Innalillahi…!!! Perang di Jalur Gaza Telah Membunuh 105 Jurnalis

Innalillahi…!!! Perang di Jalur Gaza Telah Membunuh 105 Jurnalis

NewsINH, Gaza – Serangan militer Israel di Jalur Gaza  mengakibatkan kerugian besar yang ditanggung oleh Palestina. Tak hanya membunuh warga sipil dan menghancurkan bangunan serta fasilitas umum. Rudal-rudal Israel juga telah menjadi mesin pembunuh pekerja media atau jurnalis.

Baru-baru ini seperti dikutip dari republika, Jumat (29/12/2023). Dua jurnalis Palestina kembali gugur dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada Rabu (28/12/2023) kemarin. Total jurnalis yang gugur hingga saat ini menjadi 105 orang sejak 7 Oktober.

Otoritas telah mengidentifikasi mereka sebagai Mohammad Khaireddin dan Ahmed Khaireddin. Otoritas tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang lokasi mereka terbunuh.

Menurut data Palestina, sedikitnya 105 jurnalis terbunuh sejak Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas 7 Oktober.

Serangan intens Israel di Gaza menyebabkan kehancuran, dengan 60 persen infrastruktur di daerah kantong itu rusak atau pun hancur. Hampir dua juta orang mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih serta obat-obatan, dilansir dari Anadolu, Jumat (29/12/2023).

Padahal keberadaan jurnalis di Jalur Gaza sangat membantu masyarakat dunia yang ingin mengetahui kondisi terkini apa yang terjadi disana. Sejumlah jurnalis lokal gaza yang masih bertahan terus mengabarkan dan menjadi sumber rujukan informasi baik yang ada di platform sosial media maupun media-media mainstream lainya.

Pertempuran hampir tiga bulan berlangsung di jalur Gaza sebanyak 21.110 warga Palestina tewas dan 55.243 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Sementara itu, hampir 1.200 orang Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.

Layanan fasilatas publik terputus pasokan logistik, makanan sangat terbatas. Bantuan kemanusiaan dari masyarakat dunia terus mengalir ke perbatasan gerbang Raffa yang merupakan satu-satunya jalur distribusi bantuan kemanusiaan namun sangat disayangkan otoritas Israel sangat membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk kewilayah tersebut.

 

Sumber: Republika/Anadolu

Lagi, 20 Warga Palestina Meninggal dalam Serangan Israel di Gaza

Lagi, 20 Warga Palestina Meninggal dalam Serangan Israel di Gaza

NewsINH, Gaza – Setidaknya 20 warga Palestina meninggal dunia, termasuk wanita dan anak-anak, ketika serangan Israel menghantam sebuah bangunan perumahan dekat Rumah Sakit Khusus Kuwait di Rafah ketika Jalur Gaza yang terkepung akibat rentetan serangan sepanjang hari yang menewaskan puluhan orang.

“Serangan udara telah meratakan bangunan tempat tinggal yang penuh dengan pengungsi,” kata Tareq Abu Azzoum koresponden Al Jazeera melaporkan setelah serangan Israel pada hari Kamis di dekat rumah sakit Kuwait.

Menurutnya, sampai saat ini, operasi penyelamatan yang dilakukan oleh ambulans dan tim pertahanan sipil terus mengevakuasi orang-orang dari bawah reruntuhan.

Pihak berwenang Palestina mengatakan pada hari Kamis (28/12/2023) kemarin bahwa setidaknya 50 orang telah tewas ketika Israel membombardir setiap sudut Gaza, di mana lebih dari 21.320 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 90 persen penduduknya mengungsi.

Israel telah meningkatkan serangan di seluruh penjuru Gaza, menargetkan Beit Lahiya, Khan Younis, Rafah dan Maghazi pada hari Kamis meskipun ada kemarahan global dan seruan untuk gencatan senjata di tengah meningkatnya jumlah korban tewas.

Warga Palestina di daerah kantong yang terkepung mengatakan mereka tidak punya tempat yang aman untuk melarikan diri. Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan pada hari Kamis bahwa lebih dari 200 orang telah terbunuh dalam 24 jam dan seluruh keluarga musnah.

