Penderitaan Warga Gaza, Pangan dan Air Kian Kritis

Penderitaan Warga Gaza, Pangan dan Air Kian Kritis

NewsINH, Gaza – Kondisi kekurangan pangan dan air bersih di Jalur Gaza kian hari kian memburuk. Jika blokade Israel tak dicabut, dua juta warga Gaza bakal kesulitan bertahan hidup.

Philippe Lazzarini, komisaris jenderal badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, telah memperingatkan bahwa situasi di Gaza “memburuk dengan sangat, sangat cepat”, lebih dari seminggu setelah Israel kembali menghentikan semua pasokan yang memasuki Jalur Gaza.

“Apapun tujuannya, ini jelas merupakan bentuk penggunaan bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai alat perang,” kata Lazzarini kepada wartawan di kantor PBB di Jenewa pada hari Senin.

“Sangat penting bahwa bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza lagi untuk mempertahankan kemajuan yang dicapai selama fase pertama gencatan senjata dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,” katanya, seraya menambahkan bahwa masih ada risiko kembalinya “kelaparan yang semakin parah” yang terjadi sebelum gencatan senjata baru-baru ini.

Lazzarini mengepalai UNRWA, yang diberi mandat oleh Majelis Umum PBB untuk memberikan bantuan kepada warga Palestina, di Palestina, dan negara-negara tetangganya, sejak Desember 1949.

Badan tersebut menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan, dan hanya dapat digantikan oleh “institusi Palestina yang mampu” di dalam “negara Palestina”, kata Lazzarini berulang kali, di tengah lembaganya yang dilarang oleh pemerintah Israel.

Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) telah memperingatkan bahwa kekurangan air yang parah di Jalur Gaza telah mencapai tingkat kritis. Saat ini hanya satu dari 10 orang yang saat ini dapat mengakses air minum yang aman.

Menurut kantor berita WAFA, pejabat UNICEF di Gaza, Rosalia Poulin, melaporkan bahwa 600.000 orang mendapatkan kembali akses terhadap air minum pada November 2024, tetapi akses tersebut kembali terputus.

Badan-badan PBB memperkirakan bahwa 1,8 juta orang, lebih dari setengahnya adalah anak-anak, sangat membutuhkan bantuan air, sanitasi dan kesehatan, menekankan bahwa situasinya semakin memburuk setelah keputusan untuk memutus aliran listrik ke Jalur Gaza, yang mengganggu operasi desalinasi air yang penting.

Muhannad Hadi, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, mengatakan bahwa “hukum kemanusiaan internasional sudah jelas” dan Israel harus mengizinkan “masuknya pasokan bantuan tanpa hambatan” ke Gaza.

Hadi mengatakan “pasokan bantuan yang berkelanjutan sangat diperlukan” untuk kelangsungan hidup lebih dari 2 juta warga Palestina yang menderita “kondisi yang tidak terbayangkan” di wilayah yang dilanda perang tersebut.

“Masuknya bantuan untuk menyelamatkan nyawa harus segera dilanjutkan. Penundaan lebih lanjut akan membalikkan kemajuan yang telah kita capai selama gencatan senjata,” kata Hadi dalam sebuah pernyataan.

Aljazirah melaporkan, kini sudah 10 hari tidak ada makanan, bahan bakar atau pasokan medis yang masuk ke Gaza. Pihak berwenang Israel juga mematikan listrik ke pabrik desalinasi di Gaza yang menjadi andalan banyak orang untuk mendapatkan air minum.

Toko roti yang mengandalkan gas untuk memasak ditutup. Dapur komunitas yang mendistribusikan makanan berbuka puasa juga kesulitan untuk mempertahankan layanannya. Rumah sakit berisiko kolaps karena kehabisan bahan bakar.

Sementara itu, kita melihat warga Palestina berjalan-jalan mengumpulkan kayu untuk memasak. Di pasar, banyak produk makanan yang tidak tersedia dan harganya sangat-sangat mahal.

Ribuan warga Palestina mengantri berjam-jam di toko roti di Gaza setiap hari karena kekurangan makanan. Kebanyakan dari mereka hanya mampu mengumpulkan satu potong roti, karena warga mengatakan mereka menghadapi kelaparan setelah Israel menghentikan semua pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina pekan lalu.

Blokade Israel terhadap barang-barang yang memasuki wilayah berpenduduk lebih dari dua juta orang terjadi di tengah upaya untuk menekan Hamas agar menerima perpanjangan tahap pertama perjanjian gencatan senjata. “Ini pada dasarnya adalah kelanjutan perang dengan cara lain,” kata Abdullah Al-Arian, profesor di Universitas Georgetown di Qatar, kepada Aljazirah.

Memperpanjang fase pertama “akan mencapai sebagian besar tujuan Israel, yaitu pengambilan kembali tawanannya dari Gaza, sementara pada saat yang sama tidak harus memenuhi komitmennya, yaitu pengiriman bantuan dan, yang lebih penting, penarikan seluruh pasukannya dari Gaza”, tambahnya.

Sementara itu, Hamas telah “melakukan diskusi dengan tujuan menemukan setidaknya solusi jangka menengah.”

Hamas berulang kali menyerukan segera dimulainya negosiasi tahap kedua gencatan senjata dan menuduh Israel melakukan “pemerasan yang murahan dan tidak dapat diterima” atas keputusannya untuk menghentikan pasokan listrik.

Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) Dr Mohammad Mustafa telah meminta komunitas internasional, khususnya Uni Eropa, untuk memberikan tekanan pada Israel agar membuka perbatasan Gaza, yang telah ditutup selama sembilan hari.

