Dapur Umum INH Layani Ratusan Nasi Bungkus untuk Korban Bencana di Sukabumi

Dapur Umum INH Layani Ratusan Nasi Bungkus untuk Korban Bencana di Sukabumi

NewsINH, Sukabumi – Lembaga kemanusiaan International Networking for Humanitarian (INH) bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor mendirikan dapur umum untuk membantu korban bencana di wilayah Desa Cikadu, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Langkah ini diambil untuk memberikan dukungan kepada masyarakat yang terdampak bencana di wilayah tersebut.

Dapur umum yang didirikan setiap harinya membagikan ratusan nasi bungkus kepada warga yang membutuhkan.

“Ada sekitar 200 warga yang terdampak mereka tinggal diwilayah RT 01/02 dan warga RT 07/07 di Desa Cikadu menjadi penerima manfaat dari bantuan ini. Pembagian makanan dilakukan dengan tujuan untuk meringankan beban mereka yang saat ini tengah menghadapi kesulitan akibat bencana,” kata Ickhsanto Wahyudi, PJ Kornas Share INH.

Ickhsanto mengatakan, bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan ini sangat penting untuk memberikan bantuan langsung kepada korban bencana.

“Kami terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan mendesak dapat segera dipenuhi, khususnya kebutuhan pangan bagi para korban bencana,” ujarnya.

Pendirian dapur umum ini juga menunjukkan kepedulian masyarakat dan lembaga kemanusiaan yang bergerak cepat untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh korban bencana di Sukabumi.

“Ke depan, diharapkan inisiatif ini dapat memberikan dampak yang positif dalam proses pemulihan pasca-bencana di wilayah tersebut,” jelasnya.

INH dan Dinsos Kabupaten Bogor berkomitmen untuk terus memberikan bantuan kepada korban bencana di Sukabumi hingga kondisi mereka pulih sepenuhnya. (***)

Kolaborasi Kemanusiaan, INH dan Dinsos Bogor Bantu Korban Bencana di Sukabumi

Kolaborasi Kemanusiaan, INH dan Dinsos Bogor Bantu Korban Bencana di Sukabumi

NewsINH, Bogor – International Networking for Humanitarian (INH) berkolaborasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Jawa Barat memberikan bantuan kepada korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Sukabumi.

“Hari ini kami bekerjasama dengan INH memberikan bantuan 200 paket logistik ke Kabupaten Sukabumi,” ungkap Kepala Dinsos Kabupaten Bogor Farid Ma’ruf di Cibinong, Minggu.

Ia menuturkan selain mengirim bantuan berupa logistik, jajarannya juga mengirimkan personel relawan tangguh bencana (Tagana) dan mobil dapur umum.

“Relawan Tagana Kabupaten Bogor dengan mobil dapur umumnya kami tugaskan membantu korban bencana alam selama dua minggu, selanjutnya bisa kami perpanjang atau tergantung situasi di lokasi bencana alam,” ujarnya.

Sementara, Manager Fundraising and IT INH Andriono Hernandy mengatakan selain logistik atau makanan, INH juga memberikan bantuan lainnya berupa selimut, susu, obat-obatan, alat tidur, popok bayi hingga makanan hangat

“Kami mewakili Kabupaten Bogor menjadi lembaga kemanusiaan yang terjun membantu korban bencana alam di Kabupaten Sukabumi. INH hari ini juga memberikan bantuan berupa selimut, susu, obat-obatan, alat tidur, popok bayi hingga makanan hangat kepada warga Kabupaten Sukabumi yang terdampak bencana alam,” kata Andriono Hernandy.

Ia menjelaskan pemberian bantuan untuk korban bantuan bencana alam ini dilakukan secara bertahap selama tiga bulan, tergantung terbukanya akses transportasi di Kabupaten Sukanumi.

“Hari ini fokus pemberian bantuan baru di Kecamatan Cikidang, lalu ketika donasi masuk ke Kantor INH maupun Dinsos Kabupaten Bogor, kami menyalurkan kembali bantuan dari donatur ke kecamatan lainnya. Kami sudah melakukan assesment dan berencana tinggal di sana selama tiga bulan untuk memberikan bantuan kepada para korban bencana alam di Kabupaten Sukabumi,” jelas Andriono Hernandy.
 

