Sepanjang Gencatan Senjata, Israel Bunuh Tiga Orang Tiap Hari di Gaza

Sepanjang Gencatan Senjata, Israel Bunuh Tiga Orang Tiap Hari di Gaza

NewsINH, Gaza – Di tengah upaya melanjutkan gencatan senjata, pasukan Israel terus membunuhi warga Gaza beberapa hari belakangan. Puluhan telah syahid akibat agresi Israel sepanjang periode gencatan senjata kali ini.

Seorang nelayan Palestina terbunuh pada Jumat malam setelah pasukan angkatan laut Israel menembaki kapalnya di lepas pantai Al-Sudaniya, sebelah utara Gaza. Koresponden WAFA melaporkan bahwa seorang nelayan berusia 22 tahun syahid setelah kapal angkatan laut Israel menembakkan peluru yang menargetkan kapalnya di dekat pantai Al-Sudaniya.

Empat orang juga syahid dalam serangan Israel di lingkungan Zeitoun di bagian selatan Kota Gaza. Euro-Med Monitor pada hari Rabu mengatakan Israel telah membunuh sedikitnya 150 warga Palestina – rata-rata tiga orang setiap 24 jam – sejak gencatan senjata di Gaza dimulai pada 19 Januari.

Pasukan pendudukan Israel pada Kamis malam membunuh seorang anak di bawah umur Palestina di lingkungan Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza, menurut sumber lokal. Mereka mengatakan bahwa quadcopter Israel yang dikendalikan dari jarak jauh langsung menembaki warga sipil di daerah al-Mintar, menewaskan Amjad Hazem Abed yang berusia tiga tahun.

Kantor berita WAFA menambahkan bahwa drone tempur Israel menembaki seorang wanita di kota Beit Hanoun di Jalur utara, hingga melukainya. Kemarin, militer Israel melancarkan serangkaian serangan di daerah kantong tersebut yang menewaskan delapan orang, termasuk seorang wanita di dekat Rafah dan seorang gadis di Deir el-Balah.

Menurut penghitungan Aljazirah yang mengandalkan data Kementerian Kesehatan Gaza, Israel membunuh 23 warga Palestina dan melukai delapan orang di wilayah kantong tersebut pada bulan Januari setelah gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 20 bulan tersebut.

Pada Februari, 31 orang syahid dan 16 orang luka-luka, sedangkan 44 orang syahid dan dua orang luka-luka sejak 1 Maret hingga saat ini. Dengan demikian, jumlah korban jiwa akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang terkonfirmasi mencapai 48.529 orang tewas dan 111.955 orang luka-luka.

Sudah 13 hari sejak Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza dan situasinya terus memburuk bagi 2,3 juta penduduknya. “Konsekuensi kejahatan ini terhadap situasi kemanusiaan sudah jelas dengan indikator kelaparan dan kerawanan pangan yang jelas,” kata kantor media Gaza. “Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza.”

Mereka menyerukan komunitas internasional untuk “mengambil tindakan untuk menghentikan pengepungan di Gaza, mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, dan meminta pertanggungjawaban penjahat perang Israel”.

Penutupan penyeberangan juga “memperparah penderitaan 150.000 pasien kronis dan orang-orang yang terluka karena tidak dapat lagi mengakses obat-obatan penting atau pasokan medis”.

Situasinya terus memburuk bagi 2,3 juta penduduk. “Kami merasakannya di berbagai tingkatan,” Olga Cherevko dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan kepada Aljazirah. “Harapan yang dimulai ketika gencatan senjata dimulai kini digantikan dengan ketakutan, kekhawatiran, dan kekhawatiran bahwa persediaan akan habis.”

Dia mengatakan ketahanan pangan “dapat memburuk dengan cepat kecuali pasokan dapat dipulihkan”. Enam dari 25 pabrik roti Program Pangan Dunia terpaksa tutup karena tidak ada bahan bakar untuk menjalankannya.

Israel memutus aliran listrik ke pabrik desalinasi air yang penting, sehingga mengancam pasokan air minum di Gaza. “Situasi air dan sanitasi sudah sangat buruk dengan sebagian besar fasilitas hancur selama berbulan-bulan pertempuran. Keputusan terbaru [Israel] ini mengurangi akses terhadap air minum bagi sekitar 600.000 orang,” kata Cherevko.

Kantor Media Pemerintah di Gaza memberikan informasi terkini mengenai situasi kemanusiaan selama blokade bantuan Israel. Kekurangan pangan semakin parah dengan 80 persen warga kehilangan akses terhadap sumber pangan karena penutupan jalur darat.

Kelangkaan roti semakin parah karena 25 persen toko roti di Gaza berhenti beroperasi, dan sebagian lainnya hampir tutup karena kehabisan bahan bakar. Kelangkaan air yang parah telah menciptakan krisis karena kekurangan bahan bakar menyebabkan penutupan sumur dan pabrik desalinasi, menyebabkan 90 persen penduduk Gaza tidak memiliki akses terhadap air yang dapat diandalkan.