Lebih dari 55.000 warga Palestina terluka sejak Israel melancarkan serangan militer setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan hampir 1.200 orang  serangan paling mematikan di negara tersebut sejak didirikan pada tahun 1948.

Serangan Israel terhadap Gaza telah menjadi salah satu yang paling merusak dalam sejarah modern, menimbulkan banyak korban kemanusiaan dan menuai tuduhan kampanye hukuman kolektif terhadap warga sipil Palestina.

Seorang pejabat Israel pada hari Kamis menyalahkan tingginya angka kematian dalam serangan Malam Natal di kamp pengungsi Maghazi karena penggunaan amunisi yang tidak tepat. Lebih dari 70 orang tewas dalam serangan itu, yang menyebabkan kemarahan global.

Hampir tiga bulan setelah pertempuran, pejuang Hamas terus melakukan perlawanan keras terhadap pasukan Israel, termasuk di Gaza utara, di mana serangan Israel yang terus menerus membuat wilayah tersebut tidak dapat dikenali.

Pengepungan Israel juga sangat membatasi akses terhadap makanan, bahan bakar, air dan listrik, dan para pejabat PBB mengatakan sekitar 25 persen orang di Gaza kelaparan.

“Ini sudah cukup sulit, mendapatkan makanan sehari-hari, menemukan air minum, dengan jumlah orang sebanyak ini yang berkumpul di satu kota,” kata warga Gaza, Mohammed Thabet, kepada Abu Azzoum setelah serangan di Rafah.

“Karena letaknya dekat dengan perbatasan Mesir di ujung selatan Jalur Gaza, orang-orang merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukan, seolah-olah mereka hanya perlu menunggu dan berharap yang terbaik.”

Ketika ditanya apakah ia merasa aman di Gaza selatan, Thabet berkata, “Setelah semua yang kami lihat, tidak sama sekali. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.” katanya.

Amerika Serikat memainkan peran yang sangat diperlukan dalam perang Israel, dengan menyediakan paket senjata dan dukungan diplomatik yang kuat ketika Israel semakin mendapat tekanan untuk mengakhiri pertempuran.

Israel telah berjanji untuk terus melanjutkan, memperluas serangannya dan menekan lebih jauh ke selatan ke daerah-daerah di mana ratusan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan.

 

Sumber: Al Jazeera

Innalillahi, Penduduk Maghazi di Gaza Menemukan Banyak “Potongan” Tubuh Manusia

Innalillahi, Penduduk Maghazi di Gaza Menemukan Banyak “Potongan” Tubuh Manusia

NewsINH, Gaza – Sudah empat hari sejak kamp pengungsi terkecil di Gaza dihantam serangkaian serangan udara Israel, namun warga Palestina di sana masih menggali jenazah orang-orang yang mereka cintai dari bawah reruntuhan.

Serangan gencar di Maghazi, Gaza tengah, pada Minggu malam menewaskan sedikitnya 90 orang, termasuk anak-anak dan banyak yang menjadi pengungsi internal.

Dalam salah satu serangan paling mematikan di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan perang di daerah kantong tersebut pada tanggal 7 Oktober, penduduk termasuk Ashraf al-Haj Ahmed mengatakan serangan itu terjadi “tiba-tiba” dan tanpa peringatan sebelumnya.

“Sekitar pukul 23.30 malam itu, kami menyaksikan serangkaian ledakan besar yang mengguncang seluruh kamp,” kata al-Haj Ahmed seperti dikutip dari Aljazeera, Kamis (28/12/2023).

Rumah kerabatnya termasuk di antara yang rata dengan tanah. Al-Haj Ahmed ingat berlari ke arahnya segera setelah pemboman itu membangunkannya, hanya beberapa blok dari sana. Di lokasi penyerangan, ia menemukan sebuah bangunan berlantai empat hancur “di samping mereka yang tinggal di dalamnya”.

“Pasti ada sekitar 40 orang, di antaranya pemilik rumah, serta keluarga pengungsi yang ditampung,” ujarnya.