PBB Sebut Kondisi Kehidupan di Gaza Kejahatan Internasional Paling Serius

PBB Sebut Kondisi Kehidupan di Gaza Kejahatan Internasional Paling Serius

NewsINH, Gaza – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kondisi warga Palestina di Gaza sangat menyedihkan dan mengerikan. Dia memperingatkan, “Apa yang kita lihat mungkin merupakan kejahatan internasional paling serius.”

Dalam pidato yang dibacakan wakilnya, Amina Mohammed, pada konferensi bantuan Gaza di Kairo, Guterres mendesak masyarakat internasional “membangun fondasi bagi perdamaian berkelanjutan di Gaza dan di seluruh Timur Tengah.”

Dia menekankan dampak konflik dan kebutuhan mendesak akan tindakan internasional.

“Malnutrisi merajalela. Kelaparan sudah di depan mata. Sementara itu, sistem kesehatan telah runtuh,” ujar dia.

Gaza sekarang memiliki jumlah anak yang diamputasi per kapita tertinggi di dunia, banyak yang kehilangan anggota tubuh dan menjalani operasi bahkan tanpa anestesi.

Sekretaris jenderal juga mengkritik pembatasan ketat pada pengiriman bantuan, dengan mencatat,

“Masuknya barang ke Gaza sangat tidak mencukupi, tidak konsisten, dan tidak dapat diprediksi, setetes air di lautan kebutuhan.”

Menurut statistik dari Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), hanya 65 truk bantuan yang dapat memasuki Gaza dalam sebulan terakhir, dibandingkan dengan rata-rata 500 truk sebelum perang.

Tidak ada bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza utara pada bulan November. Badan-badan bantuan internasional telah berulang kali menyatakan keprihatinan tentang kondisi yang memburuk di Gaza, memperingatkan warga sipil berada di ambang kelaparan.

Mereka mengatakan pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina telah mencapai tingkat terendah sejak perang dimulai.

“Mari kita perjelas: Mimpi buruk di Gaza bukanlah krisis logistik,” ujar Gueterres, “Ini adalah krisis kemauan politik dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional.”

UNRWA mengatakan semua upayanya untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara diblokir atau dihalangi oleh Israel antara 6 Oktober dan 25 November.

 

Sumber: Sindonews

Kamp Al-Mawasi Membara, Israel Bakar Anak-anak dan Permpuan Gaza

Kamp Al-Mawasi Membara, Israel Bakar Anak-anak dan Permpuan Gaza

NewsINH, Gaza – Serangan Israel terhadap tenda kamp di daerah al-Mawasi di Gaza selatan pada Rabu malam menewaskan sedikitnya 21 orang dan melukai 28 lainnya. Para korban syahid setelah bom-bom Israel menyebabkan kebakaran hebat di wilayah yang diklaim Israel sebagai zona aman tersebut.

Serangan hari Rabu di Muwasi – daerah terpencil dengan sedikit layanan publik yang menampung ratusan ribu pengungsi – melukai sedikitnya 28 orang, menurut Atif al-Hout, direktur Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Younis.

Serangan tersebut menghantam tenda-tenda tempat para keluarga pengungsi berlindung, menyebabkan kebakaran dan membakar beberapa korban, termasuk perempuan dan anak-anak.

Seorang jurnalis Associated Press di rumah sakit menghitung setidaknya ada 15 jenazah, namun mengatakan sulit untuk mencapai jumlah pastinya karena banyak dari jenazah korban tercabik-cabik, beberapa tanpa kepala atau mengalami luka bakar parah. Di kamar mayat, tangan dan wajah bayi yang menghitam muncul dari balik selimut tebal yang digunakan untuk mengangkut jenazah ke rumah sakit.

Koresponden Aljazirah melaporkan dari lokasi serangan, mengatakan daerah yang ditargetkan penuh dengan tempat penampungan yang menampung pengungsi Palestina. “Lebih dari 14 keluarga Palestina berlindung di sini. Tempat itu menjadi sasaran setidaknya dua rudal sehingga menyebabkan kebakaran,” katanya.

Beberapa tenda dibangun dari lembaran timah, terpal, dan tiang plastik. Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan lembaran-lembaran rusak, puing-puing hangus dan api membara, beberapa jam setelah serangan.

“Seluruh keluarga terkena dampaknya, termasuk perempuan dan anak-anak. Al-Mawasi terus diserang oleh serangan Israel yang menghancurkan tenda-tenda yang berisi orang-orang di dalamnya, menyebabkan banyak orang tewas atau terluka,” kata koresponden Aljazirah.