Program pengelolaan limbah dan pembersihan jalan sebagian besar terhenti karena pemerintah kota memprioritaskan bahan bakar untuk pengoperasian fasilitas air. Hal ini telah memperburuk penderitaan masyarakat dan menciptakan krisis kesehatan dan lingkungan yang parah, terutama di tengah kenaikan suhu. Kurangnya obat-obatan dan pasokan medis telah menambah penderitaan 150.000 pasien yang menderita penyakit kronis dan korban luka perang. Sistem transportasi dan komunikasi hampir runtuh.

 

Sumber: Wafa/Republika

Israel Kembali Serang Gaza, 9 Warga Syahit Termasuk Jurnalis

Israel Kembali Serang Gaza, 9 Warga Syahit Termasuk Jurnalis

NewsINH, Gaza – Setidaknya sembilan warga Palestina, termasuk jurnalis, meninggal dunia pada serangan udara Israel yang menargetkan tim bantuan di kota Beit Lahia, Gaza Utara, demikian disampaikan Kementerian Kesehatan Palestina, seperti dilaporkan Anadolu Minggu (16/3/2025).

“Sembilan orang menjadi syahid dan beberapa lainnya terluka, termasuk kasus-kasus kritis, dibawa ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara setelah agresi Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza,” kata kementerian dalam pernyataannya.

Menurut sumber-sumber yang ada, serangan pesawat tanpa awak tersebut menyasar tim bantuan yang sedang mendistribusikan tenda sementara kepada warga yang rumahnya hancur akibat serangan Israel.

Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina dalam pernyataan mengatakan bahwa Israel telah membunuh “tiga jurnalis dalam serangan udara yang menargetkan tim media yang mendokumentasikan upaya bantuan di Gaza utara.”

“Para jurnalis tersebut sedang mendokumentasikan upaya bantuan kemanusiaan bagi mereka yang terdampak perang genosida Israel,” tambah pernyataan itu.

Serangan udara ini merupakan bagian dari rangkaian pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan AS, yang dimulai pada 19 Januari.

Fase pertama dari kesepakatan selama enam minggu berakhir pada awal Maret, namun Israel menolak melanjutkan fase kedua, yang mencakup pertukaran tahanan lebih lanjut dengan Hamas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menunda negosiasi untuk fase kedua, dengan tujuan memperpanjang periode pertukaran tahanan pertama untuk membebaskan lebih banyak warga Israel tanpa memenuhi kewajiban militer dan kemanusiaan yang tercantum dalam kesepakatan tersebut.

Namun, Hamas berulang kali menegaskan komitmennya terhadap gencatan senjata, mendesak para mediator untuk menegakkan kepatuhan Israel dan segera memulai negosiasi untuk melanjutkan kesepakatan.

Lebih dari 48.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Kampanye militer ini telah menyebabkan kehancuran besar di wilayah tersebut.

 

Sumber: Anadolu/Gazamedia

INH dan Komunitas Ojol Rawamangun Gelar Aksi Bersih-bersih Masjid dan Berbagi Paket Berbuka Puasa

INH dan Komunitas Ojol Rawamangun Gelar Aksi Bersih-bersih Masjid dan Berbagi Paket Berbuka Puasa

NewsINH, Jakarta – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) kembali menggelar kegiatan sosial yang bertujuan untuk berbagi kebaikan dengan sesama. Kali ini, INH mengadakan aksi bersih-bersih masjid dan berbagi paket buka puasa di Masjid Baitul Mu’minin, yang terletak di Jalan. Kincir Raya No.35, RT 8/RW 10, Kelurahan Jati, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Jumat (14/3/2025).

Manager Program INH, Muhammad Hadiyan Abshar mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari program “Rumah Ibadah Cemerlang” yang digagas oleh INH untuk menjaga kebersihan masjid dan memberikan kenyamanan bagi umat yang beribadah, terutama selama bulan Ramadan. Sebagai lanjutan dari aksi kebersihan, INH juga menggelar acara berbuka puasa bersama dengan memberikan 100 paket hidangan untuk teman-teman komunitas ojek online dan jemaah masjid yang hadir.

“Alhamdulillah bertepatan dengan hari ke 14 ramadan, kita melaksanakan tiga program sekaligus, yakni bersih-bersih rumah ibadah, berbagi menu untuk berbuka puasa dan santunan untuk anak yatim dan dhuafa,” kata Hadiyan.

Menurutnya, sejak awal ramadan 1446 Hijriyah ini pihaknya sudah melakukan pendistribusian berupa paket menu untuk berbuka puasa atau hidangan kebaikan dibeberapa wilayah di Jabodetabek dan wilayah Indonesia lainya melalui Sahabat Relawan INH (Share-INH) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

“Alhamdulillah dengan mengusung tema “Ramadan Bersemi Penuh Inspirasi” ini diharpakan  ramadan tahun ini mampu menjangkau lebih luas dengan target 10 ribu jumlah penerima manfaat dalam berbagai program yang sudah disiapkan selama ramadan tahun ini,” imbuhnya.

