-
NewsINH, Jakarta – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam rapat dengan Presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-78 Dennis Francis di sela-sela World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada Minggu, 19 Mei 2024, menekankan kembali Indonesia mendorong upaya perdamaian berkelanjutan, pengiriman bantuan kemanusiaan dan keanggotaan penuh Palestina di PBB. Indonesia menyambut baik pemberian hak-hak istimewa bagi Palestina melalui resolusi majelis terbaru, yang diadopsi pada 10 Mei 2024 dengan dukungan dari 143 negara. Hak-hak istimewa yang dimaksud Retno akan berlaku mulai sesi ke-79 Sidang Majelis Umum PBB pada 10 September 2024. Palestina akan bisa duduk di kursi dalam aula pertemuan bersama anggota PBB lainnya, mengajukan mosi prosedural, berpartisipasi secara penuh dalam berbagai pertemuan yang diselenggarakan di bawah naungan Majelis Umum, dan hak-hak lainnya. “Resolusi ini merupakan langkah penting dalam upaya mendorong hak yang setara bagi Palestina,” kata Retno, seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Luar Negeri RI pada Senin, 20 Mei 2024. Akan tetapi, ia menilai resolusi itu saja tidaklah cukup. Masih diperlukan upaya mewujudkan perdamaian berkelanjutan, memastikan kelancaran pengiriman bantuan kemanusiaan dan mendorong keanggotaan penuh Palestina di PBB harus terus dilakukan. Resolusi hak-hak Istimewa bagi Palestina yang diusulkan Uni Emirat Arab (UEA) menyatakan “Negara Palestina memenuhi syarat untuk menjadi anggota PBB sesuai dengan pasal 4 Piagam PBB dan oleh karena itu harus diterima.” Namun, Majelis Umum PBB tidak dapat memberi keanggotaan penuh PBB kepada Palestina. Permohonan keanggotaan memerlukan lampu hijau dari Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara, kemudian dua pertiga suara mayoritas di Majelis Umum PBB. Resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum hanya menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk “mempertimbangkan kembali masalah ini dengan baik.” Pada 2011, Dewan Keamanan sempat mempertimbangkan permintaan Palestina untuk menjadi anggota PBB, tetapi tidak berhasil mencapai suara bulat untuk mengirimkan rekomendasi kepada Majelis Umum. Palestina saat ini menyandang status pengamat non-anggota di PBB, sebuah pengakuan de facto atas status kenegaraan yang diberikan oleh Majelis Umum pada 2012. Sumber: Tempo
-
NewsINH, Gaza – Kisah tragis dari Gaza memperlihatkan gambaran penderitaan yang tidak terhitung jumlahnya di tengah konflik yang berlarut-larut. Keluarga-keluarga di wilayah tersebut terpaksa meraih setiap sumber daya yang ada, bahkan dengan mencari sisa-sisa makanan yang ditinggalkan tikus dan memakan dedaunan, sebagai upaya terakhir untuk bertahan hidup. Saat ini, perang telah menghantam Gaza selama hampir lima bulan, mengakibatkan pasokan bantuan yang menurun secara dramatis. Lebih dari 1,1 juta anak Gaza menghadapi ancaman kelaparan yang nyata, mewakili konsekuensi tragis dari pertempuran yang tak kunjung usai. Pekerja bantuan dari organisasi Save the Children, yang terjun langsung di lapangan, memberikan kesaksian yang menyentuh hati tentang situasi yang dihadapi oleh masyarakat Gaza. Salah satu pekerja tersebut, yang berada di Rafah, menuturkan cerita tentang kerabatnya di Gaza utara yang terpaksa melakukan tindakan ekstrem untuk bertahan hidup. Mereka tidak memiliki pilihan selain memakan makanan burung, hewan, bahkan dedaunan, sebagai respons terhadap situasi kelangkaan makanan yang semakin memburuk. Kisah tragis ini mencerminkan ketidakpastian yang dialami oleh banyak keluarga di sana, yang harus berjuang keras untuk mendapatkan makanan yang layak bagi kelangsungan hidup mereka. Di balik tragedi ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan pernyataan keprihatinan atas kondisi krisis kemanusiaan yang melanda Gaza. Kekhawatiran yang sama juga disuarakan oleh berbagai lembaga kemanusiaan lainnya. Namun, upaya penyelamatan dan bantuan kemanusiaan menghadapi tantangan besar karena kesulitan mengamankan jalur distribusi yang aman di tengah pertempuran yang berkecamuk dan ketidakamanan yang meluas. Blokade yang diperketat oleh pemerintah Israel semakin memperparah situasi, dengan membatasi akses terhadap makanan, listrik, dan bahan bakar yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Gaza. Prioritas utama saat ini adalah memulihkan akses kemanusiaan yang aman dan berkelanjutan bagi semua warga Gaza yang membutuhkan bantuan mendesak. Namun, hal ini