3 Tempat Suci di Palestina yang Dikuasai oleh Israel

3 Tempat Suci di Palestina yang Dikuasai oleh Israel

NewsINH, Jakarta –  Dalam konflik Israel dan Palestina , tidak jarang bangunan-bangunan bersejarah atau tempat-tempat suci menjadi perebutan di antara keduanya. Sebagai contoh, sebut saja beberapa tempat suci yang berada di kota Yerusalem .

Bagi miliaran penganut keagamaan di dunia, baik Islam, Kristen, maupun Yahudi, Yerusalem merupakan kota suci. Umat Islam memiliki Masjid Al-Aqsa dan Kompleks Kubah Ash-Shakhrah. Sedangkan bagi Yahudi, tempat tersebut diyakini sebagai bangunan kuil Yahudi pertama yang pernah ada.

Selain itu ada juga tempat bernama Tembok Ratapan atau biasa dikenal Western Wall. Dalam pendudukan Israel di Palestina, mereka tidak hanya merampas wilayah-wilayahnya saja. Melainkan juga mencoba menguasai tempat suci atau situs bersejarah di dalamnya.

Tak jarang, dalam usahanya ini, Israel melakukan kekerasan ataupun intimidasi agar mereka bisa mengontrol sepenuhnya tempat suci tersebut.

1. Masjid Al-Ibrahimi Masjid Ibrahimi terletak di kota Hebron, Tepi Barat. Umat Islam sangat menghormati tempat tersebut karena diyakini dibangun di atas makam Nabi Ibrahim. Sedangkan bagi umat Yahudi, tempat tersebut dikenal sebagai Gua Patriark. Mereka mempercayai makam Nabi Ibrahim dan Sarah berada di sebuah gua bawah masjid tersebut.

Dilansir dari TRT World, Israel mencoba memperluas kendalinya atas Masjid Ibrahimi. Hal ini membuat para penduduk muslim sekitar khawatir, karena langkah tersebut bisa digunakan Israel sebagai upaya mengambil kendali penuh atas Masjid tersebut.

Dalam hal ini, Kementerian Wakaf Palestina mencurigai langkah tersebut bertujuan menghilangkan unsur Islam dalam Masjid dan diubah sepenuhnya untuk kepentingan Yahudi. Sedangkan pihak berwenang Israel menyatakan tujuan proyek tersebut untuk membuat akses bagi penyandang disabilitas dengan membangun lift dan tanjakan pada komplek tersebut.

2. Gereja Kelahiran. Gereja Kelahiran terletak di kota Betlehem, Tepi Barat. Di salah satu bagiannya terdapat sebuah gua yang diyakini umat Kristen sebagai tempat lahir Yesus. Dalam sejarahnya, tempat suci tersebut pernah mengalami insiden berdarah. Pada 29 Maret 2002, Israel melakukan sebuah operasi militer bernama Operasi Perisai Pertahanan. Mereka menyerbu Betlehem, Beit Jala, dan Beit Sahour dalam operasinya.

Dikutip dari situs Electronic Intifada, sekitar 200 warga Palestina terjebak di antara pasukan Israel. Mereka berlindung di Gereja Kelahiran. Pengepungan dilakukan selama 39 hari yang membuat sekitar 7 warga Palestina meninggal serta 40 lainnya terluka. Sepanjang pengepungan tersebut telah merusak bangunan tempat tinggal, tempat keagamaan termasuk gereja dan masjid, dan melumpuhkan kota Betlehem.

3. Masjid Al-Aqsa Dalam Islam, Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga setelah Mekah dan Madinah. Dalam kompleks masjid tersebut terdapat sebuah kubah Ash-Shakhrah. Umat Islam mengenalnya sebagai Al-Haram Asy-Syarif, sedangkan Umat Yahudi dan Kristen menyebutnya Bait Suci atau Temple Mount.