Hadiyan menjelaskan, acara ini juga dirangkai dengan pemberian santunan kepada 13 anak yatim dan dhuafa yang berasal dari komunitas sekitar Rawamangun OSR, serta berbagi kasih melalui hidangan berbuka puasa. Penerima manfaat dari kegiatan bersih-bersih masjid ini adalah 60 jemaah yang rutin melaksanakan sholat tarawih dari hari pertama Ramadan.

Tidak hanya itu, para anggota komunitas ojek online (ojol) juga turut berkolaborasi dalam kegiatan sosial ini. Kolaborasi ini semakin menguatkan semangat kebersamaan di antara berbagai lapisan masyarakat, yang bersama-sama berbagi dalam suasana Ramadan.

Melalui kegiatan ini, INH berharap dapat membawa dampak positif bagi masyarakat, mempererat tali persaudaraan, serta menebar kebaikan di tengah-tengah umat. Kegiatan berbagi ini merupakan bukti komitmen INH untuk terus berkontribusi dalam membantu sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini, terutama para donatur, jemaah masjid, serta komunitas ojol yang turut berpartisipasi dalam aksi sosial ini,” imbuhnya.

International Networking for Humanitarian (INH) adalah lembaga kemanusiaan yang berfokus pada penguatan komunitas melalui berbagai program sosial dan kegiatan kemanusiaan. INH terus berupaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat melalui kegiatan berbagi, pemberdayaan, dan perhatian kepada anak-anak yatim serta kaum dhuafa. (***)

Rekonstruksi Gaza, Mesir dan AS Sepakat untuk Berkoordinasi

Rekonstruksi Gaza, Mesir dan AS Sepakat untuk Berkoordinasi

NewsINH, Mesir – Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty dan Utusan Timur Tengah Gedung Putih, Steve Witkoff sepakat untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi terkait rencana rekonstruksi Jalur Gaza sebagai dasar untuk upaya membangun kembali wilayah tersebut.

Abdelatty bertemu dengan Witkoff dan Direktur Senior untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Keamanan Nasional AS, Eric Trager, di sela-sela pertemuan antara para menteri luar negeri Arab dan utusan AS di Qatar, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir, Rabu (12/3/2025) kemarin.

Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut sebagai dasar upaya rekonstruksi dan menjaga komunikasi sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memulihkan stabilitas di Timur Tengah, demikian disampaikan dalam pernyataan tersebut.

Selama pertemuan tersebut, Abdelatty menguraikan tahapan dan rincian rencana Arab untuk rekonstruksi Gaza, yang telah disetujui pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Luar Biasa Arab di Kairo pada 4 Maret 2025.

Utusan AS memuji upaya Mesir dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut

KTT Arab dan pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah menyetujui rencana komprehensif Arab untuk membangun kembali Gaza tanpa memindahkan penduduk Palestina. Rencana tersebut diperkirakan akan memakan waktu lima tahun untuk diselesaikan, dengan perkiraan biaya sekitar 53 miliar dolar AS (Rp871,6 triliun).

Proposal Arab tersebut muncul setelah rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih Gaza dan merelokasi warga Palestina untuk mengubah wilayah tersebut menjadi tujuan wisata. Ide tersebut ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, yang mengatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.

Lebih dari 48.500 orang telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dalam serangan brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Serangan tersebut dihentikan di bawah gencatan senjata dan pertukaran tahanan, yang mulai berlaku pada Januari.

Sebelumnya, Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November untuk kepala otortias Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah tersebut.

 

Sumber: Antara

 

Bencana Kesehatan Anacam Gaza Pasca Israel Putus Aliran Listrik dan Air

Bencana Kesehatan Anacam Gaza Pasca Israel Putus Aliran Listrik dan Air

NewsINH, Gaza – Otoritas kota di Jalur Gaza pada Rabu (12/3/2025) memperingatkan potensi bencana kesehatan dan lingkungan akibat berlanjutnya pemutusan pasokan listrik dan air oleh Israel ke wilayah tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Persatuan Kota Gaza menyatakan bahwa pemutusan listrik oleh Israel telah menyebabkan instalasi utama desalinasi air di wilayah tersebut berhenti beroperasi.

“Kebijakan represif terhadap warga Palestina di Gaza ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan semakin memperburuk penderitaan warga, yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah,” tambah pernyataan tersebut.

Israel menghentikan pasokan listrik ke Gaza pada Minggu (9/3/2025) sebagai bagian dari upaya memperketat blokade terhadap wilayah Palestina tersebut, meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese mengecam langkah Israel itu sebagai “peringatan genosida,” dengan menegaskan bahwa tanpa listrik, tidak akan ada air bersih.

Keputusan itu juga diikuti dengan kebijakan Israel yang menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, memicu peringatan dari kelompok lokal dan organisasi hak asasi manusia mengenai potensi kembalinya kelaparan massal di Jalur Gaza.