menjadi semakin sulit dilakukan karena blokade yang menghalangi jalur distribusi vital. Dalam tengah-tengah krisis ini, Wakil Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Maurizio Martina, menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi bencana kerawanan pangan yang melanda Gaza. Situasi ini menimbulkan risiko tinggi akan kelaparan dan penyakit yang meluas di seluruh wilayah tersebut. Demikian pula, Carl Skau, Wakil Direktur Eksekutif dan Chief Operating Officer Program Pangan Dunia PBB (WFP), memperingatkan akan prospek kelaparan yang semakin buruk, dengan hampir seluruh populasi Gaza membutuhkan bantuan makanan. Situasi ini bukan hanya sebuah krisis lokal, melainkan juga tuntutan kemanusiaan global yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera dari masyarakat internasional. Solidaritas dan bantuan dari seluruh dunia sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat Gaza mengatasi penderitaan yang mereka alami. Mari bersama-sama memberikan suara kepada mereka yang tidak terdengar, dan berikan dukungan kepada mereka yang sedang berjuang untuk bertahan hidup di tengah konflik yang berkecamuk. SUMBER : TEMPO.CO |SAVE THE CHILDREN | ANADOLU
-
NewsINH, Bogor – Lembaga Kemanusiaan International Networking for Humanitarian atau INH memanfaatkan tanggal 10 Muharram yang jatuh pada hari Jumat (28/7/2028) untuk kegiatan berbagi sesama anak yatim dan dhuafa. Kegiatan sosial ini merupakan bagian dari penyaluran program INH yakni “1000 Yatim Dhuafa Berseri” “10 Muharram bagi umat Islam merupakan salah satu hari istimewa, dimana pada hari tersebut banyak peristiwa penting terjadi, kami di Lembaga kemanusiaan juga memanfaatkan momentum ini untuk berbagi sesama anak yatim,” kata Ibnu Hafidz, Manager Program INH saat memberikan sambutan di acara penyaluran program Seribu Yatim Dhuafa Berseri, di kantor INH, Jalan Thata Boulevard II, Cileungsi, Kec. Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ibnu mengatakan, penyaluran program ini merupakan bagian dari rangkain program sosial yang dilakukan oleh INH setiap tahunya. Tidak hanya di kantor INH, penyaluran program tersebut juga dilakukan di beberapa wilayah lainya di Indonesia melalui Sahabat Relawan INH atau (Share INH). “Alhamdulillah untuk hari ini, anak-anak yatim dan dhuafa yang kami undang merupakan anak-anak yang berada disekitar lingkungan kantor INH dan beberapa lembaga atau yayasan anak yatim yang merupakan mitra INH, senyum anak yatim menjadi spirit kami dalam perjuangkan kemanusiaan,” jelasanya. Ibnu juga berterimakasih kepada para donatur yang telah berpartisipasi dan mensukseskan terwujudnya program tersebut. Santunan anak yatim dan Dhuafa ini rencananya akan berlangsung hingga selesainya bulan Muharram atau bulan pertama di kalender hijriah. “Seperti janji Rosulullah Shalallahu Alaihi Wasalam, bahwa barang siapa yang memuliahkan anak yatim maka Allah Subhanahu Wata’ala akan menjajikan surga untuknya,” jelas Ibnu. (Tim Media)
-
NewsINH, Washington – Serentetan peristiwa di Jalur Gaza, Yerusalem Timur, dan sepanjang garis perbatasan antara Israel, Lebanon dan Suriah telah menyebabkan ketegangan di kawasan itu mencapai puncaknya hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (25/4/2023) kemarin. Lavrov menyampaikan pernyataan tersebut pada pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait situasi terkini dikawasan Timur Tengah. “Sejumlah peristiwa di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan sepanjang garis perbatasan antara Israel, Lebanon, dan Suriah telah meningkatkan ketegangan ke titik yang sangat berbahaya,” kata diplomat Rusia tersebut dalam pidatonya. “Sejak awal tahun, akibat penggerebekan militer di Jenin, Jericho, Nablus, Huwara, serta sejumlah bentrokan terkait pelanggaran status tempat-tempat suci, lebih dari seratus warga Palestina tewas dan ribuan lainnya luka-luka. Jumlah korban di kalangan warga Israel juga terus bertambah,” lanjutnya. Menurut Lavrov, situasi tersebut kian diperparah oleh serangan Israel ke Suriah, termasuk pengepungan yang terjadi di sejumlah bandara di Aleppo yang digunakan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan kepada para korban gempa bumi yang terjadi pada Februari lalu. “Jumlah insiden di Garis Biru (zona demarkasi Lebanon-Israel), termasuk serangan rudal terbesar sejak 2006, telah meningkat,” kata Lavrov. Dia juga memperingatkan agar semua pihak tidak menutup mata atas adanya radikalisasi di Palestina dan perpecahan yang semakin dalam di antara pihak-pihak utama di negara tersebut, yang kemudian berpotensi pecah menjadi bentrokan. “Mustahil untuk mengabaikan cepatnya pembangunan permukiman oleh Israel yang dilakukan melalui legalisasi sejumlah pos pantau, perampasan tanah, perusakan rumah, serta penangkapan sewenang-wenang,” kata Lavrov. Sumber: Republika #DonasiPalestina