Dalam sejarahnya, Masjid Al-Aqsa cukup sering menjadi tujuan serangan Israel. Bahkan, beberapa kali juga sudah memakan korban jiwa. Dikutip dari Middle East Monitor, Kepala Komite Yerusalem di Parlemen Palestina, MP Ahmed Abu Halabiyeh menduga bahwa Israel sedang berupaya memperluas kendalinya atas Masjid Al-Aqsa.

Menurutnya, pihak Israel sedang berencana menyelesaikan kendali penuh mereka atas Masjid Al-Aqsa dan menjadikan Yerusalem sebagai Kota Yahudi. Hal ini diperkuat dengan otoritas pendudukan Israel yang menargetkan wilayah timur Al-Aqsa untuk membangun sinagoga dan melakukan.

 

Sumber: Sindonews

Unkap Keprihatinan, Warga Palestina Bentangkan Surat Sepanjang 100 Meter

Unkap Keprihatinan, Warga Palestina Bentangkan Surat Sepanjang 100 Meter

NewsINH, Ramallah – Sejumlah warga Palestina menyerahkan surat sepanjang seratus meter ke lembaga kemanusian Palang Merah. Sejumlah warga ini mengirimkan surat untuk melaporkan tindakan dan pelanggaran Israel terhadap para tahanan warga Palestina.

Dilansir dari Middleeastmonitor, Kamis (30/6/2022) saat ini ada enam tahanan Palestina yang melakukan mogok makan, memprotes kondisi penahanan mereka.

Dalam upaya untuk menyoroti penderitaan keluarga mereka, anak-anak tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel kemarin mengirimkan surat sepanjan 100 meter kepada petugas Palang Merah di Kota Gaza yang menguraikan pelanggaran pendudukan terhadap tahanan.

Saat ini ada enam tahanan Palestina yang mogok makan, memprotes kondisi penahanan mereka, sementara lebih dari 4.700 warga Palestina ditahan di penjara pendudukan. Banyak yang tidak diizinkan mengunjungi keluarga atau ditahan di sel isolasi untuk waktu yang lama.

Dari mereka yang ditahan, lebih dari 500 orang ditahan di bawah penahanan administratif – tanpa dakwaan atau pengadilan selama enam bulan dan dapat diperpanjang. Amnesty International, telah menggambarkan kebijakan penahanan administratif Israel sebagai “praktik yang kejam dan tidak adil yang membantu mempertahankan sistem apartheid Israel terhadap warga Palestina.

Menerima surat itu, Wakil Kepala kantor ICRC di Gaza Nicholas Gerard mengatakan: “Saya tidak bisa membayangkan penderitaan dan rasa sakit yang harus dirasakan anak-anak ketika mereka terpisah dari orang yang mereka cintai.”

Surat itu disampaikan kepada pihak ICRC karena Komite Palang Merah Internasional (ICRC)  telah memfasilitasi kunjungan keluarga ke tahanan Palestina di tempat penahanan Israel sejak 1968.

“Kegiatan ini penting” bagi ICRC, kata Gerard, “dan kami mengerahkan segala upaya untuk dapat melaksanakan misi ini.”

Kunjungan ditangguhkan “selama dua tahun karena COVID-19”, Gerard menjelaskan, tetapi mereka telah “dilanjutkan sejak Maret”.

Delegasi ICRC mengunjungi tahanan Palestina di penjara Israel, termasuk mereka yang mogok makan. Mereka memastikan kontak keluarga yang penting melalui pesan Palang Merah, baik secara tertulisan maupun secara lisan, yang diumumkan melalui situs web lembaga tersebut.

 

Sumber: Middleeastmonitor

Komite Gereja Palestina Kecam Israel atas Yahudisasi di Sekitar Masjid Al-Aqsha

Komite Gereja Palestina Kecam Israel atas Yahudisasi di Sekitar Masjid Al-Aqsha

NewsINH, Al Quds – Komite Kepresidenan Tinggi Urusan Gereja di Palestina mengutuk keputusan Israel untuk mendaftarkan tanah Palestina yang berdekatan dengan Masjid Al Aqsa digunakan oleh orang Yahudi. Kantor Berita Petra melaporkan, komite tersebut mengatakan tindakan ini adalah bagian dari rencana Israel untuk mengontrol kota suci dan Yahudisasi.