“Rasanya seperti hari kiamat,” kata seorang perempuan yang terluka, Iman Jumaa. Ia menahan air matanya saat menggambarkan bagaimana serangan tersebut membunuh ayahnya, saudara laki-lakinya, dan anak-anak dari saudara laki-lakinya.

Video dan foto serangan yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan api dan asap hitam membubung ke langit malam, serta bingkai tenda logam yang terpelintir dan kain robek. Para lelaki Palestina mencari-cari di antara puing-puing yang masih terbakar sambil berteriak, “Kemari, teman-teman!” Lebih jauh lagi, warga sipil berdiri di kejauhan, mengamati kehancuran yang terjadi.

Seorang pria lanjut usia yang seluruh keluarganya terluka dalam serangan Israel menceritakan bahwa serangan terjadi tepat setelah shalat maghrib. “Setelah salat maghrib, terjadi ledakan. Disusul dengan kebakaran. Seluruh kamp hancur,” katanya dalam kesaksian video.

“Saya berlari mencari putra, istri, dan putri saya. Semuanya dibawa ke rumah sakit. Saya satu-satunya orang yang selamat. Sisanya berada di rumah sakit. Saya masih terguncang. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi.”

Militer Israel berdalih serangan di al-Mawasi tersebut telah memicu ledakan susulan, yang mengindikasikan bahwa ada bahan peledak di daerah tersebut. Klaim Israel tidak dapat dikonfirmasi secara independen, dan serangan tersebut juga dapat menyulut bahan bakar, tabung gas untuk memasak, atau bahan lain di dalam kamp.

Tak lama setelah serangan itu, Rumah Sakit Al-Awda mengatakan dua orang syahid dan 38 luka-luka dalam serangan di blok perumahan di kamp pengungsi Nuseirat. Pihak militer belum bisa memberikan komentar mengenai serangan tersebut, namun mengatakan bahwa serangan sebelumnya di Gaza tengah telah mengenai “sasaran teroris”.

Di Gaza utara, puluhan keluarga Palestina mengatakan serangan Israel yang semakin meluas telah memaksa mereka mengungsi dari sekolah-sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan. Rekaman Associated Press menunjukkan orang-orang di jalan pada hari Rabu meninggalkan Beit Lahia, banyak yang berkerumun di atas kereta keledai sambil membawa barang-barang mereka. Yang lainnya berjalan kaki. “Pagi ini sebuah quadcopter (drone) meledakkan empat bom di sekolah. Ada orang yang terluka, sisa-sisa manusia – kami tidak punya apa-apa,” kata Sadeia al-Rahel.

Wanita berusia 57 tahun ini mengatakan keluarganya telah makan rumput, dedaunan, dan pakan ternak selama dua bulan karena kurangnya bantuan pangan di wilayah utara.

Jumlah bantuan yang masuk ke Gaza anjlok pada bulan Oktober, dan kelaparan tersebar luas di seluruh wilayah tersebut, bahkan di Gaza tengah dimana kelompok pemberi bantuan mempunyai akses yang lebih luas. Organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan pembatasan yang dilakukan Israel, pertempuran yang terus berlanjut, serta pelanggaran hukum dan ketertiban mempersulit penyaluran bantuan.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 44.500 warga Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Militer Israel mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 17.000 militan, tanpa memberikan bukti.

 

Sumber: Republika

Ribuan Ilmuwan Dunia Tulis Surat Terbuka Desak Gencatan Senjata di Gaza

Ribuan Ilmuwan Dunia Tulis Surat Terbuka Desak Gencatan Senjata di Gaza

NewsINH, Teheran – Lebih dari 1.000 ilmuwan, terutama psikolog dan ahli saraf dari seluruh dunia, menandatangani surat terbuka yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Surat tersebut sekaligus mendesak komunitas internasional agar menekan rezim Israel supaya mematuhi hukum humaniter.

Peraih Nobel May-Britt Moser dan Edvard Moser dari Norwegia serta Susumu Tonegawa dari Jepang ikut menandatangani surat tersebut, menurut laporan kantor berita Iran, IRNA yang mengutip sejumlah media, Kamis.

Sejumlah peneliti asal Spanyol, seperti Pablo Lanillos, yakni anggota kelompok Neuro Artificial Intelligence and Robotics di Cajal Institute, juga menandatangani surat tersebut.