Persatuan Kota Gaza pun mengimbau masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan untuk “segera turun tangan guna mengamankan pasokan penting dan menjamin masuknya bahan-bahan esensial, demi menghindari bencana kesehatan dan lingkungan yang lebih parah.”

Pada Selasa, juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza, Mohammad Thabet, mengungkapkan bahwa Israel hanya menyediakan lima megawatt listrik ke Jalur Gaza sejak November lalu sebelum akhirnya memutus pasokan sepenuhnya.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza.

Serangan tersebut sempat terhenti setelah gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada Januari.

Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang dilancarkannya di wilayah tersebut.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Penderitaan Warga Gaza, Pangan dan Air Kian Kritis

Penderitaan Warga Gaza, Pangan dan Air Kian Kritis

NewsINH, Gaza – Kondisi kekurangan pangan dan air bersih di Jalur Gaza kian hari kian memburuk. Jika blokade Israel tak dicabut, dua juta warga Gaza bakal kesulitan bertahan hidup.

Philippe Lazzarini, komisaris jenderal badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, telah memperingatkan bahwa situasi di Gaza “memburuk dengan sangat, sangat cepat”, lebih dari seminggu setelah Israel kembali menghentikan semua pasokan yang memasuki Jalur Gaza.

“Apapun tujuannya, ini jelas merupakan bentuk penggunaan bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai alat perang,” kata Lazzarini kepada wartawan di kantor PBB di Jenewa pada hari Senin.

“Sangat penting bahwa bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza lagi untuk mempertahankan kemajuan yang dicapai selama fase pertama gencatan senjata dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,” katanya, seraya menambahkan bahwa masih ada risiko kembalinya “kelaparan yang semakin parah” yang terjadi sebelum gencatan senjata baru-baru ini.

Lazzarini mengepalai UNRWA, yang diberi mandat oleh Majelis Umum PBB untuk memberikan bantuan kepada warga Palestina, di Palestina, dan negara-negara tetangganya, sejak Desember 1949.

Badan tersebut menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan, dan hanya dapat digantikan oleh “institusi Palestina yang mampu” di dalam “negara Palestina”, kata Lazzarini berulang kali, di tengah lembaganya yang dilarang oleh pemerintah Israel.

Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) telah memperingatkan bahwa kekurangan air yang parah di Jalur Gaza telah mencapai tingkat kritis. Saat ini hanya satu dari 10 orang yang saat ini dapat mengakses air minum yang aman.

Menurut kantor berita WAFA, pejabat UNICEF di Gaza, Rosalia Poulin, melaporkan bahwa 600.000 orang mendapatkan kembali akses terhadap air minum pada November 2024, tetapi akses tersebut kembali terputus.

Badan-badan PBB memperkirakan bahwa 1,8 juta orang, lebih dari setengahnya adalah anak-anak, sangat membutuhkan bantuan air, sanitasi dan kesehatan, menekankan bahwa situasinya semakin memburuk setelah keputusan untuk memutus aliran listrik ke Jalur Gaza, yang mengganggu operasi desalinasi air yang penting.

Muhannad Hadi, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, mengatakan bahwa “hukum kemanusiaan internasional sudah jelas” dan Israel harus mengizinkan “masuknya pasokan bantuan tanpa hambatan” ke Gaza.

Hadi mengatakan “pasokan bantuan yang berkelanjutan sangat diperlukan” untuk kelangsungan hidup lebih dari 2 juta warga Palestina yang menderita “kondisi yang tidak terbayangkan” di wilayah yang dilanda perang tersebut.

“Masuknya bantuan untuk menyelamatkan nyawa harus segera dilanjutkan. Penundaan lebih lanjut akan membalikkan kemajuan yang telah kita capai selama gencatan senjata,” kata Hadi dalam sebuah pernyataan.

Aljazirah melaporkan, kini sudah 10 hari tidak ada makanan, bahan bakar atau pasokan medis yang masuk ke Gaza. Pihak berwenang Israel juga mematikan listrik ke pabrik desalinasi di Gaza yang menjadi andalan banyak orang untuk mendapatkan air minum.

Toko roti yang mengandalkan gas untuk memasak ditutup. Dapur komunitas yang mendistribusikan makanan berbuka puasa juga kesulitan untuk mempertahankan layanannya. Rumah sakit berisiko kolaps karena kehabisan bahan bakar.

Sementara itu, kita melihat warga Palestina berjalan-jalan mengumpulkan kayu untuk memasak. Di pasar, banyak produk makanan yang tidak tersedia dan harganya sangat-sangat mahal.

Ribuan warga Palestina mengantri berjam-jam di toko roti di Gaza setiap hari karena kekurangan makanan. Kebanyakan dari mereka hanya mampu mengumpulkan satu potong roti, karena warga mengatakan mereka menghadapi kelaparan setelah Israel menghentikan semua pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina pekan lalu.