“Israel dan pemukim ekstremisnya mengadopsi taktik gangland untuk memaksakan kendali mereka atas lingkungan kota suci itu. Ini adalah eskalasi berbahaya yang merusak upaya regional dan internasional untuk membawa perdamaian,” ujar Komite Kepresidenan Tinggi Urusan Gereja di Palestina, dilansir Middle East Monitor, Kamis (30/6/2022).

Para pejabat gereja menuduh Israel menggunakan “cara ilegal” untuk mengontrol daerah-daerah vital di Kota Tua Yerusalem, di antaranya Gerbang Al-Khalil, Alun-Alun Omar Bin Al-Khattab, serta Hotel Petra dan Imperial. Mereka mengutip rencana dan upaya Israel untuk mengusir penduduk Palestina di Jabal Al-Mukabber, Silwan dan Sheikh Jarrah.

“Warga Muslim dan Kristen Palestina akan tetap tangguh di ibu kota mereka, Yerusalem, dan akan mempertahankannya dengan darah mereka. Mereka juga akan mempertahankan warisan dan sejarah mereka di kota suci itu,” kata Komite Kepresidenan Tinggi Urusan Gereja.

Komite menyerukan masyarakat internasional dan pemerintah Arab agar menekan otoritas pendudukan Israel untuk menghentikan kejahatan mereka terhadap Palestina. Pekan lalu, Kementerian Kehakiman Israel memulai prosedur penyelesaian sertifikat tanah di daerah Abu Thor dan situs Istana Umayyah yang berdekatan dengan dinding selatan Masjid Al-Aqsa. Prosedurnya menggunakan dana pemerintah yang diduga dialokasikan untuk mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi warga Palestina di kota tersebut.

Namun, menurut pernyataan bersama kelompok hak asasi Israel, Ir Amim dan Bimkom, dana tersebut telah digunakan untuk mendaftarkan tanah pemukiman ilegal. Pada akhirnya, hal ini akan mengarah pada perampasan tanah Palestina.

 

Sumber: Republika

Israel Terus Lakukan Penggalian, Masjid Al-Aqsha Terancam Runtuh

Israel Terus Lakukan Penggalian, Masjid Al-Aqsha Terancam Runtuh

NewsINH, Al-Quds – Pejabat di Masjid Al-Aqsa, kota tua Al Quds, Palestina, menyuarakan rasa keprihatinan yang mendalam atas pekerjaan penggalian yang dilakukan pihak otoritas Israel di sekitar komplek Al-Aqsha yang merupakan situs suci bagi umat muslim.

Menurut pejabat itu, proyek penggalian Israel menyebabkan retakan dan kerusakan lain pada struktur bangunan masjid. Direktur Jenderal Departemen Wakaf Islam dan Urusan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Azzam Al-Khatib memperingatkan masjid itu bisa dalam bahaya runtuh jika penggalian berlanjut dengan intensitas seperti saat ini.

Israel telah melakukan penggalian di bawah situs tersuci ketiga Islam selama beberapa pekan yang menurut para pejabat telah menyebabkan retakan muncul dan batu-batu copot dari dinding dan langit-langit.

“Ada penggalian yang berbahaya dan tidak diketahui, dan tidak ada yang tahu apa itu dan apa tujuannya. Kami melihat penghapusan sejumlah besar debu dan mendengar suara peralatan menggali dan pecahnya batu,” papar Azzam Al-Khatib.