Setidaknya tiga rumah di kamp yang penuh sesak itu terkena serangan udara Israel. Para pejabat di Gaza mengatakan tujuh keluarga termasuk di antara korban jiwa. Meskipun jumlah resmi korban tewas mencapai 90 orang, penduduk kamp dekat Deir el-Balah mengatakan pada kenyataannya, angka tersebut jauh lebih tinggi karena seluruh blok pemukiman musnah.

“Di setiap rumah, minimal ada 50 orang,” kata warga Maghazi lainnya kepada Al Jazeera. “Banyak dari mereka adalah warga Palestina yang terlantar dari wilayah lain di Gaza yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.”

Kamp tersebut biasanya menampung 30.000 orang, menurut badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA). Namun dengan adanya pengungsian warga Palestina yang melarikan diri dari pemboman Israel yang tiada henti di wilayah lain di wilayah tersebut, jumlah orang di sana diperkirakan meningkat menjadi 100.000 orang.

“Kami mengeluarkan begitu banyak bagian tubuh sehingga kami bahkan belum bisa memperkirakan jumlah total kematian. Semuanya hancur berkeping-keping, dan kami menariknya keluar dengan tangan kosong,” tambahnya. “Kami sekarang telah mengumpulkan setidaknya dua tumpukan bagian tubuh.” pungkasnya.

 

Sumber : Aljazeera

Imbas Perang, WHO Sebut Populasi Penduduk di Gaza Terancam

Imbas Perang, WHO Sebut Populasi Penduduk di Gaza Terancam

NewsINH, Gaza – Upaya militer zionis Israel menguasai Palestina termasuk Jalur Gaza bukan main-main, dari mulai kejahatan perang hingga dugaan genosida terhadap etnis Arab Palestina di bumi para nabi tersebut semakin brutal dan merajalela.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan penduduk Gaza dalam bahaya besar. Kelaparan akut hingga keputusasaan melanda wilayah Palestina tersebut.

Dilansir AFP, Kamis (28/12/2023), WHO mengatakan pihaknya mengirimkan pasokan ke dua rumah sakit pada hari Selasa satu di utara dan satu di selatan – dengan 21 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza tidak lagi berfungsi sama sekali.

Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah mendesak untuk meringankan bahaya besar yang dihadapi penduduk Gaza dan membahayakan kemampuan pekerja kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang mengalami luka parah, kelaparan akut, dan berisiko parah terkena penyakit.

“Kebutuhan akan makanan terus meningkat di seluruh Jalur Gaza, sementara orang-orang yang kelaparan kembali menghentikan konvoi kami hari ini dengan harapan dapat menemukan makanan,” tulis keterangan WHO seperti dilansir dari detik.

“Kemampuan WHO untuk memasok obat-obatan, perlengkapan medis, dan bahan bakar ke rumah sakit semakin dibatasi oleh kelaparan dan keputusasaan orang-orang dalam perjalanan menuju, dan di dalam, rumah sakit yang kita jangkau,” lanjut pernyataan tersebut.

Selain itu, Tedros menyampaikan pihaknya berharap lebih banyak makanan tiba di seluruh Gaza. Menurutnya, kelangsunga operasi WHO sangat bergantung pada itu.

“Keamanan staf kami dan kelangsungan operasi bergantung pada lebih banyak makanan yang tiba di seluruh Gaza dalam waktu dekat,” kata Tedros.

Hampir tiga bulan jalur Gaza dikepung pasukan zionis Israel, sebanyak 21 ribu warga sipil Gaza kehilangan nyawa lebih dari setengahnya merupakan anak-anak dan wanita. Layanan fasilatas publik terputus pasokan logistik, makanan sangat terbatas. Bantuan kemanusiaan dari masyrakat dunia terus mengalir ke perbatasan gerbang Raffa yang merupakan satu-satunya jalur distribusi bantuan kemanusiaan namun sangat disayangkan otoritas Israel sangat memtasai bantuan kemanusiaan yang masuk kewilayah tersebut.

 

Sumber: Detik/AFP

 

Miris, 250 Warga Gaza Meninggal Berjamaah dalam Serangan 24 Jam Terakhir

Miris, 250 Warga Gaza Meninggal Berjamaah dalam Serangan 24 Jam Terakhir

NewsINH, Gaza – Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengungkapkan setidaknya 250 warga Palestina meninggal dunia dan 500 lainnya terluka akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra mengatakan tim medis tidak dapat merawat semua korban luka yang tiba di rumah sakit. Mereka menghadapi jenis cedera yang belum pernah mereka lihat dalam perang sebelumnya.