Blokade Israel terhadap barang-barang yang memasuki wilayah berpenduduk lebih dari dua juta orang terjadi di tengah upaya untuk menekan Hamas agar menerima perpanjangan tahap pertama perjanjian gencatan senjata. “Ini pada dasarnya adalah kelanjutan perang dengan cara lain,” kata Abdullah Al-Arian, profesor di Universitas Georgetown di Qatar, kepada Aljazirah.

Memperpanjang fase pertama “akan mencapai sebagian besar tujuan Israel, yaitu pengambilan kembali tawanannya dari Gaza, sementara pada saat yang sama tidak harus memenuhi komitmennya, yaitu pengiriman bantuan dan, yang lebih penting, penarikan seluruh pasukannya dari Gaza”, tambahnya.

Sementara itu, Hamas telah “melakukan diskusi dengan tujuan menemukan setidaknya solusi jangka menengah.”

Hamas berulang kali menyerukan segera dimulainya negosiasi tahap kedua gencatan senjata dan menuduh Israel melakukan “pemerasan yang murahan dan tidak dapat diterima” atas keputusannya untuk menghentikan pasokan listrik.

Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) Dr Mohammad Mustafa telah meminta komunitas internasional, khususnya Uni Eropa, untuk memberikan tekanan pada Israel agar membuka perbatasan Gaza, yang telah ditutup selama sembilan hari.

Israel harus membuka kembali perbatasan Gaza dan “mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, pasokan tempat penampungan sementara, dan bahan-bahan rekonstruksi tanpa hambatan”, kata Mustafa dalam pertemuan dengan wakil perdana menteri dan menteri luar negeri Luksemburg, Xavier Bettel.

Israel juga harus mengakhiri “agresinya terhadap rakyat Palestina”, kata Mustafa, termasuk serangan militer Israel ke utara Tepi Barat yang diduduki, di mana pasukannya telah menghancurkan infrastruktur sipil, termasuk rumah-rumah, dan memaksa ribuan penduduk setempat mengungsi.

 

Sumber: Republika

 

Periode Gencatan Senjata di Gaza, 137 Warga Sipil Syahid Akibat Serangan Israel

Periode Gencatan Senjata di Gaza, 137 Warga Sipil Syahid Akibat Serangan Israel

NewsINH, Gaza – Setidaknya 137 warga sip[il Gaza, Palestina syahid atau meninggal dunia sejak kesepakatan gencatan senjata diterapkan di Gaza pada awal tahun 2025. Hal ini di laporan oleh otoritas setempat pada Selasa (11/3/2025) kemarin waktu setempat.

Salama Marouf, kepala kantor media pemerintah Gaza, dalam pernyataannya menuduh Israel sengaja meningkatkan serangan terhadap warga Palestina dalam sepuluh hari terakhir, melanggar kesepakatan gencatan senjata yang ada.

“Serangan terbaru ini adalah serangan udara Israel yang menargetkan sekelompok warga sipil di Gaza tengah, yang mengakibatkan lima orang tewas, termasuk dua saudara laki-laki. Dengan ini, jumlah total syuhada sejak gencatan senjata dimulai mencapai 137 orang,” kata Marouf.

Menurut saksi mata, sebuah drone Israel menyerang sekelompok warga Palestina yang sedang berkumpul di dekat rumah yang hancur di daerah Netzarim, dekat perbatasan tenggara Kota Gaza, yang mengakibatkan lima orang tewas.

Sementara itu, Euro-Mediterranean Human Rights Monitor mencatat jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak gencatan senjata mencapai 145 orang.

Kelompok yang berbasis di Jenewa itu mengungkapkan bahwa Israel telah membunuh rata-rata tujuh warga Palestina setiap dua hari, dengan 605 orang lainnya terluka.

Sejak kesepakatan itu mulai berlaku, “Israel telah menggunakan blokade dan kelaparan sebagai taktik pembunuhan perlahan dalam genosida terhadap warga Gaza,” ungkap kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.

Tim lapangan pemantau mendokumentasikan serangan-serangan Israel yang terus berlangsung, termasuk tembakan sniper, serangan drone, dan serangan quadcopter terhadap warga sipil Palestina, terutama mereka yang berusaha memeriksa rumah mereka di sekitar zona penyangga yang diberlakukan Israel di sepanjang perbatasan utara dan timur Gaza.

Kelompok hak asasi manusia itu juga mencatat bahwa Rafah, di Gaza selatan, menjadi salah satu daerah yang paling sering diserang sejak gencatan senjata diberlakukan.

Mereka mengecam serangan sistematis Israel, dengan mengatakan bahwa serangan ini terus berlangsung “tanpa pembenaran militer meskipun telah ada penghentian permusuhan,” sesuai dengan ketentuan dalam kesepakatan gencatan senjata.

Kebijakan Genosida

Kelompok pemantau tersebut menuduh Israel memperburuk “kebijakan genosida” dengan menciptakan kondisi kehidupan yang semakin mematikan bagi warga Palestina, yang menyebabkan kematian secara perlahan melalui blokade total yang menghalangi masuknya pasokan penting dan bantuan kemanusiaan.