“Seruan ini kuat karena datang dari para ahli saraf — orang-orang yang mempelajari tentang bagaimana otak merasakan dan juga memproses konflik semacam itu,” kata Lanillos.

Surat itu juga mengutuk kekerasan, termasuk “kejahatan perang yang tak terhitung jumlahnya”, yang dilakukan rezim Israel di wilayah Palestina yang terisolasi, memperingatkan bahwa tanpa tekanan internasional, kekerasan akan terus terjadi.

Lewat surat itu para ilmuwan juga menekankan bahwa wilayah Gaza terjebak dalam siklus kekerasan dan balas dendam yang merusak sikap hidup berdampingan secara damai, menambahkan “kebencian, kematian, dan kehancuran” sedang merajalela.

Mereka menyeru komunitas internasional untuk menekan rezim Israel agar mengakhiri perang, yang menurut para ilmuwan, dapat dilakukan dengan menghentikan penjualan senjata atau mengevaluasi kembali perjanjian kerja sama dengan rezim.

Disebutkan pula bahwa kebijakan Israel saat ini telah menimbulkan kerugian bagi warga Palestina sekaligus membahayakan kaum Zionis.

 

Surat itu diprakarsai dan dipublikasi oleh para peneliti di Universitas Sorbonne di Prancis dan Princeton di Amerika Serikat.

Sumber: IRNA-OANA

Israel Lakukan Genosida di Gaza, Amnesty International Simpulkan Bukti Kejahatan Perang

Israel Lakukan Genosida di Gaza, Amnesty International Simpulkan Bukti Kejahatan Perang

NewsINH, Gaza – Laporan Amnesty International menyimpulkan bahwa perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza merupakan kejahatan genosida berdasarkan hukum internasional. Hal ini merupakan kesimpulan pertama oleh organisasi hak asasi manusia besar dalam agresi brutal yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.

Laporan setebal 32 halaman yang meneliti peristiwa di Gaza antara Oktober 2023 hingga Juli 2024, yang diterbitkan pada Kamis, menemukan bahwa Israel “dengan nekat, terus menerus dan dengan impunitas total melancarkan serangan besar-besaran” terhadap 2,3 juta penduduk Jalur Gaza. Amnesty juga mencatat bahwa serangan ke Israel oleh pejuang Palestina pada 7 Oktober 2023 tak bisa dipakai untuk membenarkan genosida.

Amnesty mengatakan laporan tersebut didasarkan pada kerja lapangan, wawancara dengan 212 orang, termasuk korban, saksi dan petugas kesehatan di Gaza. Selain itu juga analisis bukti visual dan digital yang luas, dan lebih dari 100 pernyataan dari pemerintah Israel dan aktor militer yang menurut mereka merupakan “wacana yang tidak manusiawi.” Laporan ini juga menggunakan bukti video dan foto tentara yang melakukan atau merayakan kejahatan perang.

“Israel telah melakukan tindakan yang dilarang berdasarkan Konvensi Genosida, yaitu membunuh, menyebabkan kerugian fisik atau mental yang serius, dan dengan sengaja memberikan kondisi kehidupan kepada warga Palestina di Gaza yang diperhitungkan akan mengakibatkan kehancuran fisik,” bunyi kesimpulan laporan itu. Menurut Amnesty, Israel juga “punya niat khusus untuk menghancurkan warga Palestina” di Gaza.

The Guardian melansir, laporan ini menandai pertama kalinya Amnesty menyimpulkan kejahatan genosida selama konflik yang sedang berlangsung. Laporan juga didasarkan pada laporan pada Maret oleh pelapor khusus PBB untuk Palestina yang menyimpulkan “ada alasan yang masuk akal untuk percaya” Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina.

“Temuan kami yang menyedihkan harus menjadi peringatan: ini adalah genosida dan harus dihentikan sekarang,” kata Agnès Callamard, sekretaris jenderal kelompok tersebut, dalam konferensi pers pada Rabu.

Amnesty menyebutkan adanya hambatan yang disengaja terhadap bantuan dan pasokan listrik serta kerusakan besar, kehancuran dan pengungsian paksa. Ini menyebabkan runtuhnya sistem air, sanitasi, makanan dan layanan kesehatan, dalam apa yang disebut sebagai “pola perilaku” dalam konteks krisis kemanusiaan dalam pendudukan dan blokade Gaza.

