NewsINH, Gaza – Konflik Israel dan Palestina di jalur Gaza kian memanas. Pasukan pejuang kemerdekaan Palestina dibawa komando Hamas dan tentara zionis Israel saling balas senjata roket dan rudal, pertempuran yang berlansung pada Sabtu kemarin hingga kini dikabarkan belum juga redah.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA melaporkan bahwa saat ini sebanyak 20.000 orang di Gaza memilih untuk mengungsi akibat serangan brutal Israel, titik-titik lokasi pengungsian atau tempat perlindungan diantaranya sekolah-sekolah yang dikelolah oleh UNRWA.
“Ada 44 sekolah yang dikelola oleh UNRWA yang dijadikan posko pengusngisan warga sipil Palestina,” kata salah seorang pejabat dari UNRWA.
UNRWA mengatakan tiga sekolahnya yang dijadikan lokasi pengungsian juga mengalami kerusakan akibat serangan udara Israel.
Badan tersebut juga mengatakan “operasi sembilan sumur air di sekitar Jalur Gaza dihentikan pada hari Sabtu pagi. Operasi di tiga sumur dilanjutkan pada hari Minggu.”
Sementara itu, penjabat Informasi Publik di Gaza, Inas Hamdan, mengatakan jumlah orang yang mengungsi akibat serangan Israel meningkat pesat.
Hamdan menambahkan, pusat distribusi makanan yang disediakan untuk lebih dari 540.000 penduduk Gaza, telah ditutup sejak Sabtu kemarin.
“Kami juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan makanan,” tegasnya.
Sumber: Memo
Related Posts
-
Palestina kecam veto AS atas resolusi gencatan senjata Gaza di PBB
NewsINH, Kanada – Utusan Palestina untuk PBB, Majed Bamya, mengkritik keputusan veto Amerika Serikat (AS) pada Rabu (20/11/2024) kemarin terhadap resolusi gencatan senjata yang diusulkan untuk Jalur Gaza. Bamya menegaskan bahwa “tidak ada alasan yang dapat dibenarkan” untuk menghalangi resolusi yang bertujuan mengakhiri genosida Israel. “Israel akan selalu mengeklaim bahwa syarat-syarat belum terpenuhi karena rencana mereka membutuhkan kelanjutan perang ini, untuk mencaplok tanah dan menghancurkan rakyat,” kata Bamya di hadapan Dewan Keamanan PBB. Bamya menggambarkan serangan Israel yang terus berlanjut sebagai upaya untuk “memusnahkan sebuah bangsa,” serta menegaskan bahwa, “14 bulan telah berlalu, dan kita masih memperdebatkan apakah genosida harus dihentikan. Tidak ada pembenaran sama sekali untuk memveto resolusi yang mencoba menghentikan proses ini.” Ia menekankan pentingnya gencatan senjata tanpa syarat, dengan menyatakan bahwa langkah ini diperlukan untuk “menyelamatkan nyawa, semua nyawa,” sebagai langkah pertama penyelesaian konflik. “Resolusi ini bukan pesan berbahaya. Veto inilah yang menjadi pesan berbahaya bagi Israel bahwa mereka dapat terus menjalankan rencananya, rencana yang Anda sendiri tolak,” ujarnya. Bamya berargumen bahwa veto AS, yang memblokir seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat, secara efektif mendukung perang yang “membunuh, melukai, meneror, dan menghancurkan sebuah bangsa secara keseluruhan.” “Kapan cukup itu cukup?” tanyanya, seraya menyerukan komunitas internasional untuk mendukung “kehidupan, kebebasan, dan perdamaian,” serta menolak pembunuhan warga sipil sebagai alat untuk tujuan politik. AS memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan pada Rabu sebelumnya, yang menuntut gencatan senjata “segera, tanpa syarat, dan permanen” di Gaza. Resolusi itu juga menyerukan pencegahan kelaparan terhadap rakyat Palestina. Sebelumnya, AS telah memveto tiga rancangan resolusi Dewan Keamanan lainnya yang menyerukan gencatan senjata mendesak di Gaza, pada Oktober 2023, Desember 2023, dan Februari tahun ini, serta abstain dalam pemungutan suara untuk resolusi lainnya. Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu. Memasuki tahun kedua genosida di Gaza, perhatian internasional semakin meningkat, dengan berbagai tokoh dan institusi menganggap tindakan Israel sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan populasi. Israel saat ini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikan yang dilancarkannya di Gaza. Sumber: Anadolu/Antara