Mereka memperingatkan bahwa pengepungan yang terus berlangsung dapat memicu bencana kemanusiaan yang lebih besar, dengan mencatat bahwa “pasar kekurangan barang dan banyak pusat bantuan serta dapur amal telah tutup sejak penutupan perbatasan pada 2 Maret.”

Langkah-langkah tersebut akan semakin memperburuk penderitaan warga sipil dan membawa Palestina ke ambang kelaparan, ujar kelompok tersebut.

Mereka juga memperingatkan bahwa kekurangan gizi yang memadai, khususnya bagi anak-anak, dapat menyebabkan malnutrisi parah, kerusakan kesehatan yang permanen, serta gangguan fisik dan kognitif yang tak dapat dipulihkan.

Pemantau ini menuduh Israel tidak hanya menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat tawar-menawar untuk keuntungan politik dan militer, tetapi juga dengan sengaja menerapkan kebijakan kelaparan sistematis yang bertujuan menciptakan kondisi kehidupan yang mematikan, yang membuat Gaza tidak lagi layak dihuni.

Kelompok hak asasi manusia ini mendesak negara-negara terkait untuk mengambil langkah hukum dan diplomatik yang cepat untuk menghentikan genosida di Gaza, dengan menyerukan tindakan tegas untuk memaksa Israel mencabut blokade sepenuhnya dan mencegah taktik pembunuhan perlahan serta pengungsian paksa yang lebih banyak.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 orang—terutama perempuan dan anak-anak—telah tewas dalam serangan brutal Israel di Gaza. Serangan ini sempat dihentikan sementara melalui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diberlakukan pada Januari.

Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang yang mereka lancarkan di wilayah tersebut.

 

Sumber: Gazamedia

Hari Pepermpuan Dunia, Sudahi Penindasan Israel Terhadap Perempuan Palestina!

Hari Pepermpuan Dunia, Sudahi Penindasan Israel Terhadap Perempuan Palestina!

NewsINH, Palestina – Pada peringatan Hari Perempuan Internasional, nasib kaum tersebut di Palestina jadi sorotan. Terutama sepanjang lima belas bulan belakangan, Israel telah membunuhi dan mencerabut hak-hak perempuan di wilayah tersebut.

Pasukan Israel sejauh ini telah membunuh 24 jurnalis perempuan Palestina selama melakukan genosida di Gaza. Hal ini disampaikan Kepala Kantor Media Pemerintah di Gaza baru-baru ini.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Hari Perempuan Internasional, Salama Maarouf mengatakan bahwa pembunuhan tersebut melanggar hukum humaniter internasional, dan menambahkan bahwa hal itu terjadi di hadapan dunia bebas, yang mengklaim mengadvokasi hak-hak perempuan dan pembelaan terhadap jurnalis, dikutip dari halaman MEHR News Agency, Ahad (9/3/2025)

“Status mereka sebagai perempuan tidak dapat melindungi mereka dari tentara Israel dan kekebalan jurnalistik mereka tidak dapat melindungi mereka dari entitas pembunuh,” katanya. Maarouf juga menuduh komunitas internasional gagal mengambil tindakan substansial, dengan mengatakan bahwa banyak tanggapan yang terbatas pada pernyataan kecaman, yang menurutnya komunitas internasional munafik dan tidak memadai.

Jalur Gaza telah hancur akibat diserang Israel, dengan perempuan dan anak-anak menanggung beban kekerasan yang paling berat. Bersama-sama, perempuan dan anak-anak telah menjadi korban, jumlahnya 70 persen dari total korban wafat yang mencapai 46.960 orang pada 19 Januari 2025, menurut laporan Biro Pusat Statistik Palestina.

Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan telah diberlakukan di Gaza sejak 19 Januari, menghentikan perang brutal Israel. Israel telah membunuh lebih dari 48.400 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, dan membuat daerah kantong tersebut yakni Gaza menjadi reruntuhan.

November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri perangnya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas kampanye militernya.

Kelompok perlawanan Palestina Hamas pada Sabtu meminta komunitas internasional dan lembaga-lembaganya untuk melindungi perempuan Palestina dari “kekejaman Israel” yang sedang berlangsung. “Peringatan dunia pada hari ini berfungsi sebagai kesempatan untuk mengungkap kejahatan yang dilakukan Israel terhadap perempuan Palestina,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Hari Perempuan Internasional.

Gerakan ini menekankan bahwa “perempuan Palestina telah menjadi sasaran pemboman yang kejam, pembantaian setiap hari, pengungsian, pengasingan paksa, penahanan, dan penyiksaan selama serangan Israel yang sedang berlangsung.”

Pernyataan tersebut lebih lanjut mencatat bahwa “lebih dari 12.000 perempuan Palestina telah menjadi martir, ribuan lainnya terluka dan ditahan, dan ratusan ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.”

