NewsINH, Gaza – Perang Israel di Gaza adalah yang paling mematikan dalam sejarah modern bagi insan pers atau jurnalis, hal ini diungkapkan oleh Komite Perlindungan Jurbalis (CPJ), dalam siaran persnya seperti dikututip dari aljazeera, Jumat (22/12/2023).
“Jumlah korban meninggal akibat perang di sangat besar, wartawan yang terbunuh di Gaza ‘tak tertandingi’ dalam sejarah kehidupan manusia, ini sangat tinggi dalam sejarah modern,” kata Presiden CPJ Jodie Ginsberg yang juga sebagai pengawas kebebasan pers.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) membeberkan bahwa 68 pekerja media telah terbunuh dalam 10 minggu pertempuran 61 di antaranya adalah warga Palestina, empat orang Israel dan tiga jurnalis asing yakni dari Lebanon.
Di antara mereka adalah juru kamera Al Jazeera Samer Abudaqa, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel pekan lalu saat melaporkan dari sebuah sekolah di Khan Younis.
“Lebih banyak jurnalis yang terbunuh dalam 10 minggu pertama perang Israel-Gaza dibandingkan jumlah jurnalis yang terbunuh di satu negara dalam satu tahun penuh,” kata CPJ dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari separuh kematian 37 orang terjadi pada bulan pertama perang, menjadikannya bulan paling mematikan yang pernah didokumentasikan oleh CPJ sejak CPJ mulai mencatat kematian jurnalis pada tahun 1992. Pernyataan itu muncul ketika para wartawan Palestina di Gaza terus bekerja dalam kondisi yang brutal, menghadapi pemboman terus-menerus, pengungsian, dan kemungkinan menjadi sasaran pasukan Israel.
Laporan tersebut menarik perhatian CPJ sebagai pola nyata bahwa pihak Israel menarget para jurnalis dan keluarga mereka sebagai daftar yang diburu oleh militer Israel, tercatat setidaknya satu kejadian di mana seorang jurnalis terbunuh saat mengenakan lambang dan atribut pers yang ditandai dengan jelas tanpa adanya pertempuran daerah sekitarnya.
“Konsentrasi jurnalis yang terbunuh dalam perang Israel-Gaza tidak ada bandingannya dalam sejarah CPJ dan menggarisbawahi betapa buruknya situasi ini bagi pers di lapangan,” kata Ginsberg.
Sejumlah wartawan lokal Palestina terus meliput peristiwa demi peristiwa dari Gaza dalam ketakutan akan nyawa mereka. Konsentrasi jurnalis yang terbunuh di Gaza melebihi konsentrasi di zona konflik lainnya, seperti Ukraina, Irak, Suriah dan Afghanistan.
CPJ mengatakan Irak adalah satu-satunya negara yang mendekati angka kematian saat ini di Gaza ketika pada tahun 2006, 56 jurnalis terbunuh setelah invasi Amerika Serikat ke negara Teluk tersebut tiga tahun sebelumnya.
Jurnalis Al Jazeera lainnya, Wael Dahdouh, kehilangan istri, putra, putri dan cucunya dalam pemboman Israel bulan lalu dan terluka dalam serangan yang menewaskan Abudaqa. Al Jazeera mengatakan pihaknya akan merujuk pembunuhan Abudaqa ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), dan menyatakan bahwa serangan tersebut terjadi dalam konteks serangan berulang terhadap kru Jaringan yang bekerja dan beroperasi di wilayah pendudukan Palestina dan contoh-contoh penghasutan terhadap mereka.
Sumber: Aljazeera