UE Kecam Kekerasan dan Pembunuhan Warga Sipil di Suria

UE Kecam Kekerasan dan Pembunuhan Warga Sipil di Suria

NewsINH, Istanbul – Konflik dan perang antar saudara di Suriah sudah berlangsung selama satu dekada, kekerasan dan pembunuhan terhadap warga sipil di negeri itu belum menunjukan adanya perdamaian.

Lembaga dunia yang beranggotakan negara-negara di benua biru ini yakni Uni Eropa (UE) kembali menyoroti peristiwa-peristiwa kekerasan dan pembunuhan terhadap warga sipil di suri. Lembaga ini mengutuk kekerasan yang tewaskan warga sipil di Suriah.

“Uni Eropa (UE) mengutuk secara keras peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kematian warga sipil selama konflik di Suriah, kejahatan-kejahatan ini yang menyebabkan kematian begitu banyak warga sipil selama lebih dari satu dekade konflik. Kejahatan ini sebagian besar dilakukan oleh rezim Suriah dan sekutunya, termasuk melalui penggunaan penyiksaan dan metode kriminal lainnya,” kata pernyataan tersebut dalam website resminya.

lebih lanjut, laporan ini juga menyampaikan sejak awal konflik, UE menyerukan pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hukum humaniter internasional.

Uni Eropa menggarisbawahi bahwa mereka akan terus berdiri bersama Suriah dan tetap berkomitmen untuk persatuan, kedaulatan dan integritas teritorial Suriah.

Sementara itu, Kantor Hak Asasi Manusia pada Selasa mengatakan bahwa pihaknya memiliki laporan yang mengikuti penilaian yang ketat dan analisis statistik dari data yang tersedia tentang korban sipil dan mereka memperkirakan bahwa 306.887 warga sipil tewas dalam periode 10 tahun.

Perkiraan itu berarti, rata-rata, setiap hari, selama 10 tahun terakhir, kata laporan itu. Laporan tersebut mencatat bahwa “tingkat korban sipil dalam 10 tahun terakhir mewakili 1,5 persen dari total populasi” Suriah pada awal konflik.

 

Sumber: Anadolu

5 Warga Palestina Ditangkap Polisi Israel saat Demo di Sheikh Jarrah

5 Warga Palestina Ditangkap Polisi Israel saat Demo di Sheikh Jarrah

NewsINH, Al-Quds – Gelombang protes warga Palestina di distrik Sheikh Jarrah, Palestina atas kesewenangan pemukim ilegal Yahudi dan kepolisian Isarel terus terjadi. Polisi pendudukan Israel menahan lima warga Palestina, setelah terjadi serangan oleh pemukim Yahudi selama protes anti-pengusiran.

Seorang aktivis dari Sheikh Jarrah, Saleh Diab, mengatakan, sejumlah pemukim Yahudi menyebar di daerah tersebut selama aksi protes mingguan.

“Sejumlah pemukim Israel menyebar di daerah itu selama protes mingguan, dan menyerang para pengunjuk rasa setelah mereka tiba di dekat sebuah peternakan keluarga Salem,” ujar Diab, dilansir Middle East Monitor, baru-baru ini.

Para pemukim Yahudi mencuri bendera Palestina dari para pengunjuk rasa dan merobeknya. Diab mengatakan, agresi pemukim terhadap para pengunjuk rasa berlanjut di hadapan polisi pendudukan Israel.

Diab menambahkan, polisi Israel menyerang para pengunjuk rasa dan menahan lima warga Palestina saat mereka dalam perjalanan pulang. Dia menjelaskan, protes telah diselenggarakan setiap minggu selama bertahun-tahun sebagai penolakan terhadap keputusan Israel untuk mengusir warga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah.

Ketegangan yang meletus di Sheikh Jarrah tahun lalu, merupakan salah satu pemicu serangan Israel selama 11 hari di Jalur Gaza pada Mei. Sheikh Jarrah telah muncul sebagai simbol perlawanan Palestina terhadap kontrol Israel atas Yerusalem Timur.

Israel merebut Yerusalem Timur dari Yordania dalam Perang Enam Hari pada 1967 dan kemudian mencaploknya. Langkah ini tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional.

 

Sumber: Republika

Teror dan Intimidasi Jurnalis Palestina oleh Israel Masih Tinggi

Teror dan Intimidasi Jurnalis Palestina oleh Israel Masih Tinggi

NewsINH, Pelestina – Pelanggaran terhadap hak-hak jurnalis Palestina oleh otoritas Isreal masih sangat tinggi, banyak kasus intimidasi baik secara fisik maupun teror yang dihadapi oleh pegiat media di negeri tersebut.

Sebuah lembaga independen Arab telah mencatat sebanyak 44 pelanggaran yang dilakukan oleh Israel terhadap jurnalis Palestina di wilayah Palestina yang diduduki selama bulan Juni.

Dilansir dari Middleeastmonitor, dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (3/7/2022) kemarin, Komite Dukungan Jurnalis mengatakan pasukan Israel dengan sengaja membunuh jurnalis wanita Ghufran Warasnah, 31, di kota Hebron bulan lalu.

LSM yang berbasis di Beirut menambahkan bahwa 17 wartawan yang bekerja untuk media lokal, Arab dan internasional terluka dalam serangan oleh pasukan Israel dan pemukim pada bulan Juni.

Menurut LSM tersebut, pelanggaran Israel bervariasi dari serangan verbal dan fisik, penembakan menggunakan peluru hidup atau berlapis karet hingga menggunakan semprotan gas merica.

Disebutkan bahwa dua jurnalis ditahan oleh pasukan Israel di Tepi Barat bulan lalu tetapi kemudian dibebaskan, dan satu reporter wanita dilarang memasuki titik nyala Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki.

LSM tersebut menambahkan bahwa 27 akun media sosial untuk jurnalis Palestina ditutup oleh pasukan Israel pada bulan Juni karena diduga melanggar aturan publikasi. Tidak ada komentar dari otoritas Israel atas laporan LSM tersebut.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!