Palestina yang bersejarah untuk membuka jalan bagi pembentukan negara Israel.
Jurnalis yang terbunuh
Al-Maliki mengatakan Otoritas Palestina telah menyerahkan file tentang kematian jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Pada 11 Mei, Abu Akleh, 51, sedang meliput serangan militer Israel di dekat kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki ketika dia ditembak mati. Pejabat Palestina dan Al Jazeera mengatakan dia dibunuh oleh pasukan Israel.
“Pembunuhan Abu Akleh adalah kejahatan,” kata al-Maliki.
“Kami telah mendokumentasikan (kejahatan) dan menyerahkan file tentang itu ke jaksa ICC bersama pelanggaran Israel lainnya,” sebut dia.
Al-Maliki meminta pengadilan di Den Haag untuk menambahkan kematian Abu Akleh ke kejahatan lain yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina untuk memfasilitasi penyelidikan resmi dan menuntut pertanggungjawaban dari Israel.
Sumber : AA