“Getaran menyebabkan jatuhnya beberapa batu dari langit-langit masjid di ruang sholat selatan,” ujar dia. “Saya meminta polisi Israel mengizinkan insinyur dan teknisi khusus dari departemen kami untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang terjadi, dan selama sepekan kami telah berbicara dengan polisi Israel tentang penggalian ini, yang berlangsung siang dan malam, dan mereka mengabaikan permintaan kami,” papar dia.

Al-Khatib mencatat kegiatan serupa telah terjadi di masa lalu tetapi pekerjaan penggalian telah ditingkatkan dalam beberapa pekan terakhir. Dia menjelaskan, “Kami khawatir tentang terowongan yang digali yang dapat menyebabkan runtuhnya Al-Aqsa. Jadi, kami memberi tahu Pengadilan Kerajaan Yordania, Kementerian Wakaf Islam Yordania, duta besar Yordania, dan yang paling penting, kami memohon kepada Raja (Yordania) Abdullah, penjaga tempat-tempat suci, untuk campur tangan dalam masalah ini.”

“Wakaf Islam tidak menginginkan gesekan tetapi sangat prihatin tentang kejutan bagi Al-Aqsa dan stabilitas di kawasan itu,” ungkap dia. “Saya meminta polisi Israel untuk mengizinkan kami memperbaiki tembok dari mana batu-batu itu keluar, dan yang mungkin dalam bahaya runtuh, tetapi mereka menolak,” papar dia.

“Baik Wakaf, maupun UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Kami dipercayakan dengan Al-Aqsha dan menjalankan misi kami. Apa yang terjadi adalah masalah berbahaya yang membuat kami khawatir dan takut,” tegas Al-Khatib. Sumber-sumber teknis di Wakaf Islam mengatakan kepada Arab News bahwa satu komite insinyur dan ahli yang berafiliasi dengan departemen telah dibentuk untuk melihat apa yang terjadi dan melaporkan kembali kepada para pejabat.

 

Sumber: sindonews

 

PBB: Perang Telah Membunuh 1,5% Populasi Suriah

PBB: Perang Telah Membunuh 1,5% Populasi Suriah

NewsINH, Jenewa – Perang saudara yang berlangsung di Suria sejak Maret 2011 silam telah menewaskan sebanyak 306.887 warga sipil. Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyebutkan jumlah kematian tersebut sekitar 1,5 persen dari populasi penduduk Suriah sebelum terjadinya peperangan.

Konflik Suriah muncul dari protes damai terhadap pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad pada Maret 2011 dan berubah menjadi konflik berlarut-larut yang menyedot perhatian dunia. Upaya peredaman terus dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi kekerasan terus berlanjut

Korban tewas terbaru berdasarkan delapan sumber informasi dan mencakup 10 tahun pertama konflik hingga Maret 2021, rata-rata berjumlah 83 kematian setiap hari, 18 di antaranya adalah anak-anak.

“Jumlah korban sipil dalam 10 tahun terakhir mewakili 1,5 persen dari total populasi Republik Arab Suriah pada awal konflik, meningkatkan keprihatinan serius atas kegagalan pihak-pihak dalam konflik untuk menghormati kemanusiaan internasional. Norma hukum tentang perlindungan warga sipil,” tulis laporan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.

Namun, diperkiraan jumlah itu tidak dianggap mewakili “hanya sebagian dari semua kematian”, kata laporan itu, karena kasus kematian yang didata hanya mencakup mereka yang meninggal sebagai akibat langsung dari perang dan bukan kematian tidak langsung karena kurangnya perawatan kesehatan atau akses ke makanan atau air. Juga tidak termasuk kematian non-sipil.

Penyebab utama kematian warga sipil adalah dari apa yang disebut “senjata ganda” (35,1 persen) yang mencakup bentrokan, penyergapan dan pembantaian, sebuah laporan PBB yang menyertai pernyataan itu menunjukkan. Penyebab kematian kedua adalah oleh senjata berat (23,3 persen).