Dia menambahkan, tingkat penggunaan tempat tidur di rumah sakit operasional di Jalur Gaza selatan mencapai 350%.

Al-Qudra juga mencatat bahwa bantuan kemanusiaan dan medis yang tiba di Gaza tidak memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Hingga kini serangan Israel sudah menewaskan hampir 21 ribu orang Palestina. Ribuan orang lainnya diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Hampir seluruh 2,3 juta populasi Gaza terpaksa mengungsi.

Pihak berwenang Gaza mengubur 80 warga Palestina yang tak teridentifikasi. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jenazah-jenazah itu diserahkan Israel melalui perbatasan Kerem Shalom.

Menurut kementerian agama Palestina, Wakaf Islam, jenazah-jenazah itu dikumpulkan dari sebelah utara Jalur Gaza. Mereka dikuburkan dalam kuburan panjang di pemakaman Rafah di selatan.

“Jenazah-jenazah itu difoto untuk diidentifikasi nanti,” kata perwakilan Wakaf Islam selama pemakaman.

Israel mengatakan mereka melakukan yang bisa mereka lakukan untuk melindungi warga sipil dan menyalahkan Hamas. Namun Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu terdekat Israel, mendesak pemerintah Netanyahu untuk berusaha mengurangi korban jiwa dari warga sipil.

Sementara itu, perang mulai menyebar ke seluruh Timur Tengah. Houthi dari Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan ke kapal komersial di Laut Merah dan mencoba menyerang Israel dengan drone.

Houthi yang didukung Iran mengatakan mereka menyerang kapal-kapal yang memiliki koneksi dengan Israel. Laut Merah salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia. Houthi mengatakan serangan-serangan itu untuk merespon serangan Israel ke Gaza.

Serangan udara Israel juga menewaskan seorang petinggi Garda Revolusi Iran di Suriah. Israel juga mengumumkan di perbatasan Lebanon, kelompok milisi bersenjata Hizbullah melepaskan tembakan rudal dari tank ke sebuah gereja, melukai sembilan tentara dan seorang warga sipil Israel.

 

Sumber: Anadolu

Hentikan Perang di Gaza, Yaman Pasang Badan untuk Palestina

Hentikan Perang di Gaza, Yaman Pasang Badan untuk Palestina

NewsINH, Yaman – Negara di selatan jazirah arab menjadi satu-satunya negara arab yang secara terang terangan menentang agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina. Tak tanggung-tanggung Yaman mesti bukan negara kuat secara militer maupun perekonomian mereka justru secara tegas dan berani menentang Israel dan sekutunya untuk menghetikan penjajahan dibumi para nabi.

Dunia pun dibuat tercengang. Pasalnya, negara yang dijuliki sebagai negeri seribu wali ini justru membuat gentar dan cuit Israel. Yaman yang saat ini dikuasi oleh kelompok bersenjata Houthi berani dengan tegas melakukan serangan pesawat tak berawak di pelabuhan Eilat, Israel dan mereka dengan tegas pasang badan untuk kemerdekaan Palestina.

Kelompok bersenjata Houthi Yaman mengatakan bahwa mereka melakukan serangan pesawat tak berawak yang menargetkan kota pelabuhan Israel, Eilat, serta kapal komersial di Laut Merah, ketika kelompok yang didukung Iran meningkatkan serangan yang menurut mereka merupakan cara untuk menekan Israel agar melakukan hal yang sama yakni mengakhiri peperangan di Gaza.

Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan kelompok itu melakukan serangan pesawat tak berawak di Eilat dan “daerah lain di Palestina yang diduduki” pihaknya juga meluncurkan rudal ke kapal MSC United di Laut Merah setelah kapal tersebut menolak tiga seruan peringatan.

MSC Mediterranean mengkonfirmasi bahwa MSC United VIII, yang sedang dalam perjalanan dari pelabuhan King Abdullah di Arab Saudi ke Karachi, Pakistan, diserang pada hari Selasa tetapi awaknya selamat. Perusahaan pelayaran tersebut mengatakan sedang melakukan penilaian dan melaporkan kejadian tersebut kepada koalisi angkatan laut pimpinan AS di Laut Merah.