Israel harus membuka kembali perbatasan Gaza dan “mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, pasokan tempat penampungan sementara, dan bahan-bahan rekonstruksi tanpa hambatan”, kata Mustafa dalam pertemuan dengan wakil perdana menteri dan menteri luar negeri Luksemburg, Xavier Bettel.

Israel juga harus mengakhiri “agresinya terhadap rakyat Palestina”, kata Mustafa, termasuk serangan militer Israel ke utara Tepi Barat yang diduduki, di mana pasukannya telah menghancurkan infrastruktur sipil, termasuk rumah-rumah, dan memaksa ribuan penduduk setempat mengungsi.

 

Sumber: Republika

 

Periode Gencatan Senjata di Gaza, 137 Warga Sipil Syahid Akibat Serangan Israel

Periode Gencatan Senjata di Gaza, 137 Warga Sipil Syahid Akibat Serangan Israel

NewsINH, Gaza – Setidaknya 137 warga sip[il Gaza, Palestina syahid atau meninggal dunia sejak kesepakatan gencatan senjata diterapkan di Gaza pada awal tahun 2025. Hal ini di laporan oleh otoritas setempat pada Selasa (11/3/2025) kemarin waktu setempat.

Salama Marouf, kepala kantor media pemerintah Gaza, dalam pernyataannya menuduh Israel sengaja meningkatkan serangan terhadap warga Palestina dalam sepuluh hari terakhir, melanggar kesepakatan gencatan senjata yang ada.

“Serangan terbaru ini adalah serangan udara Israel yang menargetkan sekelompok warga sipil di Gaza tengah, yang mengakibatkan lima orang tewas, termasuk dua saudara laki-laki. Dengan ini, jumlah total syuhada sejak gencatan senjata dimulai mencapai 137 orang,” kata Marouf.

Menurut saksi mata, sebuah drone Israel menyerang sekelompok warga Palestina yang sedang berkumpul di dekat rumah yang hancur di daerah Netzarim, dekat perbatasan tenggara Kota Gaza, yang mengakibatkan lima orang tewas.

Sementara itu, Euro-Mediterranean Human Rights Monitor mencatat jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak gencatan senjata mencapai 145 orang.

Kelompok yang berbasis di Jenewa itu mengungkapkan bahwa Israel telah membunuh rata-rata tujuh warga Palestina setiap dua hari, dengan 605 orang lainnya terluka.

Sejak kesepakatan itu mulai berlaku, “Israel telah menggunakan blokade dan kelaparan sebagai taktik pembunuhan perlahan dalam genosida terhadap warga Gaza,” ungkap kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.

Tim lapangan pemantau mendokumentasikan serangan-serangan Israel yang terus berlangsung, termasuk tembakan sniper, serangan drone, dan serangan quadcopter terhadap warga sipil Palestina, terutama mereka yang berusaha memeriksa rumah mereka di sekitar zona penyangga yang diberlakukan Israel di sepanjang perbatasan utara dan timur Gaza.

Kelompok hak asasi manusia itu juga mencatat bahwa Rafah, di Gaza selatan, menjadi salah satu daerah yang paling sering diserang sejak gencatan senjata diberlakukan.

Mereka mengecam serangan sistematis Israel, dengan mengatakan bahwa serangan ini terus berlangsung “tanpa pembenaran militer meskipun telah ada penghentian permusuhan,” sesuai dengan ketentuan dalam kesepakatan gencatan senjata.

Kebijakan Genosida

Kelompok pemantau tersebut menuduh Israel memperburuk “kebijakan genosida” dengan menciptakan kondisi kehidupan yang semakin mematikan bagi warga Palestina, yang menyebabkan kematian secara perlahan melalui blokade total yang menghalangi masuknya pasokan penting dan bantuan kemanusiaan.

Mereka memperingatkan bahwa pengepungan yang terus berlangsung dapat memicu bencana kemanusiaan yang lebih besar, dengan mencatat bahwa “pasar kekurangan barang dan banyak pusat bantuan serta dapur amal telah tutup sejak penutupan perbatasan pada 2 Maret.”

Langkah-langkah tersebut akan semakin memperburuk penderitaan warga sipil dan membawa Palestina ke ambang kelaparan, ujar kelompok tersebut.

Mereka juga memperingatkan bahwa kekurangan gizi yang memadai, khususnya bagi anak-anak, dapat menyebabkan malnutrisi parah, kerusakan kesehatan yang permanen, serta gangguan fisik dan kognitif yang tak dapat dipulihkan.

Pemantau ini menuduh Israel tidak hanya menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat tawar-menawar untuk keuntungan politik dan militer, tetapi juga dengan sengaja menerapkan kebijakan kelaparan sistematis yang bertujuan menciptakan kondisi kehidupan yang mematikan, yang membuat Gaza tidak lagi layak dihuni.

Kelompok hak asasi manusia ini mendesak negara-negara terkait untuk mengambil langkah hukum dan diplomatik yang cepat untuk menghentikan genosida di Gaza, dengan menyerukan tindakan tegas untuk memaksa Israel mencabut blokade sepenuhnya dan mencegah taktik pembunuhan perlahan serta pengungsian paksa yang lebih banyak.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 orang—terutama perempuan dan anak-anak—telah tewas dalam serangan brutal Israel di Gaza. Serangan ini sempat dihentikan sementara melalui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diberlakukan pada Januari.

Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang yang mereka lancarkan di wilayah tersebut.

 

Sumber: Gazamedia

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!