Kepala hak asasi PBB, Michelle Bachelet, mengatakan analisis terbarunya akan memberikan “rasa yang lebih jelas tentang tingkat keparahan dan skala konflik”.

PBB mengatakan tahun lalu bahwa setidaknya 350.209 orang telah tewas di Suriah sejauh ini. Namun, Francesca Marotta, yang bertanggung jawab atas metodologi di kantor hak asasi PBB, mengklarifikasi pada hari Selasa bahwa angka-angka itu juga termasuk non-sipil.

 

Sumber: Middleeastmonitor

 

Organisasi HAM Seruhkan Penyelidikan Kematian 23 Pengungsi ke Melilla

Organisasi HAM Seruhkan Penyelidikan Kematian 23 Pengungsi ke Melilla

NewsINH, Maroko – Human Rights Watch atau organisasi hak asasi manusia menyerukan penyelidikan atas kematian 23 orang yang tewas dalam upaya penyebrangan masal dari Maroko ke daerah kantong Melilla di Spanyol.

Dilansir dari, Middleeasmonitor, Rabu (29/6/2022), pada  hari Jumat pagi kemarin, sekitar 2.000 orang imigran  berusaha menyeberangi pos perbatasan setelah berhasil memotong pagar pembatas. Aksi itu banyak memakan korban kematian lantaran jatuh dari pagar penghalang yang memisahkan kedua wilayah tersebut.

Uni Afrika mengatakan pihaknya terkejut dengan perlakuan kejam dan merendahkan terhadap para imigran dan menyerukan penyelidikan atas penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh Spanyol dan Maroko.

“Saya menyerukan penyelidikan segera atas masalah ini dan mengingatkan semua negara tentang kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk memperlakukan semua imigran dengan bermartabat dan untuk memprioritaskan keselamatan dan hak asasi mereka, sambil menahan diri dari penggunaan kekuatan yang berlebihan,” kata Ketua Komisi AU Moussa. Faki Mahamat.

Rekaman yang beredar di Twitter menunjukkan pasukan keamanan Maroko memukul pria dengan tongkat saat mereka tergeletak di tanah.

Sementara itu, Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko (AMDH) mengatakan beberapa pengungsi yang terluka dibiarkan tergeletak di tanah selama berjam-jam tanpa dirawat.

Omar Naji, dari AMDH, mengatakan tingkat kekerasan yang digunakan oleh pihak berwenang selama upaya penyeberangan belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun terlepas dari ini, pihak berwenang Maroko telah mulai menuntut 65 imigran yang mereka katakan membantu memfasilitasi penyeberangan.

65 orang, yang berasal dari Sudan, menghadapi tuduhan memulai kebakaran, menyerang pasukan keamanan dan memfasilitasi penyeberangan perbatasan ilegal.

Perdana menteri Spanyol menggambarkan mereka sebagai “mafia yang memperdagangkan manusia ke kota” dan mengatakan, “itu adalah serangan terhadap integritas teritorial negara kita, dengan cara kekerasan.”

 

Sumber: Middleeastmonitor

 

Penggalian Al-Aqsha, Upaya Israel untuk Memaksakan Realita Baru

Penggalian Al-Aqsha, Upaya Israel untuk Memaksakan Realita Baru

Sumber: gazamedia

Pemukim Israel Serang Warga Palestina, Serdadunya Hancurkan Kolam Air Milik Petani

Pemukim Israel Serang Warga Palestina, Serdadunya Hancurkan Kolam Air Milik Petani

NewsINH, Nablus – Konflik di kawasan Timur Tengah antara Penduduk Israel dengan Palestina belum menunjukan titik terang, bahkan konflik antara dua negara yang berada di atas bumi “Syam” ini menyebar hingga ke desa-desa dan pedalaman.