Hamas mengatakan bahwa tindakan-tindakan ini adalah “noda kemanusiaan, terutama bagi mereka yang mengklaim melindungi hak-hak perempuan,” dan menganggap mereka bertanggung jawab atas pelanggaran terus-menerus terhadap hak-hak tersebut. Mereka juga mengutuk perlakuan terhadap tahanan perempuan Palestina di penjara-penjara Israel, di mana mereka menjadi sasaran “bentuk penyiksaan fisik dan psikologis yang paling keji.”

Kelompok ini mengkritik standar ganda pemerintah AS dan beberapa negara Barat dalam menangani isu hak-hak tahanan. Gerakan ini menyerukan perempuan di seluruh dunia untuk “melanjutkan aktivisme mereka dalam mendukung ketahanan perempuan Palestina, mengadvokasi pembebasan Palestina, Yerusalem, dan Gaza.”

Lebih jauh lagi, Hamas menuntut komunitas internasional untuk “mengambil tindakan untuk melindungi perempuan Palestina dari kejahatan sistematis dan berkelanjutan Israel.”

Pada Hari Perempuan Internasional, pendudukan Israel terus menahan 21 tahanan perempuan Palestina yang menjadi sasaran kejahatan sistematis dan terorganisir di penjara dan pusat interogasi Israel. Pelanggaran-pelanggaran ini telah meningkat sejak dimulainya genosida Israel di Gaza pada Oktober 2023, yang menandai fase paling mematikan dalam sejarah rakyat Palestina.

WAFA melansir, Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina dan Masyarakat Tahanan Palestina menguraikan isu-isu utama terkait kondisi penahanan perempuan Palestina di penjara-penjara Israel dalam laporan bersama yang memperingati Hari Perempuan Internasional.

Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa semua bentuk pelecehan yang dihadapi oleh para tahanan perempuan termasuk dalam berbagai tingkat penyiksaan, kelaparan, pengabaian medis yang sistematis, penyerangan seksual, penggerebekan berulang-ulang di sel mereka, pencurian, perampasan, dan penyiksaan psikologis sejak mereka ditangkap.

Laporan tersebut lebih lanjut menekankan bahwa penargetan perempuan, termasuk meluasnya penggunaan penahanan, bukanlah suatu fase yang luar biasa, namun merupakan praktik yang sedang berlangsung. Perubahan paling signifikan terletak pada tingkat kejahatan yang dilakukan terhadap mereka.

Sejak Oktober 2023, lembaga advokasi narapidana telah mendokumentasikan 490 kasus penahanan perempuan, termasuk anak di bawah umur. Ini termasuk perempuan yang ditahan di Tepi Barat, termasuk Yerusalem, dan mereka yang berasal dari wilayah pendudukan tahun 1948. Jumlah pasti perempuan yang ditahan dari Gaza masih belum jelas.

Menurut laporan tersebut, di antara para tahanan tersebut terdapat dua gadis muda, salah satunya baru berusia 12 tahun, 12 ibu, satu sedang hamil tiga bulan, dua tahanan administratif, enam guru, seorang jurnalis yang merupakan mahasiswa media, dan beberapa tahanan yang sakit, termasuk satu yang menderita kanker. Selain itu, dua wanita telah ditahan sebelum 7 Oktober 2023, dan pendudukan Israel menolak memasukkan mereka dalam kesepakatan pertukaran tahanan.

 

Sumber: Wafa/Republika

Israel Putus Aliran Listrik, Jutaan Warga Gaza Terancam Tanpa Air Minum

Israel Putus Aliran Listrik, Jutaan Warga Gaza Terancam Tanpa Air Minum

NewsINH, Gaza – Kecaman mengalir terhadap aksi Israel memutus listrik dan menghentikan masuknya bantuan ke Jalur Gaza. Tindakan biadab tersebut dinilai melanggar hukum internasional dan mengancam keberlangsungan hidup warga Gaza.

Menteri Luar Negeri Belanda mengatakan memblokir bantuan ‘melanggar hukum internasional’. Caspar Veldkamp mengatakan keputusan Israel untuk memutus aliran listrik ke Gaza sangat memprihatinkan.

“Memblokir bantuan kemanusiaan dan layanan dasar seperti listrik melanggar hukum internasional,” tulis Menteri Luar Negeri Belanda dalam postingan media sosialnya.

“Perundingan gencatan senjata harus membuahkan hasil yang cepat. Untuk pembebasan seluruh sandera, situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, dan diakhirinya kekerasan.”

Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk “dengan keras” keputusan Israel untuk memutus aliran listrik ke Gaza, dan menyebut tindakan tersebut sebagai “pelanggaran penuh skandal” terhadap hukum internasional. Kementerian tersebut menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan Israel mencerminkan “kebijakan kelaparan dan pengepungan yang diterapkan Israel terhadap warga Palestina, terutama dengan berlanjutnya blokade terhadap bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza”.

Juru bicara Antonio Guterres Stephane Dujarric mengatakan Sekjen PBB “prihatin” dengan keputusan Israel untuk memutus aliran listrik ke Gaza. “Keputusan terbaru ini akan mengurangi ketersediaan air minum di Jalur Gaza secara signifikan,” kata Dujarric kepada wartawan.