-
NewsINH, Ramallah – Pasukan Israel pada Senin (23/1/2023) pagi waktu setempat kembali menahan 16 warga Palestina dari berbagai wilayah dikawasan Tepi Barat yang diduduki. Dari 16 warga yang diamankan satu diantaranya masih seorang bocah berusia 13 tahun. Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa, menurut sumber lokal dan keamanan Palestina mengatakan bahwa pasukan Israel menangkap seorang warga Palestina dan menggeledah rumah keluarganya di kamp pengungsi Jalazone, sebelah utara kota Ramallah. “Tentara yang membawa senjata menangkap tiga orang lainnya di dekat kota Rawabi, Tepi Barat tengah, di utara Ramallah,” kata sumber tersebut. Di Tepi Barat bagian selatan, sumber-sumber tersebut membenarkan adanya penggerebekan di kamp pengungsi Dheisheh, di selatan kota Bethlehem, yang mengakibatkan penahanan salah seorang warga lainnya. Sementara, konvoi kendaraan tentara menyerbu kamp pengungsi Aida, utara kota, di mana tentara menahan dua orang lainnya, termasuk seorang anak di bawah umur 13 tahun. Di tempat lain di Tepi Barat selatan, tentara bersenjata lengkap muncul di sebuah rumah di desa Kharsa, selatan kota Hebron, menerobos masuk dan menangkap yang lain. Mereka menahan dua orang lainnya dalam dua penggerebekan terpisah di kota Dura dan kota Idhna, barat daya dan barat Hebron, dan menggeledah rumah mereka, membalikkannya. Di Lembah Yordan, para prajurit secara paksa memasuki rumah keluarga seorang mantan tahanan di kota Jericho dan menangkapnya kembali. Tahanan itu menghabiskan 21 bulan di penjara Israel sebelum dibebaskan pada 2017. Di Tepi Barat utara, pasukan tentara yang cukup besar menerobos masuk ke kota Nablus, di mana tentara menahan yang lain. Para prajurit yang berjaga di pos pemeriksaan dekat kota Ya’bad, sebelah barat Jenin, berhenti dan menangkap kembali seorang mantan tahanan dari kota terdekat Burqin. Mereka juga muncul di sebuah rumah di lingkungan kota Jenin di Marah Sa’ed, berotot di dalam, melakukan penggeledahan menyeluruh, menyerang penghuninya dan akhirnya menahan yang lain. Sang ayah menderita luka dan memar di kepala akibat serangan itu. Saat berada di kota, tentara menghancurkan kendaraan Palestina dan membakar sepeda motor. Di tempat lain di Tepi Barat bagian utara, sumber-sumber tersebut mengkonfirmasi adanya penggerebekan di kamp pengungsi Nur Shamas, sebelah timur Tulkarm, yang menyebabkan penahanan dua orang lainnya. Pasukan Israel sering menggerebek rumah-rumah warga Palestina hampir setiap hari di Tepi Barat dengan dalih mencari warga Palestina yang “dicari”, sehingga memicu bentrokan dengan warga. Penggerebekan ini, yang terjadi juga di daerah-daerah di bawah kendali penuh Otoritas Palestina, dilakukan tanpa perlu surat perintah penggeledahan, kapan pun dan di mana pun militer memilih sesuai dengan kekuatan sewenang-wenangnya. Di bawah hukum militer Israel, komandan tentara memiliki otoritas eksekutif, legislatif, dan yudikatif penuh atas 3 juta warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat. Orang Palestina tidak memiliki suara dalam bagaimana otoritas ini dijalankan. Menurut angka terbaru dari Addameer, Asosiasi Dukungan Tahanan dan Hak Asasi Manusia Palestina, saat ini ada 4.700 tahanan politik Palestina di penjara dan pusat penahanan Israel, termasuk 150 anak-anak dan 34 tahanan wanita. Jumlah ini mencakup sekitar 835 warga Palestina yang ditempatkan di bawah “penahanan administratif”, yang memungkinkan penahanan warga Palestina tanpa dakwaan atau persidangan untuk interval yang dapat diperbarui berkisar antara tiga dan enam bulan berdasarkan bukti yang dirahasiakan bahkan pengacara tahanan pun dilarang untuk melihat. Penangkapan massal warga Palestina bukanlah hal baru. Menurut laporan tahun 2017 oleh Addameer, selama 50 tahun terakhir, lebih dari 800.000 orang Palestina telah dipenjara atau ditahan oleh Israel, angka ini sekarang diyakini mendekati 1 juta. Ini berarti bahwa sekitar 40% pria dan anak laki-laki Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer telah dirampas kebebasannya. Hampir setiap keluarga Palestina menderita pemenjaraan orang yang dicintai. Sumber: Wafa #Donasi Palestina