Seperti dikutip dari kantor berita resmi Palestina, Wafa, Senin (27/6/2022) warga Palestina menangkis serangan yang dilancarkan oleh pemukim Yahudi-Israel ke wilayah pemukiman mereka di desa daerah Nablus.  Penduduk Palestina di desa Yatma di sebelah selatan Nablus di utara Tepi Barat yang diduduki, kemerin secara bergotong royong menangkis serangan oleh pemukim Israel terhadap desa tersebut.

Menurut seorang aktivis lokal, Ghassan Daghlas, yang memantau aktivitas pemukiman Israel di utara Tepi Barat, mengatakan bahwa penduduk desa berhasil menangkis serangan yang dilakukan terhadap rumah penduduk oleh sekelompok pemukim Israel.

Kekerasan pemukim terhadap warga Palestina dan harta benda mereka adalah rutinitas di Tepi Barat dan jarang dituntut oleh otoritas Israel.

Sementara itu, di kota Birzeit, utara Ramallah sejumlah pasukan pendudukan Israel menghancurkan kolam air milik warga Palestina yang digunakan untuk mengairi ladang anggur milik salah seorang petani. Dengan persenjataan lengkap para pasukan ini secara brutal menghancurkan kolam air tersebut.

Lafi Qasis pemilik kolam mengatakan kepada WAFA bahwa tentara disertai dengan buldoser datang ke tanahnya dan menghancurkan kolam, yang dapat menampung  air hingga 250 meter kubik, Qassis telah membangun untuk mengumpulkan air hujan yang dia gunakan untuk mengairi plot 45-dunum yang ditanami anggur.

Menurut dia, pembongkaran tersebut dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Pihak Israel selalui berupaya untuk memiliki kendali penuh atas sumber daya air Palestina, bahkan tidak mengizinkan warga Palestina untuk mengumpulkan air hujan untuk ladang dan pertanian mereka.

 

Sumber: Wafa

Keluarga Palestina Jadi Korban Pembunuhan Malah Ditangkap Agen Rahasia Israel

Keluarga Palestina Jadi Korban Pembunuhan Malah Ditangkap Agen Rahasia Israel

NewsINH, Tepi Barat – Anggota keluarga Palestina yang dibunuh oleh pemukim Israel ditangkap oleh Shin Bet yang merupakan agen rahasia Israel yang sangat misterius.

Dilansir dari middleeastmonitor, Selasa (28/6/2022), tiga anggota keluarga warga Palestina berusia 27 tahun, yang tewas di tangan seorang pemukim Israel di Salfit di Tepi Barat yang diduduki, mereka ditangkap kemarin pagi oleh badan intelijen Israel Shin Bet.

Ketiga anggota keluarga Ali Hassan Harb korban pembunuhan yang sempat menghebohkan warga disekitar lokasi kajadian di jantung desa Iskaka, dekat Salfit ini adalah Naim, Firas dan Zid Harb. Mereka bertiga saat kejadian penikaman yang dilakukan warga Yahudi-Israel berada di lokasi.

Seorang pejabat keamanan Israel mengkonfirmasi penangkapan itu kepada The Times of Israel, tetapi menolak untuk menjelaskan mengapa ketiga warga Palestina itu ditahan. Sementara itu, Shin Bet juga menolak berkomentar.

“Tiga anggota keluarga Harb yang menyaksikan kejadian itu ditangkap, dan kami masih tidak tahu mengapa atau di mana mereka berada,” kata Wali Kota Iskaka, Osama Zaher melalui telepon.

Ali dinyatakan meninggal ketika dia tiba di Rumah Sakit Martir Yasser Arafat di Salfit, kata Kementerian Kesehatan.

Kelompok pemukim yang membunuh Ali, menyerang tanah keluarga yang berbatasan dengan pemukiman Israel Ariel, dan membongkar rumah kayu yang dibangun keluarga di sana.

Selain itu, saksi mata yang dikutip oleh kantor berita Wafa mengatakan, bahwa tentara pendudukan Israel di daerah itu telah melindungi para pemukim dan mencegah warga Palestina untuk merawat dan menolong Harb selama satu jam. Perlakuan tentara Israel itu pun menyebabkan dia mati kehabisan darah.