Pernyataan itu muncul beberapa jam setelah kelompok maritim Inggris mengatakan mereka menerima laporan tentang insiden yang melibatkan kapal di lepas pantai Yaman, mengatakan bahwa drone terlihat dan terdengar ledakan.

Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) pada hari Selasa mengatakan insiden itu terjadi sekitar 60 mil laut (111 km) di luar pelabuhan Hodeidah Yaman.

“Sebuah kapal pelayaran komersial diserang oleh dua drone bunuh diri,” koresponden Al Jazeera Resul Serdar melaporkan dari Djibouti, yang terletak di Afrika timur di seberang laut dari Yaman.

“Di dalamnya UKMTO mengatakan drone tidak menyebabkan kerusakan apa pun di kapal. Kapal tersebut sekarang aman, melanjutkan pelayarannya, dan mereka terus berkomunikasi dengan koalisi angkatan laut yang dibentuk oleh Amerika Serikat.”

Insiden ini terjadi di tengah ketegangan tinggi di Laut Merah, tempat kelompok Houthi menargetkan kapal-kapal komersial sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina selama berminggu-minggu.

Laporan UKMTO tersebut menyusul dua ledakan lain yang menimpa sebuah kapal di lepas pantai Hodeidah pada Selasa pagi.

AS mengatakan Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, telah melancarkan lebih dari 100 serangan drone dan rudal, menargetkan 10 kapal komersial yang memiliki hubungan dengan puluhan negara.

Kelompok ini juga telah meluncurkan rudal dan drone ke Israel, yang telah melancarkan serangan dahsyat di daerah kantong Gaza yang terkepung di mana mereka memerangi kelompok bersenjata Palestina Hamas menyusul serangan mematikan di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober.

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina dan memicu kekhawatiran tentang kemungkinan eskalasi regional yang lebih luas. Serangan Houthi di Laut Merah telah menyebabkan gangguan signifikan di sepanjang jalur pelayaran penting, menyebabkan beberapa perusahaan mengubah rute kapal mereka dengan biaya yang cukup besar.

 

Sumber: Aljazeera

Hamas Memuji Umat Kristen Palestina yang Menyederhanakan Perayaan Natal di Tengah Konflik Gaza

Hamas Memuji Umat Kristen Palestina yang Menyederhanakan Perayaan Natal di Tengah Konflik Gaza

 

NewsINH, Gaza – Hamas memberikan pujian pada hari Minggu terhadap keputusan umat Kristen di Palestina yang membatasi perayaan Natal mereka di tengah serangan Israel di Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan, “Hari raya umat Kristen kami tahun ini berlangsung di tengah agresi fasis yang terus dilakukan oleh pasukan penjajah terhadap seluruh komponen rakyat Palestina, yang menargetkan semua masjid dan gereja.”

“Penghargaan kami untuk posisi umat Kristiani Palestina, yang kami hormati, yang membatasi perayaan mereka tahun ini… bersatu dengan rakyat kami di Jalur Gaza, yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis,” tambah pernyataan tersebut.

Hamas menegaskan bahwa keputusan ini “sekali lagi menegaskan bahwa masyarakat kami, baik Muslim maupun Kristen, bersatu dalam pertahanan, menjaga identitas mereka, dan melindungi kesucian Islam dan Kristen mereka.”

Sebelumnya, umat Kristen di Palestina telah mengumumkan pembatalan seluruh perayaan Natal, termasuk keputusan untuk tidak menyalakan pohon Natal untuk pertama kalinya sejak Nakba pada tahun 1948.

Gaza In The Heart

Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan lintas batas yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober. Akibatnya, setidaknya 20.424 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan 54.036 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan di Gaza.

Serangan intensif Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan setengah dari perumahan di wilayah pesisir Palestina rusak atau hancur. Hampir dua juta orang mengungsi di daerah padat penduduk tersebut, menghadapi krisis pangan dan air bersih.

