Rekonstruksi Gaza, Mesir dan AS Sepakat untuk Berkoordinasi

Rekonstruksi Gaza, Mesir dan AS Sepakat untuk Berkoordinasi

NewsINH, Mesir – Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty dan Utusan Timur Tengah Gedung Putih, Steve Witkoff sepakat untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi terkait rencana rekonstruksi Jalur Gaza sebagai dasar untuk upaya membangun kembali wilayah tersebut.

Abdelatty bertemu dengan Witkoff dan Direktur Senior untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Keamanan Nasional AS, Eric Trager, di sela-sela pertemuan antara para menteri luar negeri Arab dan utusan AS di Qatar, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir, Rabu (12/3/2025) kemarin.

Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut sebagai dasar upaya rekonstruksi dan menjaga komunikasi sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memulihkan stabilitas di Timur Tengah, demikian disampaikan dalam pernyataan tersebut.

Selama pertemuan tersebut, Abdelatty menguraikan tahapan dan rincian rencana Arab untuk rekonstruksi Gaza, yang telah disetujui pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Luar Biasa Arab di Kairo pada 4 Maret 2025.

Utusan AS memuji upaya Mesir dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut

KTT Arab dan pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah menyetujui rencana komprehensif Arab untuk membangun kembali Gaza tanpa memindahkan penduduk Palestina. Rencana tersebut diperkirakan akan memakan waktu lima tahun untuk diselesaikan, dengan perkiraan biaya sekitar 53 miliar dolar AS (Rp871,6 triliun).

Proposal Arab tersebut muncul setelah rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih Gaza dan merelokasi warga Palestina untuk mengubah wilayah tersebut menjadi tujuan wisata. Ide tersebut ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, yang mengatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.

Lebih dari 48.500 orang telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dalam serangan brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Serangan tersebut dihentikan di bawah gencatan senjata dan pertukaran tahanan, yang mulai berlaku pada Januari.

Sebelumnya, Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada bulan November untuk kepala otortias Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah tersebut.

 

Sumber: Antara

 

Bencana Kesehatan Anacam Gaza Pasca Israel Putus Aliran Listrik dan Air

Bencana Kesehatan Anacam Gaza Pasca Israel Putus Aliran Listrik dan Air

NewsINH, Gaza – Otoritas kota di Jalur Gaza pada Rabu (12/3/2025) memperingatkan potensi bencana kesehatan dan lingkungan akibat berlanjutnya pemutusan pasokan listrik dan air oleh Israel ke wilayah tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Persatuan Kota Gaza menyatakan bahwa pemutusan listrik oleh Israel telah menyebabkan instalasi utama desalinasi air di wilayah tersebut berhenti beroperasi.

“Kebijakan represif terhadap warga Palestina di Gaza ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan semakin memperburuk penderitaan warga, yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah,” tambah pernyataan tersebut.

Israel menghentikan pasokan listrik ke Gaza pada Minggu (9/3/2025) sebagai bagian dari upaya memperketat blokade terhadap wilayah Palestina tersebut, meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese mengecam langkah Israel itu sebagai “peringatan genosida,” dengan menegaskan bahwa tanpa listrik, tidak akan ada air bersih.

Keputusan itu juga diikuti dengan kebijakan Israel yang menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, memicu peringatan dari kelompok lokal dan organisasi hak asasi manusia mengenai potensi kembalinya kelaparan massal di Jalur Gaza.

Persatuan Kota Gaza pun mengimbau masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan untuk “segera turun tangan guna mengamankan pasokan penting dan menjamin masuknya bahan-bahan esensial, demi menghindari bencana kesehatan dan lingkungan yang lebih parah.”

Pada Selasa, juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza, Mohammad Thabet, mengungkapkan bahwa Israel hanya menyediakan lima megawatt listrik ke Jalur Gaza sejak November lalu sebelum akhirnya memutus pasokan sepenuhnya.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza.

Serangan tersebut sempat terhenti setelah gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada Januari.

Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang dilancarkannya di wilayah tersebut.

 

Sumber: Anadolu/Antara

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!