“Kami tidak serta merta berpikir bahwa kami akan sampai pada kesimpulan ini. Kami tahu ada risiko genosida, seperti yang dikatakan oleh pengadilan internasional,” ujar Budour Hassan, peneliti Amnesty Israel dan wilayah Palestina yang diduduki kepada Guardian. “Tapi jika kita menggabungkan titik-titik tersebut, totalitas buktinya menunjukkan bukan hanya terjadi pelanggaran hukum internasional. Ini adalah sesuatu yang lebih dalam.”

Dalam laporannya, Amnesty menunjukkan sejumlah bukti utama terkait genosida di Gaza. Pertama, skala dan besarnya serangan militer di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu telah menyebabkan kematian dan kehancuran dengan kecepatan dan tingkat yang tidak tertandingi dalam konflik abad ke-21 lainnya. Sejauh ini, sebanyak 44.500 warga Gaza, kebanyakan anak-anak perempuan telah syahid akibat serangan Israel. Sementara 66 persen bangunan di Gaza telah hancur.

Bukti genosida selanjutnya, menurut Amnesty, ada niat untuk menghancurkan Gaza. Hal ini disimpulkan setelah mempertimbangkan dan mengabaikan argumen-argumen seperti kecerobohan Israel dan pengabaian yang tidak berperasaan terhadap kehidupan warga sipil dalam upaya mengejar Hamas.

Menurut Amnesty, Israel juga membunuh dan menyebabkan kerugian fisik atau mental yang serius dalam serangan langsung yang berulang-ulang terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil, atau serangan yang disengaja dan tidak pandang bulu.

Serangan Israel disebut berdampak pada kehancuran fisik, seperti hancurnya infrastruktur medis, terhambatnya bantuan, dan penggunaan “perintah evakuasi” yang sewenang-wenang dan menyeluruh secara berulang-ulang bagi 90 persen penduduk ke wilayah yang tidak sesuai.

“Sebagai kekuatan pendudukan, Israel secara hukum berkewajiban menyediakan kebutuhan penduduk yang diduduki,” Kristine Beckerle, penasihat tim Amnesty Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan pada Rabu. Dia menggambarkan serangan Israel pada bulan Mei di Rafah, yang sampai saat itu merupakan tempat terakhir yang relatif aman di wilayah tersebut, sebagai titik balik besar dalam menentukan niat genosida.

“[Israel] telah menjadikan Rafah sebagai titik bantuan utama, dan mereka tahu warga sipil akan pergi ke sana. ICJ (Mahkamah Internasional) memerintahkan Israel untuk berhenti namun mereka tetap melanjutkan serangannya,” katanya. “Rafah adalah kuncinya.”

Setidaknya 47 orang termasuk empat anak-anak syahid dalam serangan udara di Gaza pada hari Selasa, menurut pejabat kesehatan di wilayah tersebut. Ini termasuk setidaknya 21 orang yang berlindung di kamp tenda yang menampung para pengungsi di dekat kota Khan Younis. Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan pejuang Hamas.

Amnesty telah meminta PBB untuk menegakkan gencatan senjata, menjatuhkan sanksi yang ditargetkan terhadap pejabat tinggi Israel dan Hamas, dan agar pemerintah negara-negara barat seperti AS, Inggris dan Jerman berhenti memberikan bantuan militer dan menjual senjata ke Israel.

Kelompok hak asasi manusia juga mendesak Pengadilan Pidana Internasional, yang bulan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant, untuk menambahkan genosida ke dalam daftar kejahatan perang yang sedang diselidiki.

Terakhir, mereka menyerukan pembebasan sandera sipil tanpa syarat dan agar “Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya yang bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan pada tanggal 7 Oktober harus dimintai pertanggungjawaban”.

Laporan yang bertajuk You Feel Like You Are Subhuman’: Israel’s Genocide Against Palestines in Gaza (Seperti Bukan Manusia: Genosida Israel Terhadap Warga Palestina di Gaza) kemungkinan besar akan menimbulkan kemarahan di Israel dan menimbulkan tuduhan antisemitisme. Beberapa pakar hukum dan pakar studi genosida berpendapat bahwa serangan 7 Oktober juga merupakan genosida.

Pencegahan dan penghentian genosida masuk dalam hukum internasional menyusul pembantaian yang dilakukan Nazai Jerman terhadap kelompok Yahudi pada 1930-1940-an. Aksi itu mempercepat dorongan berdirinya entitas Zionis di Palestina yang sudah direncanakan sejak akhir abad ke-19. Holocaust juga berujung pada Konvensi Jenewa, yang mengkodifikasi dan melarang genosida sebagai kejahatan yang dapat dihukum.