-
PBB Sebut 85 Persen Konvoi Kemanusiaan di Gaza Utara Dihalangi Israel
NewsINH, Hamilton – Juru Bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric mengatakan 85 persen konvoi bantuan kemanusiaan yang ditujukan bagi warga di Jalur Gaza bagian utara dihalangi masuk Israel. Dalam konferensi pers pada Selasa (15/10), Dujarric mengatakan bahwa dari 54 konvoi kemanusiaan yang difasilitasi Israel di Gaza Utara tersebut, “85 persen ditolak masuk, sementara sisanya dihalang-halangi atau dibatalkan karena persoalan keamanan atau logistik”. Blokade tersebut memperparah bencana kelaparan di Gaza utara karena “ketiadaan pangan yang dapat dipasok masuk ke sana”, sehingga meningkatkan jumlah pengungsi yang menyelamatkan diri ke Kota Gaza. Ketiadaan bantuan kemanusiaan akibat halangan dari Israel tersebut pun “sangat mengancam akses masyarakat terhadap sarana bertahan hidup,” ucap Dujarric. Sementara itu, di seantero Gaza, kurang dari sepertiga dari 285 konvoi kemanusiaan yang dikoordinasikan bersama otoritas Israel dalam dua pekan terakhir benar-benar dijalankan, kata Dujarric mengutip data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB. “Hampir setengahnya ditolak masuk, 17 persen dihalangi masuk, dan sisanya dibatalkan,” kata dia. Sudah hampir 42.400 warga Gaza, yang sebagian besar wanita dan anak-anak, wafat dan hampir seratusan ribu lainnya terluka akibat agresi Israel yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 dan kini berpotensi memicu konflik kawasan. Serangan tersebut juga telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza menghadapi kelangkaan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang akut akibat blokade Israel. Meski terus ditekan untuk menghentikan serangan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB maupun dalam persidangan Mahkamah Internasional (ICJ) atas kejahatan genosida, Israel terus melanjutkan agresi di Jalur Gaza. Sumber: Anadolu/Antara
-
Israel Semakin Brutal Serang Raffah dengan Membabibuta
NewsINH, Gaza – Tank-tank Israel ternyata telah mencapai pusat Kota Rafah, Gaza selatan pada Selasa (28/5/2024). Situasi ini nyatanya terjadi ketika Israel sedang menjadi sorotan dunia setelah melancarkan serangan udara ke Rafah dan memicu kebakaran yang membakar para pengungsi hidup-hidup di tenda-tenda. Sebagaimana dilansir Reuters, para saksi mata berucap tank-tank Israel telah bergerak maju ke pusat kota Rafah untuk pertama kalinya pada Selasa ini. “Tank-tank dan kendaraan lapis baja yang dilengkapi dengan senapan mesin terlihat di dekat masjid Al-Awda, sebuah tempat penting di Rafah,” kata para saksi mata kepada Reuters. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan AS akan terus menekankan kepada Israel kewajibannya untuk sepenuhnya mematuhi hukum kemanusiaan internasional, meminimalkan dampak operasinya terhadap warga sipil, dan memaksimalkan aliran bantuan kemanusiaan. Insiden kamp tenda, yang menewaskan sedikitnya 45 orang, telah memicu kemarahan internasional, termasuk dari beberapa sekutu terdekat Israel, atas perluasan serangan militer ke Rafah. “Kami sangat sedih atas hilangnya nyawa secara tragis di Rafah pada akhir pekan lalu,” kata Miller kepada wartawan. Militer Israel “telah berjanji bahwa penyelidikannya akan dilakukan dengan cepat, komprehensif dan transparan. Kami akan mengamati hasilnya dengan cermat”, tambahnya. Sumber: Aljazeera/Kompas
-
Penjahat Perang, Israel Perluas Wilayah Serangan di Jalur Gaza
