1.100 Bayi Meninggal Sejak Agresi dan Genosida Israel di Gaza

NewsINH, Gaza – Hampir 1.100 bayi meninggal di Gaza sejak agresi dan genosida Israel berlangsung di Jalur Gaza, Palestina pada awal oktober 2023 silam.

“Sebanyak 1.091 bayi kehilangan nyawa dalam serangan Israel, termasuk 238 bayi baru lahir,” lapor otoritas Gaza pada Rabu (1/1/2025), dikutip dari Anadolu Agency.Pada Selasa (02/01/2024), sedikitnya tujuh orang, termasuk enam bayi, meninggal karena kedinginan akibat musim dingin di tengah blokade Israel di daerah kantong tersebut.

Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Konflik ini masih terus berlanjut meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

1. Anak-anak menjadi Rentan di Musim Dingin

Laporan Al Jazeera menyebut, bayi-bayi meninggal di Gaza akibat hipotermia di musim dingin. Warga Gaza yang saat ini berada di wilayah pengungsian, tak memiliki cukup uang untuk membeli peralatan musim dingin.“Anda tidak dapat membayangkan situasi saat ini.

Kami semua kedinginan dan gemetar karena cuaca yang sangat dingin. Terutama mereka yang berada di al-Mawasi yang sangat dekat dengan pantai, mereka lebih menderita kedinginan,” kata Reporter Al Jazeera, Hind Khoudari.

Salah satu bayi berumur satu bulan, Ali al-Batran, meninggal di Rumah Sakit Al Aqsa di Gaza tengah akibat kedinginan. Sehari sebelumnya, saudara kembarnya, Jumaa al-Batran, juga meninggal di sebuah tenda tipis di Deir Al Balah.Ayah sang bayi menggambarkan, dirinya menemukan Jumaa dalam kondisi mengenaskan.”Kepalanya dingin seperti es,” jelasnya.

2. Hidup Kami Bagaikan di Neraka

Warga di Kamp Al Mawasi, yang terletak di wilayah pantai Gaza, merasakan suhu dingin yang jauh lebih parah. Salah satu warga bernama Mahmoud Fasih mengeluhkan kondisi yang mereka alami bak di neraka.”Cuacanya dingin sekali dan menusuk tulang. Hidup kami bagaikan neraka.

Neraka karena dampak perang, keluarga saya menjadi martir, dan situasi kami tak tertahankan,” ungkapnya kepada BBC.

Mahmoud hidup bersama istrinya, Nariman, dan tiga orang anak. Salah satu anaknya bernama Sila yang baru berusia 20 hari meninggal akibat hipotermia. Sila ditemukan tak bernyawa di pagi hari dengan kondisi badan telah membiru.

“Saya bangun pagi-pagi dan memberitahu suami saya bahwa bayi itu tidak bergerak selama beberapa saat. Ia membuka penutup wajahnya dan mendapati bayi itu membiru, lidahnya tergigit, dan darah keluar dari mulutnya,” kata Nariman.

Mahmoud dan Nariman tak punya pilihan untuk meninggalkan wilayah itu. Gempuran Israel yang tak henti-hentinya membuat mereka memilih untuk menetap di Al Mawasi.

 

Sumber: IDN Times

Bagikan :
Customer Support kami siap menjawab pertanyaan Anda. Tanyakan apa saja kepada kami!