Hal yang luar biasa adalah, umat Kristen Palestina menunjukkan solidaritas yang kuat dengan seluruh masyarakat Gaza dengan menyederhanakan perayaan mereka. Keputusan ini menciptakan gambaran tentang persatuan antaragama dalam menghadapi tantangan yang sulit ini, memberikan contoh bahwa dalam kesulitan, solidaritas antarumat beragama adalah kunci kelangsungan bersama.

Sumber: Anadolu Agency

Peduli Kemanusiaan, Sahabat Relawan INH Gelar Donor Darah

Peduli Kemanusiaan, Sahabat Relawan INH Gelar Donor Darah

NewsINH, Bogor – Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk keperluan transfusi darah. Hal ini diungkapkan oleh Suprianto Koordinator Sahabat Relawan INH (Share-INH) dalam kegiatan aksi kemanusian berupa donor darah di kantor INH for Humanitarian, Cileungsi, Bogor, Sabtu (23/12/2023).

Menurutnya, donor darah adalah salah satu aktivitas yang banyak memberikan manfaat tidak hanya pada diri sendiri, namun juga kepada seluruh orang yang membutuhkan. Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.

“Biasanya hal ini sering dilakukan di kalangan remaja sampai kalangan dewasa, perlunya keinginan pendonor dimulai dari usia remaja akhir agar terwujud suatu kebiasaan, dan jiwa sosial karena darah diperoleh dari sumbangan darah para donor darah sukarela maupun donor darah pengganti,” jelasnya.

Donor darah sukarela merupakan seseorang yang menyumbangkan darahnya secara sukarela untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan tanpa mengetahui untuk siapa.

Darah yang didonorkan akan sangat bermanfaat bagi orang yang mengalami kondisi seperti kecelakaan, transplantasi organ, kanker, anemia, thalasemia, hingga kanker darah. Donor darah secara rutin terbukti memberikan manfaat dan menyehatkan tubuh pendonor.

Akan tetapi, kata Supri masih banyak masyarakat yang belum bersedia untuk menjadi pendonor. Mereka belum termotivasi karena belum mengetahui manfaat donor bagi kesehatan. Bila kebutuhan darah telah tercukupi, tidak akan terjadi pasien yang mengalami penundaan operasinya atau meminimalisasi adanya kegagalan operasi sehingga jiwa pasien menjadi tertolong dan meningkatkan nilai-nilai kesetiakawanan dan kepedulian sosial di masyarakat serta memberikan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan, moral, dan etika berkehidupan sosial yang saling bantu dan menolong sesama.

“Tidak semua individu dapat menjadi pendonor karena harus memenuhi syarat-syarat maupun kriteria seperti calon donor harus berusia 17-60 tahun, berat badan minimal 45 kg, tekanan darah 100-180 (sistole) dan 60-80 (diastole), menandatangani formulir pendaftaran, dan lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan pemeriksaan oleh dokter,” jelasnya.

Dalam kegiatan aksi donor darah yang diberi tema “Jadilah Pahlawan Kebaikan Selamatkan yang Membutuhkan” cukup banyak pendonor yang mendaftar. Akan tetapi, banyak juga yang tidak memenuhi kreteria hingga akhirnya terpaksa petugas medis tidak memberanikan diri untuk mengambil daranya.

“Alhamdulillah, peminatnya cukup lumayan banyak tetapi juga banyak masyarakat dan peserta donor yang akhirnya tidak bisa mendonorkan daranya dengan berbagai alasan dan pertimbangan,” imbunya.

Supri juga mengucapkan terimakasih kepada semua lembaga yang telah terlibat dalam suksesnya acara tersebut diantaranya Palang Merah Indonesia cabang Kota Bogor, PAMI Jakarta Raya, Jaber Zillenial dan tentunya juga kepada pihak lembaga kemanusiaan Internasional Networking for Humanitarian (INH) yang telah banyak memberikan kontribusi atas terselenggaranya kegiatan kemanusiaan tersebut. (***)

 

68 Wartawan Terbunuh di Gaza, Invasi Israel Catat Rekor Pembunuh Jurnalis

68 Wartawan Terbunuh di Gaza, Invasi Israel Catat Rekor Pembunuh Jurnalis

NewsINH, Gaza – Perang Israel di Gaza adalah yang paling mematikan dalam sejarah modern bagi insan pers atau jurnalis, hal ini diungkapkan oleh Komite Perlindungan Jurbalis (CPJ), dalam siaran persnya seperti dikututip dari aljazeera, Jumat (22/12/2023).