Dalam kesimpulannya, laporan Amnesty “mengakui adanya penolakan dan keraguan di antara banyak pihak dalam menemukan niat genosida terkait tindakan Israel di Gaza”, yang telah “menghambat keadilan dan akuntabilitas”.

“Amnesty International mengakui bahwa mengidentifikasi genosida dalam konflik bersenjata adalah hal yang rumit dan menantang, karena adanya berbagai tujuan yang mungkin ada secara bersamaan. Meskipun demikian, sangat penting untuk mengakui genosida, dan menegaskan bahwa perang tidak akan pernah bisa menjadi alasan untuk terjadinya genosida,” ungkapnya.

Menurut Amnesty, tindakan Israel di Gaza diperiksa “secara total, dengan mempertimbangkan kejadian berulang dan simultan, serta dampak langsung dan konsekuensi kumulatif serta saling menguatkan”, katanya. Temuan-temuan tersebut dibagikan “secara luas” pada beberapa kesempatan dengan pihak berwenang Israel, tambah kelompok itu, tetapi tidak mendapat tanggapan.

Publikasi yang diterbitkan pada Kamis ini melanjutkan posisi berani kelompok hak asasi manusia yang berbasis di London sebelumnya mengenai pendudukan Israel di wilayah Palestina. Pada 2022, Amnesty bergabung dengan Human Rights Watch dan LSM Israel yang dihormati B’Tselem dalam menerbitkan laporan besar yang menuduh Israel melakukan apartheid, sebagai bagian dari gerakan yang berkembang untuk mendefinisikan kembali konflik Israel-Palestina sebagai perjuangan untuk persamaan hak dan bukan pertikaian wilayah. Politisi Israel menyerukan agar laporan tersebut ditarik, dengan tuduhan antisemitisme

 

Sumber: Republika

UNRWA Sebut Gaza Miliki Jumlah Anak Amputee Tertinggi di Dunia

UNRWA Sebut Gaza Miliki Jumlah Anak Amputee Tertinggi di Dunia

NewsINH, Gaza – Saat ini, Gaza memiliki jumlah anak amputee (orang yang bagian tubuhnya diamputasi) per kapita tertinggi di dunia, ungkap Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) pada Selasa (3/12/2024).

Banyak anak-anak di Gaza yang “kehilangan anggota tubuh dan menjalani operasi tanpa anestesi,” ujar Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA, melalui platform media sosial X.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada September memperkirakan bahwa lebih dari 22.500 orang, atau satu dari empat orang yang terluka selama perang di Gaza, mengalami cedera yang mengubah hidup mereka dan akan membutuhkan layanan rehabilitasi “sekarang dan hingga bertahun-tahun mendatang.”

“Selama perang ini, orang-orang yang membutuhkan perawatan khusus menderita dalam diam. Kisah mereka jarang sekali diceritakan. Selain itu, perang juga telah menyebabkan epidemi cedera traumatis tanpa adanya layanan rehabilitasi,” sebut Lazzarini.

Israel melancarkan serangan berskala besar terhadap Hamas di Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas di perbatasan Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan kurang lebih 250 orang lainnya disandera.

Dalam 24 jam terakhir, militer Israel telah menewaskan 36 orang dan melukai 96 lainnya di Jalur Gaza, menambah jumlah korban tewas menjadi 44.502 dan korban luka-luka menjadi 105.454 sejak pecahnya konflik Palestina-Israel, kata otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza dalam sebuah pernyataan pada Selasa itu.

 

Sumeber: Xinhua/Antara

PBB: Perintah Evakuasi Berulang Israel Berdampak Pada 80 Persen Wilayah di Gaza

PBB: Perintah Evakuasi Berulang Israel Berdampak Pada 80 Persen Wilayah di Gaza

NewsINH, Gaza – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (3/12/2024) kemarin melaporkan bahwa perintah evakuasi berulang yang dikeluarkan Israel, yang memengaruhi sekitar 80 persen wilayah Jalur Gaza, telah menempatkan warga sipil dalam kondisi berbahaya.

“Perintah evakuasi berulang Israel, yang kini mencakup sekitar 80 persen wilayah Jalur Gaza, membuat warga sipil terpapar risiko konflik dan kehilangan akses ke layanan penting,” ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam konferensi pers.

