-
NewsINH, Sudan – Sebuah laporan baru dari Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) mengungkapkan bahwa konflik yang berlangsung selama lebih dari satu tahun telah menyebabkan tingkat kerawanan pangan akut yang terburuk dalam sejarah Sudan dan salah satu yang terburuk di dunia. Di sepuluh negara bagian, sekitar 755.000 orang menderita kondisi seperti kelaparan (IPC Fase 5), dan 8,5 juta orang mengalami kelaparan tingkat darurat (IPC Fase 4). Hingga saat ini, lebih dari 10 juta orang telah mengungsi, dan dua juta orang mengungsi ke negara lain. “Kami sangat terkejut dengan situasi mengerikan yang menimpa jutaan warga Sudan,” kata Samy Guessabi, Direktur Aksi Melawan Kelaparan di Sudan. “Situasi ini sangat penting bagi masyarakat yang terjebak di zona konflik dan tidak memiliki akses terhadap perlindungan,” tambahnya. Perang saudara, yang pecah pada April 2023, menyebabkan penurunan ketahanan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan lebih dari 25,6 juta orang – lebih dari separuh populasi negara tersebut – diperkirakan akan menghadapi krisis atau kondisi yang lebih buruk (IPC Fase 3 atau lebih tinggi) antara Juni dan September 2024 yang bertepatan dengan musim paceklik. Kondisi seperti kelaparan telah melanda Darfur Raya, Kordofan Selatan dan Utara, Nil Biru, Al Jazirah, Khartoum, dan lima negara bagian lainnya. Terdapat risiko kelaparan yang nyata di 14 wilayah jika konflik meningkat. Konflik ini juga telah menghancurkan infrastruktur utama, fasilitas layanan kesehatan, layanan air dan sanitasi, lahan pertanian dan aset lainnya. Pergerakan sangat dibatasi dan sebagian besar orang yang memiliki akses ke pasar tidak dapat membeli kebutuhan dasar karena inflasi. Harga pangan telah meningkat hingga 296% sejak dimulainya konflik untuk beberapa komoditas. sumber: Aksi Melawan Kelaparan
-
NewsINH, Beijing – Presiden China Xi Jinping mengatakan China akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza sekaligus membantu rekonstruksi pasca-perang senilai 500 juta yuan (sekitar Rp1,18 triliun). “Selain bantuan kemanusiaan darurat sebesar 100 juta yuan (sekitar Rp223 miliar) sebelumnya, China akan memberikan bantuan tambahan sebesar 500 juta yuan (sekitar Rp1,18 triliun) untuk membantu meringankan krisis kemanusiaan di Gaza dan mendukung rekonstruksi pasca-konflik,” kata Xi Jinping di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing, China pada Kamis (30/5/2024) kemarin. Presiden Xi menyampaikan hal tersebut dalam pidato pembukaan Konferensi Tingkat Menteri ke-10 Forum Kerja Sama Negara-Negara Arab yang digelar di Beijing dan dihadiri empat kepala negara dari kawasan Timur Tengah. Keempat kepala negara itu adalah Raja Bahrain Hamad bin Isa bin Salman Al Khalifa, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Presiden Tunisia Kais Saied, Presiden Uni Emirat Arab (UAE) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Sekretaris Jenderal Liga Arab Gheit dan 22 perwakilan delegasi Arab. Timur Tengah, menurut Xi Jinping, merupakan negara yang mempunyai prospek pembangunan yang luas, namun perang masih berkecamuk di sana. Sejak Oktober lalu, konflik Palestina-Israel meningkat drastis dan menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi masyarakat. “Perang tidak boleh berlanjut tanpa batas waktu. Keadilan tidak boleh hilang selamanya. Komitmen terhadap solusi dua negara tidak boleh goyah begitu saja,” tegas Xi Jinping. Xi mengatakan China dengan tegas mendukung pembentukan negara Palestina merdeka yang memiliki kedaulatan penuh berdasarkan perbatasan tahun 1967 dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. “China mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB, dan mendukung konferensi perdamaian internasional yang lebih luas, kuat dan efektif,” tambah Xi. Selain itu China juga akan menyumbang tiga juta dolar AS (sekitar Rp48 miliar) kepada Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Tengah (UNRWA) untuk mendukung bantuan kemanusiaan darurat ke Gaza. Kondisi Gaza saat ini semakin memprihatinkan karena pada Minggu (26/5), Israel menyerang kamp di timur laut Rafah yang menyebabkan lebih dari 40 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka, termasuk anak-anak, menurut Dinas Pertahanan Sipil Palestina. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa serangan udara di kamp pengungsi sebagai “insiden tragis” dan menambahkan bahwa penyelidikan sedang dilakukan. Selanjutnya pada Rabu (29/5), tentara Israel mengklaim telah memperoleh kendali penuh atas Koridor Philadelphia, zona penyangga demiliterisasi yang membentang di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Tentara Israel mengatakan pasukannya berlokasi di sebagian besar Koridor Philadelphia, kecuali wilayah kecil di dekat pantai dan Tel al-Sultan di Rafah barat sehingga menutup bantuan kemanusiaan. Padahal Mahkamah Internasional pada Jumat (24/5) telah memerintahkan Israel menghentikan operasi militer di Rafah dan memastikan akses tanpa hambatan ke wilayah tersebut untuk misi yang menyelidiki tuduhan genosida, serta untuk bantuan kemanusiaan. Akibat serangan Israel ke Rafah tersebut, sejumlah negara antara lain Australia, Selandia Baru, Brasil, Meksiko, Belanda dan Venezuela mengecam tindakan angkatan bersenjata Israel (IDF). Sedangkan Gedung Putih pada Senin (27/5) mendesak Israel agar mengambil langkah antisipasi yang memungkinkan untuk melindungi warga sipil menyusul serangan udara mematikan di Rafah. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk serangan Israel terhadap kamp pengungsi di kota Rafah. Ia menambahkan bahwa sudah tidak ada tempat yang aman di Gaza, dan meminta diakhirinya kengerian tersebut. Serangan itu terjadi di dekat pangkalan logistik badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan. Israel telah membunuh lebih dari 36.000 warga Palestina di Jalur Gaza sejak serangan yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan Israel juga telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong yang dihuni 2,3 juta orang dan menyebabkan sebagian besar warga sipil kehilangan tempat tinggal dan berisiko kelaparan. Sumber: Antara/Republika
-
NewsINH, Munich – Negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mendukung pendirian negara Palestina dan menekankan proses ke arah itu harus dimulai dengan dihentikannya pertempuran di Gaza, kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani baru-baru ini. “Dokumen G7 berbicara tentang keinginan mencapai tujuan dua bangsa, dua negara, melalui penghentian atas konflik saat ini, yang akan memfasilitasi pembebasan sandera Israel tanpa syarat dan membantu penduduk sipil Palestina yang membutuhkan bantuan kemanusiaan,” kata Tajani. Dia menyampaikan hal itu kepada wartawan usai mengikuti pertemuan dengan para menteri luar negeri anggota di G7 pada Konferensi Keamanan Munich di Jerman. “Setelah (penghentian konflik) itu, perundingan akan dimulai dan saya harap akan mengarah pada terciptanya perdamaian,” katanya dilansir Anadolu Agency. Lebih dari 28 ribu warga Palestina telah tewas dalam serangan-serangan Israel di Jalur Gaza. Badan-badan PBB memperingatkan bahwa rencana serangan darat Israel di Kota Rafah di Gaza selatan dekat perbatasan dengan Mesir akan menimbulkan konsekuensi yang lebih buruk bagi warga sipil di sana. Sekitar 1,5 juta warga Palestina yang sebelumnya mengungsi akibat serangan Israel di Gaza kini berada di Rafah, setelah menyelamatkan diri dari konflik yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong Palestina