NewsINH, Gaza – Militer zionis Israel akan memperluas operasi pertempuran daratnya melawan pasukan perjuangan kemerdekaan Palestina Hamas di seluruh Jalur Gaza. Wilayah selatan Gaza tempat lebih dari 1 juta penduduk sipil mengungsi juga tak luput dari operasi tersebut. “IDF terus memperluas operasi daratnya terhadap pusat-pusat Hamas di seluruh Jalur Gaza. Pasukan ini berhadapan langsung dengan para teroris dan membunuh mereka,” kata Juru Bicara IDF Daniel Hagari, sepertoi dikutip dari Republika, Senin (4/12/2023). Sementara itu, Kepala Staf Umum IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi mengungkapkan, pasukannya kini turut membidik wilayah selatan Gaza. Dia mengatakan operasi Israel di Gaza selatan akan menyamai serangan sebelumnya terhadap Hamas di bagian utara Gaza. “Kami bertempur dengan kuat dan menyeluruh di Jalur Gaza utara, dan kami juga melakukannya sekarang di Gaza selatan,” ujar Halevi. Pada Ahad kemarin, militer Israel meluncurkan kampanye pengeboman ke segenap wilayah Gaza. Jet tempur serta artileri Israel turut melancarkan serangan intens ke Khan Younis dan Rafah yang berada di wilayah selatan Gaza. Jumlah korban jiwa dan luka di Gaza pun terus melambung. “Selama beberapa jam terakhir, hanya 316 orang tewas dan 664 orang terluka yang berhasil diangkat dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit, namun banyak lainnya yang masih berada di bawah reruntuhan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf al-Qudra pada Ahad lalu. Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, hingga Ahad kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel sudah mencapai 15.523 jiwa. Sementara korban luka menembus 41.316 orang. Angka tersebut dihitung sejak dimulainya agresi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023. Pekan lalu Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mencemaskan terus berlanjutnya agresi Israel ke wilayah selatan Jalur Gaza. Dia mengatakan, serangan Israel ke selatan Gaza dapat menyebabkan 1 juta penduduk Gaza yang mengungsi di sana, termasuk 900 ribu orang yang berlindung di gedung-gedung PBB, mencoba menerobos ke perbatasan Mesir. “Jalur Gaza sudah dikenal sebagai salah satu tempat paling padat di dunia. Dan sekarang, mayoritas penduduknya pindah ke selatan. Jadi, terdapat konsentrasi populasi yang hampir seluruhnya di separuh wilayah – sebuah wilayah yang tidak dapat mendukung keberadaan seperti itu bahkan karena kekurangan air,” kata Lazzarini dalam sebuah wawancara dengan the Guardian dan dipublikasikan akun X resmi UNRWA, Sabtu (2/12/2023). Dia mengingatkan bahwa lebih dari 1 juta penduduk Gaza diperintahkan mengungsi ke wilayah selatan jika hendak terhindar dari gempuran serangan udara. “Namun sebagian besar orang terbunuh di wilayah selatan,” ujarnya. Lazzarini mengungkapkan bahwa konsep zona aman sepihak di selatan bagi warga sipil, jika tidak disetujui oleh Hamas, akan penuh risiko. “Kami memiliki 1 juta orang, 1 juta orang berada di instalasi PBB, termasuk 100 ribu di utara. Mereka datang untuk mencari perlindungan,” ucapnya. Dia menambahkan, fasilitas-fasilitas PBB yang digunakan penduduk Gaza untuk berlindung sudah diketahui titik lokasinya. Namun, hampir 100 fasilitas tersebut tetap terdampak serangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu telah menyebabkan lebih dari 200 orang terbunuh dan 900 lainnya terluka di instalasi PBB. “Sekarang, kami diberitahu, atau kami mendengar, bahwa masyarakat harus bergerak lebih jauh ke barat daya jika serangan terjadi di Khan Younis. Namun Anda tidak dapat menyatakan suatu wilayah aman secara sepihak di zona perang,” kata Lazzarini. Dia mengingatkan Gaza bukanlah Hamas. “Anda mempunyai organisasi bernama Hamas dan Anda mempunyai populasi, dan populasi ini beragam, dinamis, tidak bisa disamakan dengan Hamas. Ini adalah populasi yang hidup di bawah kekuasaan Hamas selama 17 tahun terakhir. Apakah ini berarti seluruh penduduk – separuhnya adalah anak-anak, separuhnya lahir setelah Hamas berkuasa – harus menanggung akibatnya?” ucap Lazzarini. Lazzarini menambahkan, hal tersebut harus diatasi oleh mereka yang bertujuan menumpas atau melenyapkan Hamas. “Apa yang kami katakan adalah bahwa tujuan ini tidak boleh mengorbankan penduduk sipil. Itulah alasan mengapa Anda memiliki aturan perang. Alasan mengapa Anda memiliki hukum humaniter internasional,” katanya. Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, kedua belah pihak turut melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas dilaporkan menculik lebih dari 240 orang, kemudian membawa mereka ke Gaza. Mereka terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing. Sepanjang gencatan senjata selama sepekan, Hamas membebaskan 70 warga Israel dan 24 warga asing dari penyanderaan. Mayoritas warga asing yang dibebaskan berasal dari Thailand. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel telah membebaskan 210 tahanan Palestina.(***) Sumber: Republika
-
15 Rudal Israel Gempur Wilayah Jalur Gaza
NewsINH, Gaza – Tak puas menyerang Kamp pengungian di Jenin, Tepi Barat, Palestina yang menewaskan 9 warga sipil, militer Israel juga menggepur kawasan Jalur Gaza yang terkepung pada Jum’at (27/1/2023) dinihari waktu setempat. Dilansir dari kantor berita Palestina, Wafa, bahwa pesawat tempur Israel menembakkan sekitar 15 rudal ke sebuah lokasi di kamp pengungsi al-Maghazi yang berada di didaerah pantai tengah. Akibat serangan itu sejumlah bangunan luluh lanta rata dengan tanah. “Kerusakan parah terjadi terhadap properti yang berada di dekatnya dan mengakibatkan pemadaman listrik yang membuat seluruh jalur tengah menjadi gelap gulita,” tulis lapotan tersebut. Pesawat-pesawat tempur itu juga menghantam dua lokasi lain, yang terletak di sebelah tenggara kota Gaza dan di jalur utara, dengan beberapa rudal, menghancurkan dan menimbulkan gumpalan asap dan api yang membesar membakar sejumlah bangunan. Belum ada laporan resmi terkait korban jiwa dalam peristiwa tersebut, serangan ini terjadi seketika Israel melakukan penyerangan di kamp pengungsian di kota Jenin, Tepi Barat yang menewaskan 9 warga sipil Palestina pada Kamis, (26/1/2023) atau sehari sebelumnya. Dalam serangan pasukan Israel di Kota Jenin telah membunuh sembilan warga Palestina, termasuk seorang wanita tua, dan melukai 20 orang lainnya. Serangan di kamp pengungsi Tepi Barat utara Jenin digambarkan sebagai salah satu hari paling mematikan di Tepi Barat yang diduduki sejak Israel. Empat belas tahun setelah “pelepasan” Israel dari Gaza, Nampaknya Israel belum benar-benar melepaskan diri dari Gaza. Mereka masih mempertahankan kendali atas perbatasan baik darat, laut dan wilayah udara. Dua juta lebih warga Palestina tinggal di Jalur Gaza, yang telah menjadi sasaran blokade Israel yang menghukum dan melumpuhkan selama 12 tahun dan serangan berulang yang telah merusak banyak infrastruktur dikawasan itu. Jutaan penduduk Gaza tetap bertahan berada di bawah pendudukan “kendali jarak jauh” dan pengepungan yang super ketat, yang telah menghancurkan ekonomi lokal, mencekik mata pencaharian warga Palestina, menjerumuskan mereka ke tingkat pengangguran dan kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta terputus dari sisa wilayah Palestina yang diduduki dan dunia yang lebih luas. Gaza tetap menjadi wilayah pendudukan, tidak memiliki kendali atas perbatasan, perairan teritorial, atau ruang udaranya. Sementara itu, Israel sangat sedikit menjunjung tinggi tanggung jawabnya sebagai kekuatan pendudukan, Israel gagal menyediakan kebutuhan dasar warga sipil Palestina yang tinggal di wilayah tersebut. Setiap dua dari tiga warga Palestina di Gaza adalah pengungsi dari tanah di wilayah yang sekarang disebut Israel. Pemerintah itu melarang mereka menggunakan hak mereka untuk kembali sebagaimana diabadikan dalam hukum internasional karena mereka bukan orang Yahudi. Sumber: Wafa #Donasi Palestina