Dujarric menjelaskan bahwa Gaza utara telah berada di bawah pengepungan yang semakin ketat selama hampir dua bulan.

Sekitar 65.000 hingga 500.000 orang di wilayah tersebut tidak dapat mengakses makanan, air, listrik, atau layanan kesehatan yang memadai.

Ia menekankan bahwa “seluruh populasi Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan,” serta menyoroti kondisi lebih dari 58.000 penyandang disabilitas yang menghadapi tantangan tambahan dalam mengakses makanan.

Di wilayah selatan Gaza, Dujarric menyebutkan bahwa “sebagian orang melewatkan waktu makan dan mencari makanan dari tumpukan sampah.”

Dengan mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Dujarric memperingatkan bahwa akses kemanusiaan terus terhambat.

“Pada bulan November, dari 578 pergerakan bantuan yang direncanakan di Gaza yang memerlukan koordinasi dengan otoritas Israel, hanya 41 persen yang berhasil. Lebih dari sepertiga ditolak, dan sisanya terhalang atau dibatalkan karena tantangan keamanan dan logistik,” ungkapnya.

Dujarric juga melaporkan bahwa misi bantuan ke Gaza utara menghadapi gangguan besar, dengan upaya menjangkau daerah-daerah yang terkepung seperti Jabalya, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun mengalami hambatan serius.

 

Sumber: Anadolu/Antara

PBB Sebut Sistem Pangan Lokal Gaza Hancur Akibat Serangan Israel

PBB Sebut Sistem Pangan Lokal Gaza Hancur Akibat Serangan Israel

NewsINH, Kanada – PBB pada Senin mengatakan bahwa sistem pangan lokal di Gaza telah hancur akibat serangan darat dan udara Israel, menyoroti akses untuk mendapatkan makanan sebagai hal paling memprihatinkan.

“Mitra kemanusiaan kami juga memperingatkan bahwa sistem pangan lokal telah hancur akibat operasi darat militer, pemboman wilayah sipil, dan keberadaan persenjataan yang belum meledak,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam konferensi pers.

Dia mengatakan akses untuk mendapatkan makanan tetap menjadi perhatian paling kritis yang dibahas oleh anggota masyarakat di semua kelompok.”

Dujarric menekankan kelangkaan pangan di Gaza semakin buruk setiap hari, membuat rakyat lebih rapuh.

Ia menggambarkan toko roti di Gaza sebagai “jalur kehidupan,” namun mereka tidak dapat terus beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan tepung.

Menanggapi pertanyaan Anadolu tentang World Central Kitchen yang menangguhkan operasi bantuannya serta UNRWA yang baru-baru ini menghentikan bantuan melalui penyeberangan Kerem Shalom karena masalah keamanan, Dujarric merujuk komentarnya sebelumnya tentang kekurangan makanan yang sedang terjadi, ketidakmampuan PBB untuk mendistribusikan bantuan dan mengatakan “faktanya cukup jelas, dan itu cukup mengerikan.”

 

Sumber: Anadolu/Antara

Negara-Negara Eropa Desak Israel Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Negara-Negara Eropa Desak Israel Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan di Gaza

NewsINH, London – Para menteri luar negeri Prancis, Inggris, dan Jerman pada Senin (2/12/2024) kemarin mendesak Israel untuk segera membuka perbatasan menuju Gaza dan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah itu bisa sampai dengan aman dan tanpa hambatan.

“Prancis, Inggris dan Jerman menyerukan Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional dan menjamin perlindungan warga sipil,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis melalui pernyataan.

“Musim dingin akan segera tiba di Gaza bersamaan dengan hujan dan dingin. Pemerintah Israel harus memastikan PBB dapat menjalankan rencana untuk menghadapi musim dingin. Rakyat Gaza saat ini membutuhkan lebih banyak bantuan,” menurut pernyataan itu.

Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 44.400 orang serta melukai lebih dari 105.000 orang.

Genosida Israel di Gaza telah memasuki tahun kedua. Israel, sementara itu, semakin banyak menuai kecaman dari masyarakat internasional. Para pejabat dan lembaga melabeli serangan dan pemblokiran pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja oleh untuk menghancurkan populasi.

Mahkamah Pidana Internasional pada 21 November mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan IsraelYoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel di Mahkamah Internasional juga menghadapi kasus genosida atas perang mematikan yang dilancarkannya di Gaza.

Sumber: Anadolu/Antara

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!