itu. Tajani mengatakan para menlu G7 mengutuk kelompok perlawanan Palestina Hamas dan mengesampingkan peran politik mereka di Gaza jika perang berakhir. Sebaliknya, G7 mendukung Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, tetapi badan tersebut harus dirombak agar dapat menjadi “protagonis” di Gaza, kata Tajani. “Posisi kami adalah, untuk menjamin keamanan Israel, kami minta agar para sandera segera dibebaskan dan mengupayakan deeskalasi untuk membantu warga sipil di Gaza,” katanya. Dia menambahkan para menlu G7 mengutuk aksi kekerasan para pemukim Israel terhadap warga Palestina yang telah meningkat sejak 7 Oktober di wilayah pendudukan Tepi Barat. PBB dan sebagian besar komunitas internasional menganggap permukiman Israel itu bukan hanya ilegal, tetapi juga melemahkan upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina dengan solusi dua negara. AS, Inggris dan Prancis telah menjatuhkan sanksi terhadap para pemukim yang diduga melakukan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat, dan menyerukan agar pemerintah Israel berbuat lebih banyak untuk menghentikan kejahatan tersebut. Israel dituduh melakukan genosida (pembersihan etnis) di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara mahkamah itu pada Januari memerintahkan Israel memastikan pasukannya tidak melakukan genosida dan menjamin pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Palestina di Gaza. Tajani juga mengatakan bahwa G7 terus memberikan dukungannya kepada Ukraina dalam perang melawan Rusia. “Kami terus memberikan dukungan kepada negara ini (Ukraina), yang menjadi korban serangan tidak berdasar. Kami juga menyatakan dengan jelas bahwa batasan wilayah udara harus dihormati, setelah kami menerima berita tentang inisiatif ruang angkasa nuklir Rusia,” kata Tajani. Dia merujuk pada laporan tentang rencana Moskow mengerahkan senjata nuklir di luar angkasa. Menurut Tajani, meski kontribusi senjata Italia ke Ukraina lebih sedikit daripada negara-negara Barat lainnya, Italia telah berjanji untuk mendukung Ukraina dalam rekonstruksi infrastruktur yang rusak akibat perang. Menjelang pertemuan di Munich itu, para menlu G7 mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny yang meninggal di penjara Rusia pada Jumat, menurut presidensi G7 Italia itu. “Rusia harus menjelaskan kematiannya dan menghentikan penindasan yang tidak dapat diterima terhadap perbedaan pandangan politik,” kata Tajani. Sumber: Anadolu/Antara/Republika
-
NewsINH, Gaza – Bantuan kemanusiaan terus berdatangan masuk ke Jalur Gaza, Palestina. Bulan Sabit Merah Palestina mencatat setidaknya ada 76 truk bantuan yang telah masuk ke wilayah Gaza. Namun, sangat disayangkan bahan bakar yang menjadi kebutuhan paling urgen masih belum diperbolehkan masuk ke dalam wilayah tersebut. “Sudah ada sekitar 76 truk bantuan telah memasuki Jalur Gaza melalui perbatasan Mesir-Gaza di Rafah pada hari Ahad kemarin,” kata Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina, seperti dilansir dari republika. Organisasi kemanusiaan tersebut mengatakan truk-truk itu mengangkut pasokan penting ke daerah kantong Palestina tersebut, termasuk obat-obatan, pasokan medis, makanan, air, dan bahan bantuan lainnya. “Untuk bantuan berupa bahan bakar otoritas Israel belum mengizinkan masuk ke Jalur Gaza,” imbuhnya. Sejauh ini, 980 truk bantuan telah memasuki daerah tersebut sejak 21 Oktober. Selama lebih dari sebulan, tentara Israel menyerang semua bagian Jalur Gaza, sementara operasi daratnya fokus mengisolasi bagian utara dan memperbesar kehadiran militernya di sana. Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti ke Jalur Gaza, termasuk rumah sakit, tempat tinggal dan rumah ibadah, sejak kelompok perlawanan Palestina Hamas meluncurkan serangan lintas batas pada 7 Oktober. Sejak itu, jumlah korban tewas akibat serangan Israel melampaui 11.100 orang, termasuk lebih dari 8 ribu anak-anak dan perempuan, kata kantor media pemerintah di Gaza pada Ahad. Sementara itu, dari data resmi Israel, jumlah korban tewas di Israel hampir 1.200 orang. Hingga kini, serangan di wilayah jalur Gaza, masih terus berlangsung dan belum adanya tanda-tanda adanya gencatan senjata antar kedua belah pihak. (****)