“Jumlah korban meninggal akibat perang di sangat besar, wartawan yang terbunuh di Gaza ‘tak tertandingi’ dalam sejarah kehidupan manusia, ini sangat tinggi dalam sejarah modern,” kata Presiden CPJ Jodie Ginsberg yang juga sebagai pengawas kebebasan pers.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) membeberkan bahwa 68 pekerja media telah terbunuh dalam 10 minggu pertempuran 61 di antaranya adalah warga Palestina, empat orang Israel dan tiga jurnalis asing yakni dari Lebanon.

Di antara mereka adalah juru kamera Al Jazeera Samer Abudaqa, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel pekan lalu saat melaporkan dari sebuah sekolah di Khan Younis.

“Lebih banyak jurnalis yang terbunuh dalam 10 minggu pertama perang Israel-Gaza dibandingkan jumlah jurnalis yang terbunuh di satu negara dalam satu tahun penuh,” kata CPJ dalam sebuah pernyataan.

Lebih dari separuh kematian 37  orang terjadi pada bulan pertama perang, menjadikannya bulan paling mematikan yang pernah didokumentasikan oleh CPJ sejak CPJ mulai mencatat kematian jurnalis pada tahun 1992. Pernyataan itu muncul ketika para wartawan Palestina di Gaza terus bekerja dalam kondisi yang brutal, menghadapi pemboman terus-menerus, pengungsian, dan kemungkinan menjadi sasaran pasukan Israel.

Laporan tersebut menarik perhatian CPJ sebagai pola nyata bahwa pihak Israel menarget para jurnalis dan keluarga mereka sebagai daftar yang diburu oleh militer Israel, tercatat setidaknya satu kejadian di mana seorang jurnalis terbunuh saat mengenakan lambang dan atribut pers yang ditandai dengan jelas tanpa adanya pertempuran daerah sekitarnya.

“Konsentrasi jurnalis yang terbunuh dalam perang Israel-Gaza tidak ada bandingannya dalam sejarah CPJ dan menggarisbawahi betapa buruknya situasi ini bagi pers di lapangan,” kata Ginsberg.

Sejumlah wartawan lokal Palestina terus meliput peristiwa demi peristiwa dari Gaza dalam ketakutan akan nyawa mereka. Konsentrasi jurnalis yang terbunuh di Gaza melebihi konsentrasi di zona konflik lainnya, seperti Ukraina, Irak, Suriah dan Afghanistan.

CPJ mengatakan Irak adalah satu-satunya negara yang mendekati angka kematian saat ini di Gaza ketika pada tahun 2006, 56 jurnalis terbunuh setelah invasi Amerika Serikat ke negara Teluk tersebut tiga tahun sebelumnya.

Jurnalis Al Jazeera lainnya, Wael Dahdouh, kehilangan istri, putra, putri dan cucunya dalam pemboman Israel bulan lalu dan terluka dalam serangan yang menewaskan Abudaqa. Al Jazeera mengatakan pihaknya akan merujuk pembunuhan Abudaqa ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), dan menyatakan bahwa serangan tersebut terjadi dalam konteks serangan berulang terhadap kru Jaringan yang bekerja dan beroperasi di wilayah pendudukan Palestina dan contoh-contoh penghasutan terhadap mereka.

 

Sumber: Aljazeera

Minimnya Bantuan Kemanusiaan, Gaza Menghadapi Bencana Kerawanan Pangan Akut

Minimnya Bantuan Kemanusiaan, Gaza Menghadapi Bencana Kerawanan Pangan Akut

NewsINH, Gaza – Akibat agresi dan penjajahan Israel di bumi Gaza, Palestina. Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi tingkat krisis kelaparan dan risiko kelaparan meningkat setiap hari. Hal ini diliris dalam laporan PBB.

“Seluruh penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan, risiko kelaparan. Proporsi rumah tangga yang terkena dampak kerawanan pangan akut adalah yang terbesar yang pernah tercatat secara global,” kata laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) seperti dikutip dari Aljazeera, Jumat (22/12/2023).