Ahmad Harb, yang menyeret tubuh sepupunya menjauh dari tempat kejadian, mengatakan, “Tentara, penjaga pemukiman, polisi, mereka semua ada di sana. Mereka menyaksikan saat dia ditikam dan kemudian mencegah kami menjangkau dia selama 20 menit,” kata Ahmad.

Serangan pemukim terhadap properti Palestina telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dengan pasukan pendudukan melindungi para penyerang dan menangkap warga Palestina yang melindungi tanah mereka.

 

Sumber: middleeastmonitor

Israel “Cuci Tangan” Atas Kerusakan Selama Kerusuhan di Umm Al-Fahm

Israel “Cuci Tangan” Atas Kerusakan Selama Kerusuhan di Umm Al-Fahm

NewsINH, Tel Aviv – Surat kabar harian tertua Israel Haaretz dalam edisi Senin (27/6/2022) kemarin melaporkan jika pihak otoritas Israel menolak memberikan kompensasi kepada kota Arab atas kerusakan selama kerusuhan di tahun 2021 silam.

Menurut laporan itu, Israel secara tegas menolak untuk memberikan kompensasi kepada kota Umm Al-Fahm yang didominasi suku Arab atas kerusakan yang diderita selama kerusuhan Mei lalu. Pihak berwenang Israel telah mengklaim bahwa kerusakan itu tidak disebabkan oleh konflik Yahudi-Arab, melainkan menyalahkan penduduk kota itu sendiri.

Laporan eksklusif juga mengungkapkan bahwa negara menolak untuk mengungkapkan otoritas lokal mana yang telah menerima remunerasi yang menurut Hukum Pajak Properti dan Dana Kompensasi. Negara bertanggung jawab untuk mengkompensasi kota campuran Yahudi-Arab yang terkena dampak kerusuhan dan vandalisme berikutnya.

“Pemeriksaan barang bukti tidak meyakinkan kami bahwa ini adalah akibat dari kekerasan yang terkait dengan konflik, karena ini adalah kerusuhan di mana warga merusak properti warga kota lain,” tulis Otoritas Pajak kepada Umm Al-Fahm.

“Dalam keadaan ini, kekerasan tidak dapat dianggap ditujukan pada seseorang karena menjadi orang Israel.”

Namun, kota tersebut mengajukan banding atas keputusan tersebut kepada sebuah komite di Otoritas Pajak, meminta informasi tentang pembayaran yang dilakukan kepada otoritas lokal Arab lainnya dan ke kota-kota campuran Yahudi-Arab, yang ditolak oleh pihak berwenang.

Mei lalu, di tengah agresi militer Israel yang baru terhadap Jalur Gaza, kerusuhan etnis nasional meletus, dengan banyak orang Arab Israel turun ke jalan menyusul faksi-faksi perlawanan Palestina yang menembakkan roket sebagai tanggapan atas serangan berulang-ulang militer Israel di Masjid Al-Aqsha.

Kerusuhan pecah di beberapa kota, termasuk Acre, Jaffa, Haifa, Lod, dan Ramla, di pusat populasi Arab di Galilea, Segitiga, pusat negara dan di Negev. Itu adalah beberapa bentrokan etnis terburuk dalam beberapa tahun dan gangguan paling luas dari jenis ini sejak berdirinya Israel, yang bahkan mengejutkan otoritas Israel.

Setahun kemudian, Haaretz juga melaporkan bahwa orang Arab Israel merupakan 90 persen dari semua yang didakwa atas kerusuhan tersebut.

“Dari 616 dakwaan yang dikeluarkan, 545 terhadap orang Arab yang dituduh melakukan kerusuhan, aksi teror dan kekerasan, sementara 71 terhadap orang Yahudi,” catat laporan itu.

 

Sumber: middleeastmonitor

Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!