-
NewsINH, Gaza – Dampak serangan militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina, 61 persen warga Palestina di wilayah tersebut kehilangan pekerjaan, tingginya jumlah tersebut akan menambah daftar panjang kemisninan di wilayah yang telah di blokade sejak 2006 silam. ” 61 persen warga Gaza kehilangan pekerjaan dalam perang yang telah terjadi pada awal bulan Oktober silam, dampak ekonomi dari konflik ini akan berdampak hingga tahun-tahun mendatang,” kata Ruba Jaradat, Direktur Regional Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk negara-negara Arab seperti dikutip dari laman Al-Jazeera, Selasa (7/11/2023). Perkiraan hilangnya lapangan kerja di wilayah Palestina setara dengan 182.000 pekerjaan. Angkah ini cukup besar dan dipastikan akan meningkatnya jumlah kemiskinan di Gaza. “Penilaian awal kami mengenai dampak krisis tragis yang terjadi saat ini terhadap pasar tenaga kerja Palestina telah membuahkan hasil yang sangat mengkhawatirkan, dan hal ini hanya akan bertambah buruk jika konflik terus berlanjut,” kata Ruba. “Konflik yang sedang berlangsung tidak hanya mewakili krisis kemanusiaan yang sangat besar dalam hal hilangnya nyawa dan kebutuhan dasar manusia, namun juga mewakili krisis sosial dan ekonomi yang telah menyebabkan kerusakan besar pada lapangan kerja dan dunia usaha, dengan dampak yang akan terasa selama bertahun-tahun. datang.” imbuhnya. ILO mencatat, tak hanya di Gaza diwilayah Palestina lainya seperti di Tepi Barat yang diduduki juga kehilangan sekitar 24 persen lapangan kerja, setara dengan 208.000 pekerjaan, akibat dampak perang, yang sedang berlangsung saat ini. Jika digabungkan, hilangnya pekerjaan di dua wilayah Palestina berarti hilangnya pendapatan harian sebesar $16 juta, menurut badan PBB tersebut. Jaradat mengatakan penduduk di Gaza harus diberikan akses “penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan” terhadap bantuan kemanusiaan. “Kami bekerja tanpa kenal lelah dengan pemerintah, mitra pekerja dan pengusaha, badan-badan PBB lainnya, dan aktor kemanusiaan untuk memberikan bantuan segera kepada pekerja dan dunia usaha yang terkena dampak,” katanya. “Kami juga akan mendukung mereka dalam jangka panjang dalam mengumpulkan informasi penting tentang pasar tenaga kerja dan memulihkan lapangan kerja dan perusahaan, dikombinasikan dengan inisiatif perlindungan sosial, sesuai dengan mandat kami.” Gaza, yang berada di bawah blokade Israel sejak tahun 2005, menderita kerugian ekonomi yang parah bahkan sebelum dimulainya konflik saat ini. Pengangguran di wilayah ini mencapai 46,4 persen pada kuartal kedua tahun 2023, salah satu tingkat pengangguran tertinggi di dunia. Lebih dari 80 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, menurut PBB. Kekurangan makanan, air dan pasokan medis semakin memburuk sejak Israel memperketat blokade dan mulai membombardir daerah kantong tersebut setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap komunitas Israel, yang menurut para pejabat menewaskan sedikitnya 1.405 orang, sebagian besar warga sipil. Sementara itu, sebanyak 10.022 warga Palestina telah meninggal dunia dalam pemboman Israel sejak hari pertama pasukan Israel menyerang wilayah Gaza, hampir separonya jumlah yang meninggal dunia merupakan anak-anak dan wanita. Sumber: Aljazeera