Tingkat kelaparan di Gaza bahkan telah melampaui kelaparan yang hampir terjadi di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir, menurut angka-angka dalam laporan tersebut.

“Semua orang di Gaza kelaparan, keadaannya tidak menjadi lebih baik, saya belum pernah melihat sesuatu sebesar yang terjadi di Gaza dan secepat ini betapa cepatnya hal itu terjadi hanya dalam waktu dua bulan.”” kata kepala ekonom Program Pangan Dunia, Arif Husain.

Laporan yang dibuat oleh 23 lembaga PBB dan non-pemerintah menemukan bahwa seluruh penduduk di Gaza berada dalam krisis pangan dengan 576.600 orang berada pada tingkat bencana atau kelaparan.

“Ini adalah situasi dimana hampir semua orang di Gaza kelaparan, orang-orang sangat, sangat dekat dengan wabah penyakit dalam jumlah besar karena sistem kekebalan tubuh mereka menjadi sangat lemah karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan,” kata Husain..

Laporan tersebut mengatakan setiap orang di Gaza diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi dalam enam minggu ke depan.

Ke-23 lembaga tersebut memperkirakan bahwa dalam skenario yang paling mungkin, seluruh penduduk Jalur Gaza akan berada pada tingkat kelaparan “krisis atau lebih buruk” pada tanggal 7 Februari setelah empat bulan perang. Berdasarkan lima fase klasifikasi kerawanan pangan IPC, krisis berada pada fase ketiga, keadaan darurat berada pada fase keempat, dan bencana alam atau kelaparan berada pada fase kelima.

“Ini merupakan jumlah tertinggi orang yang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi yang pernah diklasifikasikan oleh inisiatif IPC untuk wilayah atau negara tertentu,” kata laporan tersebut.

Organisasi kemanusiaan internasional CARE menyoroti bahwa bencana kemalaparan saat ini sudah masuk batas “mengkhawatirkan” dimana risiko kelaparan sangat nyata. Situasi kemanusiaan di Gaza telah memburuk dengan cepat sejak Israel memulai operasi militer besar-besaran pada tanggal 7 Oktober dengan serangan udara besar-besaran dan serangan darat yang menghancurkan wilayah-wilayah kantong yang luas.

“Ada risiko kelaparan, dan hal ini semakin meningkat setiap harinya karena situasi permusuhan yang intens dan terbatasnya akses kemanusiaan saat ini terus berlanjut atau memburuk,” kata IPC untuk Gaza.

IPC menetapkan standar global untuk menentukan tingkat keparahan krisis pangan dengan menggunakan serangkaian kriteria teknis yang kompleks. Laporan tersebut memperingatkan bahwa risiko kelaparan “meningkat setiap hari”, dan menyalahkan kelaparan tersebut karena kurangnya bantuan yang masuk ke Gaza.

Truk-truk yang membawa bantuan dari Mesir telah mengirimkan sejumlah makanan, air dan obat-obatan, namun PBB mengatakan jumlah makanan tersebut hanya 10 persen dari apa yang dibutuhkan penduduk wilayah tersebut, yang sebagian besar adalah pengungsi.

Distribusi bantuan di Gaza terhambat oleh operasi militer, inspeksi bantuan yang diminta oleh Israel, pemadaman komunikasi dan kekurangan bahan bakar. Beberapa warga Palestina yang putus asa di Gaza telah melompat ke truk bantuan untuk mencoba mendapatkan pasokan makanan dan barang-barang lainnya yang langka. Ada laporan warga yang memakan daging keledai dan pasien kurus yang meminta makanan.

Sementara itu, jumlah korban tewas akibat pemboman tanpa henti Israel di Gaza telah melampaui 20.000 orang, 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Sekitar 1,9 juta penduduk Gaza  lebih dari 80 persen populasi telah diusir dari rumah mereka. Lebih dari satu juta orang memadati tempat penampungan PBB.

Perang juga telah menyebabkan kehancuran sektor kesehatan di Gaza. Hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi sebagian dan semuanya berlokasi di wilayah selatan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis kemarin.

 

Sumber: Aljazeera

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!