“Mulai hari ini, fasilitas tersebut akan menggunakan generator cadangan, yang akan mengurangi kapasitas produksi air. Memulihkan hubungan ini sangat penting bagi puluhan ribu keluarga dan anak-anak.”

Dujarric mengatakan bantuan kemanusiaan belum masuk ke Gaza selama sembilan hari berturut-turut akibat pengepungan Israel. Israel juga memblokir bahan bakar, alat berat, dan rumah mobil untuk memasuki wilayah tersebut. Ditanya apa yang diizinkan Israel masuk ke Gaza, Dujarric menjawab: “Tidak ada. Maksud saya, tidak ada barang yang masuk, tidak ada truk yang masuk.”

Seif Magango, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa keputusan Israel untuk memutus aliran listrik ke Gaza “sangat memprihatinkan”. “Dengan tidak adanya listrik dan bahan bakar yang diblokir, pabrik desalinasi air, fasilitas kesehatan, dan toko roti yang tersisa di Gaza berisiko pada akhirnya ditutup, yang akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi warga sipil,” kata Magango.

Dia mengatakan bahwa sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki kewajiban hukum untuk menjamin penyediaan kebutuhan hidup bagi warga Palestina yang hidup di bawah kendalinya. “Selain itu, pemblokiran akses terhadap kebutuhan hidup warga sipil yang dimaksudkan untuk menekan salah satu pihak dalam konflik bersenjata melalui kesulitan yang dikenakan pada penduduk sipil secara keseluruhan menimbulkan kekhawatiran serius mengenai hukuman kolektif,” tambah juru bicara tersebut.

Pemutusan listrik Israel di Jalur Gaza mengancam satu-satunya pabrik desalinasi di wilayah tengah, yang menyediakan air bagi setengah juta orang. Pada musim panas tahun 2024, pabrik tersebut menyediakan air untuk 1,3 juta orang, yang sebagian besar merupakan populasi pengungsi yang berada di wilayah tengah setelah militer Israel menyerbu kota Rafah dan mendorong semua orang ke bagian tengah Jalur Gaza.

Sejak awal perang genosida ini, militer Israel melakukan pengepungan total, memutus aliran listrik di seluruh Jalur Gaza. Baru pada musim panas 2024 militer Israel memulihkan saluran listrik. Seluruh wilayah tenggelam dalam kegelapan, dan hal ini terjadi di seluruh Jalur Gaza. Air minum tidak tersedia, tapi sanitasi juga bermasalah. Stasiun pompa akan berisiko ditutup dalam waktu dekat.

 

Sumber: Republika

INH Salurkan Bantuan Pasca Banjir ke Pondok Pesantren Dzarratul Abbrar Desa Nambo

INH Salurkan Bantuan Pasca Banjir ke Pondok Pesantren Dzarratul Abbrar Desa Nambo

NewsUpdate, Bogor – Sebagai bentuk kepedulian antar sesama, lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) menyalurkan bantuan kepada Pondok Pesantren Tahfidz Quran Yatim Dhuafa Dzarratul Abbrar di Kampung Lengkong, Desa Nambo, Kecamatan Kelapa Nunggal, Kabupaten Bogor. Bantuan ini diberikan untuk membantu pemulihan pasca banjir yang merusak fasilitas pesantren.

Banjir yang melanda kawasan tersebut mengakibatkan kerusakan pada asrama santri, kantor pesantren, dapur, mesjid, dan ruang praktek santri. Sebagai respons, INH menyalurkan berbagai bantuan, termasuk alat dapur seperti, kompor, dispenser, regulator, wajan, kitchen set, dan lemari plastik untuk santri.

Tak hanya peralatan dapur, INH juga memberikan paket sembako untuk kebutuhan pangan santri dan pengajar untuk memenuhi kebutuhan buka dan sahur puasa ramadan.

“Kami juga menyalurkan sejumlah mushaf Al Quran untuk para santri penghafal Qur’an,” kata Muhammad Hadiyan Abshar manager program INH, Senin (10/3/2025).

Ia menambahkan, bantuan ini akan diterima oleh 45 penerima manfaat, terdiri dari santri dan pengajar pondok pesantren tersebut.  Melalui bantuan ini, INH berharap dapat mempercepat pemulihan fasilitas pesantren dan mendukung kelangsungan kegiatan pendidikan bagi para santri yang sedang menimba ilmu agama di pesantren tersebut.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam mensukseskan program distribusi ini, kami juga tak bosan selalu mengajak kepada para donatur untuk bersama-sama dengan lembaga INH meningkatkan kepedulian antar sesama,” jelasnya,

INH adalah lembaga kemanusiaan internasional yang fokus pada bantuan darurat dan pemulihan pasca-bencana, berkomitmen untuk memberikan dukungan yang bermanfaat bagi masyarakat yang terdampak bencana. (***)

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!